Fatimah memandang sekitarnya. Matanya tertuju pada sebuah kerumunan yang membuat Alena mengeryitkan dahinya.
"Ada apa mba?" Sahut Pemuda yang tak dikenalinya itu.
Sejak wabah ini menjangkit Negeri Fatimah lebih sering mengurung dirinya didalam rumah saja. Seketika ketika Alena melihat suatu kerumuman Fatimah langsung mengeryitkan dahinya segera.
"Tidak apa-apa Mas." Sahut Fatimah.
Fatimah adalah seorang gadis yang bisa dibilang cukup hati-hati dengan segala perbuatan ataupun ucapan yang akan Fatimah lakukan. Dimanapun Fatimah berada dan akan kemana Fatimah, selalu saja membawa sesuatu di dalam tasnya. Apalagi kalau bukan
haidsanitaizer.
'Pandemi ini membuatku sulit untuk beraktifitas.' Gerutu Batinnya.
Ya, maklum saja. Kita sama-sama tahu bahwa sejak diberlakukannya social distancing,
stay di rumah saja, harus selalu cuci tangan setiap waktu, makan bergizi, minum vitamin setiap hari, olahraga, berjemur, dan lain sebagainya. Tentu saja bagi sebagian orang yang tidak terbiasa dengan aturan, atau lebih tepatnya engga mau diatur jelas bosan dan mengatakan bahwa aturan itu bikin ribet.
Masyarakat Indonesia pada khususnya sering kali kita lihat disaat situasi pandemi ini misalnya. Dibuatkan aturan hanya menjalankan setengah-setengah. Dengan beribu alasan yang memang kadang logis kadang diluar nalar.
Memaksakan beli baju lebaran walau bantuan untuk perut mereka saat lapar. Rela masuk dan antri ke mall demi membeli pakaian lebaran. Para tenaga medis dan satuan aparat hanya menggeleng-gelengkan kepala melihat realitas tersebut.
Begitupun dengan Fatimah meskipun ia adalah remaja perantauan, namun Fatimah paham betul. Bahwa semata-mata aturan dibuat adalah untuk dilaksanakan, bukan untuk dilanggar, apalagi dijalankan setengah-setengah. Fatimah yakin apapun keputusan dari pemerintah adalah demi kebaikan warga negara bersama.
Fatimah juga kadang bosan. Karena dirumah saja membuatnya rindu akan aktifitas normal seperti biasanya. Rindu pula ketika lebaran tahun ini tidak bisa pulang ke kampung halamannya. Rindu akan orang tua dan juga adik-adiknya.
Lalu sampai kapan wabah ini akan segera berakhir? Sampai kapan aktifitas kita selalu dibatasi? Jawabannya adalah sampai masyarakat kita sadar betul dan mau menerapkan aturan secara benar dan lapang dada.
Pemerintah pun lantas tidak akan menutup mata terhadap rakyat yang menjerit kelaparan. Semoga semua ada jalan bagi kita yang mau mengusahakan dan selalu punya kesadaran diri bersama.
Bahwa menjaga jauh lebih baik daripada mengobati. Bahwa nyawa lebih penting daripada hanya sekedar materi. Bahwa kesehatan akan jauh lebih berarti bila dibandingkan dengan covid yang menghampiri.
Semoga pandemi ini segera usai.