Kamu?
"Masuk" Suara dari dalam ruangan menyuruh kami masuk setelah Siska sekretaris Presdir mengetok pintu
"Oh Bu Aishe, silahkan" Ucap ramah seorang laki-laki tua berumur 60an tahun namun masih terlihat berwibawa
Ada seorang laki-laki diruangan ini. Tapi dia membelakangiku.
"Bu Aishe, Saya langsung saja ke inti nya ya" Laki-laki tua ini memang tak suka bertele-tele dalam setiap urusannya
"Kenalkan ini anak bungsu Saya, laki-laki satu-satunya, yang kelak akan meneruskan perjalanan Perusahaan ini. Saya harap, Anda dapat membimbingnya dalam bidang Anda di Perusahaan ini" Ucap laki-laki itu mengenalkan seseorang dihadapanku yang masih membelakangiku
"Baik, Pak Sanjaya" Aku maju satu langkah, mengulurkan tanganku untuk bersalaman kepada anaknya
Aku memperkenalkan diri
"Saya Aishe Mafaza, Penanggung Jawab serta Kepala Bagian Farmasi di Perusahaan ini. Senang dapat bekerja sama dengan Anda" Aku menunggunya berbalik badan dan menyambut jabatan tanganku
Dia membalikkan badannya. Raut wajahnya tidak bisa disembunyikan kalau dia tidak menyangka dengan pertemuan ini.
Aku menurunkan tanganku.
"Kamu? " Lepas aku berkata tanpa berpikir lagi
"Sepertinya kalian berdua sudah saling mengenal. Baiklah, Satria kamu bisa ikut dengan Bu Aishe untuk berkeliling di bagian produksi dan ruangan lain yang berhubungan dengan farmasi. Farmasi adalah inti dari perusahaan kita" Laki-laki tua itu berkata dengan gaya nya yang khas
Pak Sanjaya diam menunggu jawaban dari kami
Aku mematung
Aishe, jadi dia anaknya Presdir yang lagi viral itu? Oh my, habislah kamu
Satria juga mematung
"Ehem.. " Pak Sanjaya menyadarkanku dari perang batin dan pikiranku
"Kalian bisa berkeliling" Pak Sanjaya mengangkat alisnya, memberikan isyarat "ayo pergilah, aku tidak punya banyak waktu untuk menunggu kalian mematung"
"Eh. Baik, Pak" Aku pamit pergi, dan memberi kode tatapan kepada laki-laki yang telah merenggut teh ku tadi agar segera mengikutiku. Masih ada rasa nyelekit sih karna kejadian tadi. Tapi ya gimana. Aku harus tenang.
Tidak lama aku menunggu di luar ruangan Presdir, Satria pun keluar. Dia menghampiriku.
Noda tehnya masih ada di baju bagian dada nya.
Kasian sekali. Ku anggap impas untuk hari ini. Setidaknya noda di lengan bajuku tidak sebanyak di baju nya.
Aku menyeringai tipis melihat noda di bajunya.
"Matamu tolong dijaga. Itu tidak sopan" dia menutup bagian dada nya dengan kedua tangannya.
"Eh.. Saya kira Anda tidak bisa berbicara" Ketusku sambil berlalu
Aishe kamu gila! Dia anak dari pemilik perusahaan tempatmu bekerja! Kamu gila! Tapi aku suka.
Laki-laki itu mengikuti disampingku
"Hmm.. Pak Satria.. Disini tempat produksi barang kita dan... " Aku menjelaskan panjang lebar dan mengajaknya berkeliling sesuai perintah Ayahnya.
Aku merasa ada banyak mata yang melihat ke arah kami. Mata para perempuan yang haus akan laki-laki cakep.
Cakep?
Eh setidaknya, sedikit di atas rata-rata. Ini review jujur dariku. Aku harus selalu bersikap profesional apalagi dalam hal menilai apapun.
Tidak banyak suara yang keluar dari mulutnya. Mungkin dia lagi sariawan.
"Apa ada yang ingin ditanyakan, Pak? " Aku menanyainya karena sepanjang perjalanan tadi dia tidak ada bertanya apapun
"Cukup" Singkatnya
"Baik, mari kita kembali ke ruangan tadi" Sambil berjalan aku mengajaknya berbicara. Tentang pekerjaan. Bukan hal lain.
Bukan bagian dada nya?
