Merangkul bukan Menjatuhkan
           Setiap dari kita pasti pernah berbuat salah. Entah itu disengaja ataupun tidaknya. Tak masalah bagi mereka yang ingin berubah. Kita justru harus merangkulnya. Bukan malah menjatuhkan ataupun mencibirnya. Karena sulit bagi mereka untuk bisa melakukan suatu perubahan disaat lingkungan sekitar malah mencibirnya. 


           Kita pernah melihat atau bahkan diri kita sendiri yang melakukan suatu kesalahan bukan. Kata siapa manusia tidak pernah berbuat salah? Setiap dari kita pasti ada khilafnya. Namun jangan sampai kesalahan tersebut jadi suatu pembiasaan yang buruk. Sadari dan perbaiki.


           Namun hal yang paling tersulit adalah, ketika kita hendak berubah namun kondisi lingkungan tidak mendukung perubahan kita tersebut. Maka carilah lingkungan dan teman yang bisa membuat kita nyaman dalam melakukan perubahan tersebut. 


          Ketika melakukan sebuah kesalahan pasti kita menyadari bahwa itu adalah salah. Tak jarang banyak orang yang mendapatkan hidayah ketika sudah tahu kebenarannya. Namun sayangnya, masih banyak dari kita yang terkadang sudah melakukan kesalahan, namun kembali lagi terulang. 


           Setiap dari kita terlahir istimewa. Baik dan buruk, pintar dan bodoh, cantik dan tampan, hitam atau putih, dan seterusnya. Ini semua adalah anugerah dari Tuhan, yang wajib kita jaga. Tak usah membanding-bandingkan diri kita dengan orang lain. Barangkali memang setiap orang memiliki ciri khasnya masing-masing.


           Terkadang dari situlah suatu perbuatan salah yang akhirnya orang lain lakukan. Berawal dari suatu perbandingan, yang akhirnya membuat siapapun ingin berlomba menjadi the best one. Salahkah jika seperti ini? Tentu tidak. Namun semua ada porsinya masing-masing.


           Kita dituntut untuk melakukan segala halnya dengan lebih dan lebih. Tanpa mempertimbangkan potensi diri yang kita miliki. Dan ketika kita mulai lelah serta frustasi maka kesalahan-kesalahan itulah yang nantinya akan datang menghampiri. Berawal dari hanya satu, kemudian dua, berlanjut menjadi tiga, dan seterusnya. 


           Yang paling terpenting dari itu semua adalah coba berdamai dengan diri. Tutup kuping dari omongan orang yang sukanya nyinyir. Yang tahu kehidupan kita ya diri kita sendiri. Buatlah kebahagian demi kebahagian sesuai porsi diri kita, bukan porsi orang lain. Karena kalau mengikuti porsi orang lain tidak akan ada habisnya.


           Kadangkala kita selalu berfikir bahwa hidup harus punya pencapain demi pencapaian yang maksimal. Ketika target satu sudah berhasil terlampaui maka level target selanjutnya pun menanti. Bisa seperti dan bagus memang. Namun jika memang psikismu butuh istirahat maka istirahatkanlah. Jangan sampai kesalahan beban hidup berakhir sengsara.