Kepribadian, selalu mengikuti wadahnya
Seorang Gadis bernama Aleta. Ia hidup bersama dengan keluarganya yang selalu memanjakan dirinya. Sedari kecil ia selalu dimanjakan oleh ayah dan ibunya. Berhubung ia adalah anak satu-satunya. Jadi segala kebutuhannya selalu terpenuhi dengan cepat. Minta gudget mahal dibelikan, minta laptop mahal dibelikan, minta supir pribadi untuk mengantarka nya kuliah pun dikabulkan. Bagai teko aladin yang jika ia meminta langsung segera dikabulkan tanpa berfikir ada atau tidaknya.
Joni, panggil saja begitu. Ia dibesarkan dari keluarga yang mohon maaf kurang bisa dibilang kurang beruntung. Dirinya adalah anak ke tujuh dari enam bersaudara. Anak bungsu yang oleh kebanyakan orang disayang, namun dirinya tidak begitu.
Ia anak yatim sejak masih SMP. Ibunya hanya seorang penjual gorengan keliling setiap harinya. Jangankan ingin lanjut SMA, untuk makan sehari-hari saja susah. Kakaknya pun hanya bekerja serabutan. Yang penghasilan sehariannya tak sampai seratus ribu rupiah.
Pada masanya ia masih jaya. Berlaku sombong bak raja hutan katanya. Selalu pamer dan egois tingkahnya. Tak memandang iba ataupun kasih sayang kepada sesama. Namanya Kelvin. Seorang laki-laki remaja yang ternyata korban psikis dan bullying dari teman-temannya akibat ayahnya ditangkap oleh polisi dan divonis sebagai seorang koruptor dari sebuah perusahaan ternama.
Pernah kalian berfikir dari ketiga kasus diatas bagaimana bentukan kepribadian, sifat atau karakter yang mereka miliki? Baik saat ini ataupun masa depanya? Aku selalu berfikir dan berdialektika dengan diri sendiri. Apakah mungkin mereka dapat bertukar posisi. Yang mana yang menjadi pribadi baik dan yang mana yang menjadi pribadi buruk?
Kepribadian memang selalu mengikuti wadahnya.
Contoh kasus pertama, jika Aleta dalam lingkungan keluarganya sudah dimanjakan seperti itu, potensi masa depan pun diakan tetap seperti itu. Selalu berfikir bahwa hidup akan selalu berpihak kepada dirinya.
Keluarga adalah hal sentral yang paling berpengaruh pada bentukan kepribadian Aleta. Ditambah dengan lingkungan pertemanan yang Aleta ikuti. Tak jarang Aleta akan selalu merasa dirinya akan mendapatkan hal apapun yang ia mau. Jika dirinya tidak mendapatkan hal yang ia inginkan maka bisa jadi ia pun akan mendapatkannya dengan segala cara.
Pada kehidupan Joni. Ia sudah ditempa untuk mandiri sejak dirinya masih duduk dibangku SMP. Karena ayahnya, tulang punggung keluarga sudah tiada dipanggil Yang Maha Kuasa. Mulai saat itu ia menyadari bahwa dirinya tak mungkin menuntut banyak hal kepada ibu ataupun kakaknya. Dengan kondisi ekonomi yang seperti itu.
Akhirnya ketika lulus SMP ia berusaha mati-matian dengan kegigihan dan kerja kerasnya, serta rasa peduli terhadap keluarganya. Ia memutuskan untuk mencari pekerjaan. Dan berkat kerjakerasnyalah ia diterima disalah satu tempat cuci mobil dan motor. Didikan dari keluarganyalah yang selalu ia bawa dan tanamkan dimanapun ia berada. Selama dirinya bisa melakukan apapun jangan sampai menyusahkan orang lain, pesan ayahnya.
Namun Kelvin adalah anak yang keras kepala dan sombong. Ia selalu membanggakan ayahnya yang bekerja disalah satu perusahaan ternama pada waktu itu. Hingga pada suatu masa, ayahnya sudah tidak dipuncak kejayaannya. Dirinya benar-benar frustasi dan lingkungan sepergaulannya pun selalu mencibir dan memojokkannya.
Yang tadinya selalu memamerkan kekayaan kini tinggal goresan angan yang tak bersisa. Harapannya menjadi anak yang populer atas label ayahnya pun kandas.
'Bagaimana dengan masa depanku yah?' batinnya.
Dirinya belum siap jika harus berjuang dalam kehidupan luaran. Ia akhirnya beralih kepada depresi berat dengan obat-obatan dan minuman alkohol.
Lihatlah bagaimana kepribadian diri kita sangat berpengaruh pada faktor-faktor eksternal disekitar kita. Kepribadian bukan sebagai bakat kodrat, melainkan terbentuk oleh proses sosialisasi. Kepribadian merupakan kecenderungan psikologis seseorang untuk melakukan tingkah laku sosial tertentu, baik berupa perasaan, berpikir, bersikap, dan berkehendak maupun perbuatan.
Jadi pilihlah wadah yang baik untuk senantiasa menentukan kepribadian diri kita. Dimulai dari lingkungan keluarga, pertemanan, dan masyarakat sekitar. Apapun wadahnya semoga kita senantiasa mempunyai prinsip yang kuat dalam diri. Tidak akan terombang-ambing mengikuti arus kehidupan ini. Seperti kata pepatah mengatakan "Jadilah seperti Ikan yang hidup di laut".
Maksudnya adalah menjadi seperti ikan di lautan, meski hidup di tengah air yang asin, namun daging ikan tidak ikut asin. Lantas terlontar pertanyaan ini, kenapa daging ikan tidak asin padahal berada di tenga air garam?
Daging ikan tidak pernah asin, selama ia tetap hidup. Bagitu jugalah dengan manusia, jika hati dan otaknya hidup, maka sebesar apapun pengaruh yang ada disekitarnya, dia tidak akan pernah terkontaminasi untuk menjadi buruk atau jahat, karena hati dan otak yang hidup pasti akan bisa berpikir dan menimbang segala sesuatunya dengan bijak.