***
Sepanjang perjalanan kembali ke rumah, hanya hening yang tercipta di antara kami. Pikiranku sibuk menimbang tawaran Aldi. Bagaimana dengan Bang Doni? Andai saja Dia masih seperti dulu, sedikitpun aku tidak akan membiarkan siapapun masuk dalam hubungan kami.
Aldi sangat baik padaku, begitupun pada Ibu. Ibu juga menaruh simpati pada lelaki itu. Andai saja Bang Doni berada di sini, tidak akan ada kisah lain selain kisahku dengannya. Maafkan aku Bang Doni, aku juga butuh teman.
"Mel, jika kamu keberatan dengan ucapanku tadi, Aku minta maaf yah," ujarnya.
"Eh gak apa-apa kog," balasku. Ia menoleh sekilas lalu kembali konsentrasi mengendarai motor.
"Tadi aku gak sempat mampir ke rumah, Ibu apa kabar?"
"Alhamdulillah baik, Di."
***
Aldi memarkir motor di halaman depan rumah, sementara aku langsung menuju dapur berencana menyiapkan dua gelas kopi, untukku dan untuknya.
Ada Ibu yang menyambut tepat di teras rumah. Ia tersenyum lalu mengikuti ke dapur.
"Kog gak bilang-bilang ke pantainya bareng Aldi?" Ibu menghampiriku dengan rasa ingin tahu yang meledak. Ia mengguyurku dengan berbagai pertanyaan, hanya kujawab seperlunya.
Aku menuju teras, tempat di mana Aldi berada. "Maaf hanya ada camilan dan kopi." Aku segera meletakkan minuman beraroma khas itu di atas meja. "Silahkan diminum!" tawarku tanpa menoleh ke arahnya.
"Terima kasih," jawabnya, "Ibu di dalam?" tanyanya lagi.
"Eh, iya. Mau aku panggil?"
"Gak usah, Mel. Aku hanya bertanya." Rona merah pipinya kini nyata terbaca indera penglihatanku. Aldi salah tingkah? Demi apa coba?
Ibu menghampiri kami, kuseret kursi tak berpenghuni di sebelah Aldi buat Ibu. Seperti biasa, Aldi mencium punggung tangan Ibu kemudian kembali terduduk di kursinya. Ada binar bahagia terpancar dari wajah Ibu.
Aku mulai gugup, takut Aldi menyatakan perasaannya lagi, depan Ibu. Akan kujawab apa nantinya. Kehadiran Ibu di tengah-tengah kami menambah kaku suasana.
Tak banyak obrolan diantara Aku dan Aldi. Ada Ibu yang mengharuskan semua bahasan harus benar-benar dipikir matang-matang.
"Nak Aldi? Kapan lepas lajang?" Pertanyaan Ibu sontak membuat tenggorokan panas. Kopi yang sudah terlanjur di dalam mulut tertelan bak biji kedondong. Aku kaget, dan...was-was dengan jawaban Aldi.