Hei. Aishe, kau mulai menggodaku ya.
"Ruangan Saya dan ruangan Anda tidak begitu jauh. Jika butuh sesuatu, katakan saja pada Saya" kataku sambil menunjukan dimana letak ruanganku
Dia mendekatkan tubuhnya lagi ke diriku. Aku terdiam. Sangat dekat.
Ada apa dengan orang ini. Tidak bisa kah dia tidak mendekatkan tubuhnya yang wangi itu.
"Aishe.. " Dicondongkannya kepalanya mendekati kepalaku.
"Hmm? "
Diam sejenak beberapa detik.
"Apa profesimu tadi? " Tanyanya, sambil berjalan menjauh dariku
"Apoteker" Singkatku
"Tukang obat"
Tidak salah.
"Malam ini, tolong temani Saya"
"Temani kemana, Pak"? Tanyaku bingung
"Kebetulan sekali Saya ada acara reuni teman SMA. Mereka tau saya baru datang. Ini mendadak dan Saya tidak ada persiapan"
"Hubungannya Anda mengajak Saya apa ya?"
"Saya rasa Anda sedikit cerdas" Dia hampir menyatukan ibu jari dan telunjuknya
"Dan saya butuh pendamping"
"Pendamping?" Tanyaku masih belum jelas
"Hmm.. Anda ikut saja" Dia melihat arloji di pergelangan tangannya. "Lima menit lagi kita berangkat"
"Lima menit? "
Dia diam. Mendekatkan tubuhnya lagi ke diriku. Tinggiku hanya sepundaknya. Kami bertatapan.
Badannya sangat pelukable
Diam kau Aishe.
"Sudah lima menit. Kita berangkat"
"Oh my... " Aku ngedumel
...
Akhirnya sampai juga di tempat tujuan. Sebuah restoran mewah. Sepanjang perjalanan di mobil benar-benar hening. Suara musik pun tak ada. Hampir satu jam aku jadi patung. Kalau ada Alya, pasti dia sangat tidak betah. Benar-benar dingin.
Kami masuk ke dalam restoran itu.
"Hei, Satria! " Teriak seseorang sambil mengangkat tangannya. Ada banyak orang disana. Mungkin sekitar 20 orang. Kami menghampirinya.
"Apa kabar pak Bos!" Sapa lelaki lain
"Baik dong, kalian semua gimana? " Tanya Satria
Kami duduk di kursi yang telah disiapkan.
Duduk di meja bundar yang sangat besar. Ku perhatikan semuanya. Sepuluh laki-laki dan enam perempuan. Oh, enam belas rupanya.
Semuanya terlihat elite.
"Siapa nih, kenalin dong" Seorang laki-laki melihatku
"Aishe, pacarku"
What? Apa aku salah dengar?
"Satria udah move on ternyata" Teriak perempuan lain
Aku menyenggol dan menatap mata Satria "Satria, Are U Serious?" Mataku terbelalak.
Satria membalasku melalui tatapannya "kamu diem, ngikut aja" Dia mengernyitkan dahinya.
Okay, setidaknya dia briefing dulu tadi di mobil.
Ku perhatikan di seberangku, gelagat perempuan yang aneh. Salting kah? Atau...
Jangan bilang dia mantannya
Reflek aku menyubit paha Satria
"Aww" Teriaknya, tapi tidak nyaring. Dia kaget.
"Kenapa?" Satria berbisik
"Mantanmu?" Aku berbisik mendekatkan mulutku ke telinganya
Satria mengangkat alisnya. Tidak berkata apapun. Dan melanjutkan obrolannya bersama temannya.
Ku dapati perempuan itu barusan melihat kami. Dia benar-benar salting.
"Jadi, sudah berapa lama kalian jadian" Tanya laki-laki yang tidak salah tadi kudengar namanya Denis
"Baru sebulan" Jawab Satria
"Wah pasangan baru dong. Selamat ya, semoga langgeng" Kata seorang perempuan disamping kananku
"Eh.. Iya makasih" Jawabku
Ku lihat lagi mantan Satria yang berada persis di seberangku. Dia menatap Satria dengan kecewa. Ah aku mencium bau-bau yang tidak enak disini. Dasar Satria, kenapa pula kau ikutkan aku dalam urusan percintaanmu ini.
...
(Bersambung)
Login untuk melihat komentar!