Paginya ku dapatin uang, emas dan keris. Ntah dari mana dan untuk apa keris ini. Yang sudah pasti ku rasa keris ini dari suamiku. Baiklah keris ini akan ku simpan dengan baik.
Akupun segera keluar membawa emas dan uang nih, agar mbak Sari tidak curiga. Ku telpon toko emas langgananku, aku tidak mau membawanya seorang diri takut ada yang curiga.
Seminggu belajar akhirnya aku bisa juga mengendarai mobil baru, aku pun sudah memiliki SIM, walaupun sudah dua kendaraan ku ganti rugi akibat belajar mengemudi, namun hasilnya aku puas. Belum sampai dua minggu sudah di pastikan aku bisa membawa mobilku tanpa hambatan.
Hari nih hari minggu, aku berkemas untuk pulang kampung. Tak lupa aku membawa pesanan ki Sugiono, walaupun belum waktunya aku akan membalas jasanya. Aku pun membawa mbak Sari, dan membawa uang dengan jumlah yang banyak.
Mbak Sari sebenarnya gak ku izinkan ikut, tapi dia memohon untuk ikut serta dalam acara pulang kampungku ini, katanya mau lihat-lihat desa. Padahal sudah ku sarankan agar jangan ikut, soalnya didesa banyak nyamuk dan warganya sangat jahat mulutnya.
Aku pun berpesan padanya kalau ada yang menanyakan tentang diriku jawabanya aku seorang meneger pertambangan dan mempunyai butik di mall ternama dikotaku.
⚘⚘⚘⚘
Betapa rindunya aku dengan rumah kecilku, rumah yang asri dan menyenangkan, walaupun terbuat dari papan dan beratap rumbia namun rumah inilah yang selalu membuatku bahagia.
Di dalam rumah pun hanya terdapat dua kamar, yaitu kamar ku dan kamar kedua orang tuaku. Adik-adikku tidur di ruang tamu yang hanya beralaskan tanah dan tikar. Jangankan televisi, listrik saja kami tidak memilikinya. Sehingga aku bertekat di luar nalarku sebagai manusia, toh akhirnya aku kaya raya sekarang. Apa pun yang kuinginkan dapat aku beli, apapun itu.
Sampailah aku di halaman yang begitu luas, tempatku dulu bermain bersama adik-adikku. Ya aku mempunyai 3 adik, 2 kembar bernama putra dan surya berumur 15 tahun dan yang paling kecil namanya Fajar umur 10 tahun.
Semua warga berkumpul mengelilingi mobil yang aku kendarai, walaupun kami tinggal didesa tapi rumah disini sangatlah banyak. Hanya rumahku yang berada di ujung gang.
Aku pun keluar dengan bangganya, menjinjing tas kecil, memakai flats yang senada dengan gaunku. Tak lupa aku memakai kacamata hitam yang membuatku semakin waww.
Semua warga yang heran melihatku, dikiranya mungkin aku artis yang masuk desa. Mata mereka hanya tertuju padaku, jangankan orang desa, orang tuaku saja tidak percaya kalau ini aku.
"Cari siapa nak" kata ibuku yang menatapku dari ujung kaki sampai ujung kepala.
"Ini saya Elisa bu" kataku sambil menutup mobil dan mentakjiz tangannya.
"Yaallah neng kamu kok bisa kayak gini, bapak sampai tidak mengenalin kamu neng" kata bapakku sambil memeluk anak perempuan satu-satunya ini.
Adik-adik pun langsung memelukku, dan aku pun melepas rindu sama keluargaku. Tidak lupa ku suruh mbak Sari membawa oleh-oleh yang ada di dalam mobilku. Begitu banyak bawaanku hingga orang tua dan adik-adikku ikut membantu mbak Sari.
Ada 3 gawai buat adik-adikku, baju buat ibu dan bapak, dan masih banyak yang lain. Aku bilang sama adik ku Putra buat nutup pintu dan aku istirahat, dan semua tetangga pun disuruh keluar. Semua tetangga menyoraki aku, bilang aku sombong, mentang-mentang baru punya mobil saja udah sombong kata mereka. Biar kan saja, nih baru permulaan liat saja besok.
Bapak dan ibu tak henti-hentinya menanyakan keadaanku, dan aku tinggal dimana dengan siapa? Kerja apa? Mereka pun bertanya dengan mbak Sari, kudengar itu dari dalam kamarku saat mbak Sari cerita kepada orang tuaku.
Pintu kamarku pun diketuk sama adik-adikku. Mereka meminta oleh-oleh dariku. Ku serahkan gawai itu kepada meraka satu per satu. Adikku sampai menangis menerima pemberianku.
"Benar nih buat kami mbak, bener mbak?" Kata Putra.
"Bener loh adik-adik mbak, sekarang apa saja yang kalian minta akan mbak penuhi tanpa terkecuali, kalau bisa pun kita beli desa ini" kataku.
"Asikkkk kita jadi orang kaya" kata mereka bersamaan. Kita punya gawai seperti kawan-kawan yang lain. Mereka cerita kalau mereka sering di usir jika mereka bermain sama kawan-kawan mereka. Saat belajar pun sekarang mereka menggunakan gawai, dan mereka pun sangat bahagia atas pemberianku ini.
"Mbak jadi kapan pulangnya? Kata si bungsu.
"Mbak masih lama disini, mbak mau bagusin rumah bapak dulj, dan mbak mau balas dendam sama mereka yang selalu menghina keluarga kita, jawabku.
"Bener ya mbak rumah kita di bagusin, jangan lupa rumah kita pakein listrik ya mbak biar kaya orang-orang" kata mereka kegirangan.
"Siap bos, bentar lagi rumah kita akan bagus lebih bagus dari rumah pak hartono, juragan dzolim itu" kataku.
