Dia Temanku Bukan jodohku

"Kau sudah bangun?" Sebuah suara mengejutkan.

"Ngobrol dulu donk, masa cowo ganteng dianggurin." Remaja itu tersenyum bersama seorang wanita gendut di sisinya.

"Bunda?" Lelaki itu melotot, cemberut. Kali ini dia yakin akan berada dalam masalah besar.

Ah, apa harus cemburu dengan anak sendiri?

Bunda Mer. Wajahnya kopian Sarah Azhari, di usia yang sudah setengah baya, sang Bunda masih layak disejajarkan dengan para gadis.

Fashionable, berbanding terbalik dengan Sena anak perempuannya yang tidak hobi fashion. Melainkan tomboi.

Bagaimana jika Senta terpesona dengan Artis yu? Pertanyaan itu berkelabat di kepala Mer.

"Tadi sempat Bunda buatin rujak cigur juga, coba tanyain Elia, siapa tau dia suka ternyata sama si cigur." 

Mengapa hati Senta jadi tak nyaman, ada getar halus di telinganya, bahkan ia ingin di tenggelamkan agar tak mendengar Bunda Mer berkolaborasi berdua dengan Sena, mengajak pasien tabraknya makan rujak bersama seolah kenal lama.

Hati Helena seakan tersiram sejuk. Bukan hanya karena ulah sang Bunda Mer, tapi netra itu kini memindai beberapa pasang manusia beriring jalan menuju kebun dari arah pintu rumah utama.

Mendadak darah Helena berdesir tak karuan, mengalir tak sempurna. Bukan cuma Senta, Tapi ada sesosok lain kini berdiri membelakangi mereka, sedang berbincang bertiga, diantara Mama Mer. 

Netra Senta yang sedari tadi memilah bakwan mie untuk di comot, seolah menimbang mana yang kering tapi berat, mendadak berubah mencari arah. Arah lelaki yang namanya baru saja disebut Bunda Mer.

Bentar ya updatenya libur dulu. 


Komentar

Login untuk melihat komentar!