"Aku perempuan yang sangat menyebalkan, kamu tidak akan betah sama aku" Aku masih berusaha meyakinkannya agar ia menolak rencana perjodohan ini. Deru motor menenggelamkan suaraku, mungkin saja mendengar namun tak peduli.
Aku memilih diam, selama dalam perjalanan hanya hempasan angin yang memecah sunyi. Aldi, pria yang dari tadi siang membawaku memecah jalanan saat terik mencekam, bahkan tidak tahu bagaimana berbicara dengan seorang perempuan, sangat menyebalkan.
Aku tidak suka cowok jaim.
***
"Aldi itu anak yang baik loh,Mel," ucap ibu menghampiriku yang sedang mencuci piring.
Aku tak merespon, sedang tidak ingin membahas Aldi. Hatiku cukup merana menanti kabar Bang Doni selama seminggu ini. Biasanya ia mengirim pesan jika tidak sempat menelepon.
"Kata mama Aldi, kamu cantik banget," lanjut ibu berusaha merayu.
Aku hanya menatap tanpa banyak komentar, semua ini kulakukan agar ibu tidak mencurigai hubunganku dengan Bang Doni. Terpaksa aku iyakan ajakan Aldi kemarin siang.
"Oiya, Mel. Minggu depan kita diundang ke rumah Aldi," lirih ibu, menatapku tajam, ada harapan******dari maniknya, aku tahu ibu merencanakan yang terbaik untukku. Oleh sebab itu, menolak segala keinginannya saat ini sangatlah sulit.
"Minggu depan aku ada acara, Bu. Anti mau bikin acara makan-makan," tolakku sehalus mungkin pada beliau, semoga tidak tersinggung.
"Hampir tiap minggu kamu acara ngerujak, bakar jagung di rumah anti, gak ikut sekali ajah, gak apa-apa kali, Mel!" cecar ibu sambil melotot ke arahku. Seketika suasana menjadi tegang, terlebih saat ibu memilih diam kemudian berlalu.
***
[Nti, minggu depan aku gak bisa gabung yah!]
Aku segera mengirim pesan kepada Anti, semoga dia tidak mencecarku habis-habisan, minggu depan dia ulang tahun dan aku sudah berjanji akan hadir di acaranya.
Satu pesan masuk dari nomor baru,
[Mel, lagi apa?]
[Maaf dengan siapa]
[Ini aku Aldi, save nomorku yah!]
Aku tidak membalas lagi, pulsaku habis.
Sekilas wajah pria dingin itu lewat di kepala, Aldi lumayan cakep, hanya saja...