"Coba cek ASI-nya, ada tidak, sa?", tanya Mamah.
Aku segera mengecek ASI-ku. Subhanallah, ternyata hanya menetes.
"Bayi itu kelaparan, kegelisahan bayi pun kamu yang menyebabkannya, Sa! Lantas kamu ingin tidur?", gerutuku pada diri sendiri.
"Sedikit, ya. Tidak apa-apa, tetap banyak minum. Terus susui bayinya walaupun menolak. Itu akan******ASI keluar", ucap mamah menenangkan.
Suami mengusap-usapku, menenangkan. Ia pun memijitku untuk******ASI sesuai saran Mamah.
Bayi masih menangis. Sesekali masih menolak untuk menyusu. Tak terasa, sudut mataku hangat. Air mataku keluar juga.
"Ya Allah, kuatkan aku."
Aku berinisiatif langsung menidurkan bayi, aku tahu ia akan tetap menangis. Dia lapar. Aku harus menenangkan diriku terlebih dahulu supaya ASI keluar. Tangan yang sudah tak sanggup lagi menggendong tak bisa dipaksakan.
Aku coba usap-usap, tepuk-tepuk bayiku.
"De, tidur yuk. Berdo'a yuk ke Allah, Ya Allah mudahkan aku tidur, ya Allah mudahkan aku beristirahat. Bismika Allahumma ahya wa bismika amut", ucapan itu terus aku bisikkan pada sang bayi. Berkali-kali. Di tengah tangisannya, di tengah harapanku pada-Nya untuk memudahkan istirahatnya dan mencukupkan ASI-ku..
Biidznillah, pukul 01.30 bayi pun tidur. Maa syaa Allah. Rasanya lega sekali.
Suamiku sudah tidur terlebih dahulu. Sesuai saran mamah, biar aa istirahat. Mengapa? Supaya ketika pagi aku merasa lelah, dia cukup tenaga untuk bergantian membersamai bayi. Jika dua-duanya kelelahan bagaimana jadinya?
Walaupun sesekali ketika suara tangisan bayi mengencang malam itu, suami terbangun dan mensupport-ku. Ya, aku pun perlu dukungan dan keberadaannya melalui malam yang kini terasa semakin panjang, walaupun hanya sekedar bangun dan menenangkan.
Ah, aku rindu tidur siang. Kini, me time untukku sudah berbeda. Jika dulu me time adalah traveling, kulineran atau nonton anime kesukaan. Kini, sekedar rebahan juga begitu berharga. Sekedar tidur setengah jam di siang hari juga berarti.
~~~~~
Baby blues, aku baru mendengar istilah itu dari suamiku. Setelah bayi lahir hari pertama, dia berucap, "semoga kita tidak mengalami syndrome baby blues, ya".
Aku mengernyitkan dahi.
Suamiku langsung menjelaskan kalau baby blues itu perasaan emosional yang dirasakan ibu setelah melahirkan. Jika setelah melahirkan mudah menangis, merasa tertekan, mudah tersinggung itulah syndrome baby blues.
Sebuah kewajaran hal tersebut terjadi, poin pentingnya bagaimana menyikapi saat hal tersebut dirasakan.
Hal yang paling ku rasakan saat itu adalah support dan kehadiran suami, kesigapan suami sebagai ayah. Sangat membantuku, sangat mengurangi rasa lelahku, sangat mensyukuri nikmatnya jadi ibu.
Kolaborasi dan komunikasi suami istri harus sehat disini. Semangat berkomunikasi dengan sebaik-baiknya cara. Semangat berkolaborasi dengan sinergi yang maksimal.
Login untuk melihat komentar!