NASI GORENG GOSONG DARI MERTUA
PART 3 CHEK
Aku tersenyum membayangkan.
Pasti nanti mas Irfan bakalan seneng banget kalau aku ngomong itu ke dia.
*
Selepas mandi sore. Aku berdandan cantik dan bersiap untuk menunggu kepulangan belahan jiwa di seberang sana. Meskipun dia orang kampung, tapi ketampanannya mengalahkan oppa-oppa Korea. Mirip sekali dengan Kim Soo Hyun. Ah, lagi-lagi hatiku bermekaran kalau membayangkan betapa tampannya mas Irfan.
"Assalamualaikum." Lamunanku terbuyar saat terdengar ucapan salam dan terbukanya pintu kamar.
Rupanya itu mas Irfan. Tumben sekali dia pulangnya cepat. Ah iya, aku lupa, mas Irfan kan bos di kantornya sendiri. Aku menyebutnya kantor, kandang kotor. Karena memang suamiku kerjanya di peternakan sapi.
"Waalaikumsalam. Tumben pulang cepet?" tanyaku, tak lupa mencium takzim tangannya yang beraroma khas sapi.
"Tangan Mas bau kan? Karena Mas belum mandi. Kamu tumben dandan cantik begini, mau ke mana?" Mas Irfan melepas jaketnya dan duduk di tepi ranjang.
"Emangnya aku nggak boleh cantik ya? Aku dandan begini 'kan buat kamu Mas," ujarku sembari melangkah mengambil sesuatu dari meja rias.
"Boleh dong, istri Mas mah nggak usah dandan juga udah cantik."
"Nih, hadiah buat, Mas." Kuberikan kotak persegi ini padanya. "aku koyo wedhus, Mas." tambahku tersenyum lebar.
"Hah! Kamu ngomong apa tadi?" Kedua matanya melebar sempurna.
"Aku koyo wedhus. Emangnya kenapa, Mas? Apa ada yang lucu? Aku seharian ngehafalin bahasa Jawa ini loh Mas. Buat nyatain sayang ke kamu."
"Hahah … Dek, Dek, kamu belajar bahasa Jawa sama siapa?" Mas Irfan malah terbahak. Emangnya ada yang salah apa?
"Aku belajarnya sama Ibu. Kenapa Mas?"
"Dek, Dek, kamu mau aja dikibulin sama Ibu." Tak hentinya mas Irfan menyemburkan tawa.
"Dibohongin gimana, Mas?" Aku yang masih tak paham berekspresi datar.
"Adek tahu apa artinya itu?"
"Artinya aku koyo wedhus itu?" Aku bertanya balik.
"Iya,"
"Taulah, artinya aku sayang kamu 'kan Mas?"
"Bukan Adek, itu artinya, kamu kayak kambing." Tak ada angin tak ada hujan. Mas Irfan malah menghinaku kayak kambing.
"Kok kamu malah ngehina aku sih, Mas?"
"Mas nggak lagi hina kamu, Dek. Memang itu arti kata yang kamu pelajari dari Ibu."
Wah sial. Ternyata aku dikerjain sama ibu. Duh, malunya setengah mati. Awas aja akan kubalas nanti ibu.
Aku nyengir kuda karena malu.
"Udah ya, Mas mau mandi dulu." pamit mas Irfan ke luar dari kamar. Karena letak kamar mandi berada di luar kamar.
*
Sepeninggal mas Irfan. Mataku menyisir ke seluruh penjuru ruang tamu. Tentu untuk mencari ibu.
Ke mana sih orang itu. Bikin jengkel aja. Bisa-bisanya dia ngerjain aku, pakai bilang kambing segala lagi. Hih! Awas aja kalau ketemu, tak bejek-bejek ntar.
Sreng!
Sreng!
Kudengar bunyi orang memasak di dapur. Pasti ibu di sana. Pikirku.
Secepat kilat kuayunkan langkah menuju dapur.
Benar saja. Wanita berusia enam puluh tahun itu sedang sibuk berkutat dengan peralatan masak.
"Hai Bu," sapaku ramah. Aku berdiri di samping ibu sembari turut menatap ikan yang tengah di goreng di wajan.
"Eh, Yeni, tumben nyusul ke dapur?" tanya ibu sesekali melirikku dengan ekor mata.
"Enggak, Bu. Aku mau ambil minum kok." tukasku lantas menuangkan air di teko ke dalam gelas.
"Oh,"
"Bu, Yeni mau tanya sesuatu nih,"
"Tanya aja, Yen."
"Sebagai menantu Ibu yang lumayan lama. Ibu tuh sayang nggak sih sama aku?" cetusku menatap ibu yang sibuk mengupas bawang.
"Ya jelas sayang dong, Yen."
"Kalau Ibu sayang sama aku, berarti Ibu koyo wedhus dong." Ibu langsung terperanjat. Hingga menghentikan aktivitasnya.
Kira-kira ibu bakalan ngejawab apa ya? Rasain, emangya aku nggak bisa ngebales apa?
*
Arti kata Aku koyo wedhus=Aku kayak kambing.
lanjut kagak? jangan lupa tinggalkan jejak ya.
Login untuk melihat komentar!