"Saya menulis dengan ilham." (HAMKA)
Ilham berarti petunjuk yang datang dari Tuhan dan terbit di hati; atau merupakan bisikan hati. Ilham dapat diartikan sebagai sesuatu yang menggerakkan seorang penulis untuk membuat tulisan.
Jadi, keberadaan ilham ini merupakan sesuatu yang sangat berarti bagi seorang penulis. Untuk itu, segera ikat ilham yang muncul di hati seorang penulis itu dengan menuliskan kata-kata dan kalimat ilham itu dalam sebuah (kertas, buku) kumpulan-kumpulan ide secara khusus. Sebab, ingat ilham itu belum tentu datang lagi menghampiri kita dikemudian waktu. Kalau pun hadir kembali, itu pun prosesnya saya yakin cukup lama dan susah memancingnya. Apakah Anda yang pernah merasakannya?
Setelah ilham itu kita catat, HAMKA seorang ulama dan penulis produktif menyarankan dengan ungkapan: “Membuat karangan jangan ditunda-tunda, setelah bahan terkumpul baru menulis.” Inilah anjuran HAMKA kepada anaknya, Rusydi Hamka.
Untuk itu, saran saya, begitu ilham menghampiri kita, maka segera menuliskannya dalam bentuk tulisan. Biarkan pikiran kita mengalir menuliskannya. Baru setelah kita selesai menulis, rehat sejenak dengan me-rujuk pada sumber pustaka yang kita punyai (buku, kliping, kamus, dll) sesuai tema terkait dengan ilham tersebut.
Berdasarkan pengalaman, apabila kebiasaan membaca kita bagus dan didukung pengarsipan dokumentasi atas sumber-sumber pustaka yang baik, pengembangan ilham itu akan mengalir dengan sendirinya. Pokoknya, kita akan konek (secara alami) dengan tema-tema referensi sejenis yang kita miliki. Kalau udah begini, indah banget rasanya!
Jadi, segera ikat ilham yang hinggap dalam pikiran dan hati kita dengan segera menuliskannya. Yang jelas dari kebiasaan membaca yang baik, ilham (baru pun) itu akan muncul dan sekaligus akan memperlancar menuangkan ilham dalam media tulisan. Bagaimana menurut Anda, setuju?
Arda Dinata, Pendiri Majelis Inspirasi Alquran dan Realitas Alam (MIQRA) Indonesia.