Akupun minta izin sama kedua orang tuaku untuk merenovasi rumahku. Tidak tanggung-tanggung aku mau buat rumahku bagai istana. Dan orang tuaku setuju dengan niatku, asal uang ku tidak habis katanya, tidak tau saja mereka uang ku tidak akan pernah habis.
Malam harinya aku menemui ki Sugiono untuk membawa oleh-olehku untuknya, aku pun datang membawa kayu dan sesembahan untuknya, dia pun senang menerimanya dan takjub dengan perubahanku.
Aku pun cerita kepadanya tentang keris yang ku dapatkan kemarin, dan dia bilang keris itu tanda bahwa suamiku sangat menyukaiku. Apapun yang kau minta dari keris itu semua permintaanmu akan di penuhi.
Balas dendam yang ingin kulakukan pun bisa melalui keris itu, dan aku di kasi ajian rapalan dari ki Sugiono untuk membalas dendamku. Dia berpesan jika ingin melakukan balas dendam supaya perlahan-lahan tapi menyakitkan biar mereka yang merasakan akan selalu ingat untuk selama lamanya. Aku pun pulang dengan menggunakan pintu ajaib agar orang kampung tidak akan tau tentang kongsi yang kami jalankan berdua.
⚘⚘⚘⚘
Pagi hari aku aku mendatangi orang yang mau bekerja merenovasi rumahku, dan membeli semua perlengkapan yang diperlukan. Mbak Sari pun pergi ke pasar dengan ibu, mereka membeli bahan makanan untuk seminggu yang akan datang. Ibu sangat kegirangan , tak pernah sekali pun dia berfikir akan belanja sebanyak ini. Jangankan belanja, buat makan saja kami harus mikir dua kali, bisa juga kadang sehari tidak makan.
Bapakku tidak ku bolehkan bekerja di sawah lagi, aku mengajaknya membeli motor dan membeli sawah yang sudah ku beli dengan harga murah kemarin. Bapak pun senang sekali dengan hadiahku itu, aku tidak mau orang tua ku bekerja dengan juragan Hartono lagi.
Sepeda motor bapak dan bahan bangunan pun datang dengan bersamaan, waktunya merenovasi rumahku. Tetangga yang ikut menyaksikan membicarakan ku tanpa henti. Aku dengar dari mbak Sari yang pergi ke pasar tadi dengan ibu.
"Neng, neng tadi ada yang minta hutang sama ibu di pasar" kata mbak Sari tiba-tiba menemuiku.
"Siapa mbak, dan berapa katanya hutang ibu" tanyaku.
"Katanya minjemnya 200rb sekarang jadi satu juta, karna minjemnya udah telat sebulan, terus yang nagih make cincin di jarinya semua dan make emas banyak kali di tangannya neng, da kayak toko perhiasan berjalan aja" kata mbak Sari sambil cekikian.
"Aku tau orangnya, dia mpok Santi yang rentenir itu, aku pun mendekatin ibu dan menyuruh mpok Santi buat datang ke rumahku. Belum sampai mulutku berbicara orangnya udah nongol,
"Eh bu Darti, bu Darti oh bu Darti, bayar hutangmu itu, anakmu yang kaya raya kan sudah datang, kamu bayar hutangmu sekarang kalau tidak mobil anakmu akan ku bawa, katanya.
"Aku pun melotot mendengarnya, Apa yang mpok bilang, coba sekali lagi mpok bilang? Kataku geram.
"Gak usah panjang lebar ya bu Darti , bayar saja hutangmu 1 juta" katanya berapi-api.
Aku pun langsung keluar mendekati mpok Santi yang lagi berteriak kencang.
"Eh mpok, berapa hutang ibu rupanya" kataku mulai emosi.
"Satu juta" katanya.
"Emang betul 1 juta bu?" Tanyaku pada ibuku.
"Sebenernya hutang ibu cuma 200rb nak, cuma karna telat sebulan jadi bunganya 800rb dan ibu harus bayar 1 juta rupiah" kata ibu tertunduk lesuh.
"Ambil nih uang mpok Santi, sambil ku serahkan uang 1 juta, dan jangan kembali lagi ke rumahku ini" jawabku sombong.
"Alah jadi orang kaya baru aja udah sombong, palingan jadi simpanan om-om di kota" katanya sambil menghitung uang dariku.
"Kalau benar saya simpanan orang, bawa ke mari orangnya sekarang juga, jangan sampai mulut mpok aku laporkan kepolisi ya?" Kataku semakin emosi.
"Eh jangan neng, mpok cuma becanda aja kok gak lebih" katanya yang kaget melihatku bicara dengan berani. Besok-besok kalau hutang sama saya aja ya, gak papa deh bayar lama biar bunganya banyak" katanya.
"Ogah sih hutang sama situ, da kayak rentenir bank" kata mbak Sari.
"Eh lu siapa kok nyambung aja kayak tiang listrik" kata mpok Santi yang mata nya mau keluar.
"Kenalkan nama saya Sari, saya nih adiknya neng Elisa tauuuuu, adik yang jumpanya udah gede " kata mbak Sari mulai kepedean diikutin ketawa ibu sama adik-adikku.
Mpok Santi pun pergi meninggalkan rumah kami dan melirik bahan bangunan serta mobil dan sepeda motor bapak.
Ingat ya kalian semua mpok Santi, bu Retno, Panji, pak Hartono. Semua akan dapat giliran karna telah menghina keluarga kami yang dulu.
Akan kubuat kalian satu persatu miskin dan memohon ampun kepadaku. Aku berjanji dalam detik ini juga aku akan membalas dendam dengan cara apapun juga, bisikku dalam hati.