Netraku tak dapat melihat
Namun karsaku masih pekat
Tak lagi indah segala yang memikat
Tak lagi indah segala warna-warni yang terikat
Tak lagi indah senyuman sejawat
Dunia begitu gelap gemeliat
Semua yang gemerlap tak dapat kulihat
Hanya suara dan rasa yang bisa kucabut
Untuk dapat melihat hujat
'Dari atas sinilah aku bisa menghayati segala penat dan lelahku seharian.' Batinnya.
Agatha adalah gadis cantik yang beranjak tumbuh dewasa. Orang tuanyalah yang telah mendidiknya menjadi seorang gadis yang cerdas dan baik budi pekertinya. Sejak tiga bulan lalu Agatha, dirinya tak lagi seceria dulu. Agatha sering kali menghabiskan waktunya di loteng rumah miliknya. Menghirup udara dan suara bising jalanan. Merasakan
sepoi-sepoi angin yang mengibaskan rambut hitam panjangnya.
Hingga semburat jingga menampakkan keindahannya, Agatha hanya mampu menerkanya.
"Senja itu sudah terlihat." Ucapnya
Ia hafal betul dengan senja yang muncul. Karena sejak usianua kecil ia bahkan sudah menyukai senja. Walaupun netranya tal dapat melihat namun indera perasanya bahkan lebih kuat.
Agatha tak pernah sedikitpun merepotkan orang lain, ia selalu melalukan semuanya sendiri selama ia bisa melakukannya.
Tak enak bila harus merepotkan orang lain. Pikirnya selalu begitu.
Agatha menjalani hari-harinya dengan gadis remaja kebanyakan. Berkuliah disalah satu kampus swasta bersama dengan teman-temannya yang sudah paham betul karakternya. Untung saja mereka selalu bersedia membantu Agatha bila ia sedang kerepotan. Agatha akhirnya mulai terbiasa dengan kondisinya saat ini.
Bila dibandingkan tiga bulan yang lalu ketika dirinya mengalami kecelakaan yang ditabrak oleh seorang pemuda hingga menyebabkan matanya tak dapat melihat kembali. Ia depresi, mengurung diri di kamar, dan tak ingin melihat dunia luar. Karena semuanya gelap. Orang tuanyalah yang sudah bersusah payah mencarikan donor mata untuk anak kesayangannya. Namun malang. Nasibnya tidak bisa diselamatkan.
Lamanya Agatha untuk kembali memulihkan semangat hidupnya. Setelah ia merenung di atas loteng rumahnya jawaban itulah muncul berbarengan dengan suara orang yang tak ia kenali tiba-tiba datang ke kamarnya, ditemani oleh Ibu Agatha.
"Nak, kamu kedatangan kamu." Ucap Ibunya
"Siapa mah? tanya Agatha.
"Nanti juga kamu tahu nak." sahut Ibunya lagi
Akhirnya ibunya pun meninggalkan keduanya di atas loteng rumah kamar Agatha. Pemuda itu pun memulai pembicaraannya.
"Sama sekali tak ada yang berubah darimu Agatha." ucap Pemuda dengan rambut rapih ala boy band Korea itu.
"Sebenarnya siapakah anda Tuan?" tanya Agatha.
"Jangan panggil saya Tuan, Nyonya, Hihihihi." pemuda itu lantas tertawa.
Keduanya pun memulai pembicaraan pada sore hari tersebut. Ketika Agatha sedang dalam fase rapuh, pemuda itu datang memberi semangat untuk dirinya. Tanpa Agatha tahu ia itu siapa.
Sejak pembicaan itu semangat hidup Agatha mulai bangkit kembali. Ia memutuskan untuk mengajar anak-anak di sebuah Panti Yayasan Yatim dan Piatu. Ia berjanji tidak akan lagi menyia-nyiakan kesempatan hidupnya. Walau dengan keterbatasan pengelihatan namun kondisi ini belum apa-apa bila dibandingkan dengan selainnya. Orang-orang tuna rungu misalnya, atau tuna wisma, penyandang disabilitas, dan masih banyak lagi.
Agatha belajar dari nasihat seorang pemuda yang tak ia ketahui namanya itu. Bahwa jadilah seperti senja yang selalu menerangi cakrawala walau dengan keterbatasan waktu yang dia punya. Begitu juga dirinya. Jadilah bermanfaat dengan keterbatasan yang dirinya miliki saat ini.
Walau kondisinya seperti ini namun jangan pernah kalah dan menyerah dengan keadaan. Hidup hanya sekali jangan pergi tanpa berarti. Agatha layak bahagia. Semua orang di dunia ini banyak yang jauh lebih tidak beruntung bila dibandingkan dengannya.
Begitulah kira-kira nasihat seorang pemuda yang mamlu membangkitkan semangat Agatha. Dirinya percaya bahwa semua yang telah terjadi adalah atas kehendak-Nya. Ia harus selalu yakin bahwa akan ada hal indah dibalik kejadian ini. Tuhan punya rencana lain. Keterbatasan bukan menjadi persoalan untuk terus bermanfaat. Terima kasih pemuda yang tak diketahui namanya.