Munajat Cinta (1)

"Ya Allah Ya Tuhanku, dari-Mu lah rasa cinta ini berasal, maka hanya kepada-Mu lah cinta ini kutitipkan. Jika cinta ini memang hakku, hamba mohon jagalah ia sampai waktu yang kau tentukan itu tiba, tapi jika tidak, hamba mohon leburkan lah rasa itu secepatnya." -Fathimah Haura

___________________________________________________


Haura POV

Gelap malam tengah menyelimuti belahan bumi Nusantara, suara kebisingan aktifitas manusia mulai tak terdengar berganti kesunyian. Hanya suara hewan-hewan malam yang terdengar memuji Tuhan-nya sepanjang malam.

Allah menciptakan malam sebagai waktu untuk manusia mengistirahatkan dirinya sejenak. Berhenti dari segala aktifitas jasmani maupun ruhani. 

Namun, entah mengapa malam kali ini terasa berbeda, aku merasa kesulitan untuk mengistirahatkan diri ini barang sejenak. Sesuatu yang mengganggu pikiran membuat raga juga jiwaku tak bisa beristirahat dengan tenang.

Sedari tadi aku hanya berbaring, berganti posisi menghadap ke kanan dan ke kiri, berusaha memejamkan mata agar berisitirahat dari memandang dunia yang fana. Tapi hanya mata saja yang tampak terpejam, sedangkan dalam benakku terus terbayang berbagai angan yang tak dapat kuartikan.

Bayangan tentang Haidar, lelaki yang berhasil mencuri hati ini sejak empat tahun lalu tengah bercanda akrab bersama ukhty Atikah benar-benar mengganggu ketenangan jiwaku.

Mungkinkah aku cemburu? Rasanya dada ini selalu membara kala mengingat kejadian yang kulihat tadi pagi. Namun apa hakku untuk cemburu? Aku bahkan bukan siapa-siapa bagi Haidar, aku hanyalah wanita yang terjerat pesonanya saat pertama kali memandangnya. 

Mungkin aku bisa tenang saat santri-santri menyatakan sangat mengagumi sosok Haidar, mungkin aku masih bisa tertawa kala mendengar pernyataan sesesantri yang mengakui ketampanan Haidar.

Namun, saat aku tahu bahwa Ukhty Atikah juga tengah menyimpan rasa yang sama, rasanya aku benar-benar khawatir. Khawatir akan rasa cintaku yang tak kan terbalas. Khawatir akan rinduku yang tak kan berlabuh. Khawatir akan gagal memiliki Haidar sebagai jawaban atas doa-doaku.

Lelaki mana yang tidak tertarik dengan wanita seperti ukhty Atikah? Dia wanita yang sangat baik dan dewasa. Dia juga sangat pandai dan berwibawa. Jiwa kepemimpinannya begitu kuat. Sifat keibuannya juga sangat nampak. Wajahnya cantik, akhlaknya baik. Dia juga sangat energik. Nyaris sempurna sebagai seorang wanita.

"Ya Allah, kenapa hati ini tak bisa tenang?" 
Keluhku saat usaha untuk memejamkan mata selama dua jam tak kunjung membuahkan hasil. Kuputuskan untuk bangun dan mengambil air wudhu, barangkali dengan sholat dan membaca Al Qur'an hati ini akan terasa lebih tenang.

Kugelar sajadah dan kukenakan mukenah, sejenak melepas segala pikiran tentang dunia dan para penghuninya. Kuucapkan takbir sebagai pujian pertama dalam mengawali pertemuan dengan kekasihku. Kekasih sejati yang tak kan pernah menyakiti. Kekasih sejati yang hanya memberi tanpa mengharapkan balas budi. Kekasih sejati yang selalu mencintai walau sering di khianati.
Dialah Tuhanku, Dzat Yang Menumbuhkan rasa cinta di hatiku, yang menganugerahkan sebuah kenikmatan berupa indahnya jatuh cinta.

Kunikmati setiap gerakan dalam sholat. Tunduk dalam ruku' dan bersimpuh dalam sujud di hadapan sang kekasih untuk mengadukan segala kegundahan dalam hati. 

"Ya Allah Ya Tuhanku, wahai Dzat Yang Menguasai hati setiap hamba-Nya, berikanlah ketenangan untuk hati ini, jagalah ia dari segala rasa yang merugikan diri.

Ya Allah Ya Tuhanku, Yang Maha Cinta dan Memberi rasa cinta, hamba mohon tanamkan cinta yang sama di hati orang-orang yang hamba cinta.

Ya Allah Ya Tuhanku, jagalah hati ini dari segala rasa kecewa, lapangkan lah hati ini untuk menerima setiap apa yang telah engkau tuliskan dalam lembaran takdir hamba.

Ya Allah Ya Tuhanku, dari-Mu lah rasa cinta ini berasal, maka hanya kepada-Mu lah cinta ini kutitipkan. Jika cinta ini memang hakku, hamba mohon jagalah ia sampai waktu yang kau tentukan itu tiba. Namun jika tidak, hamba mohon leburkanlah rasa itu secepatnya.

Ya Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, terima kasih atas segala nikmat yang engkau berikan. Terima kasih atas anugerah-Mu yang begitu besar. Yang telah memberikan hamba kesempatan untuk menikmati indahnya jatuh cinta."

Kulangitkan doa-doa setelah mengakhiri sholat dengan salam dan sujud syukur. Menyampaikan segala kelu kesah sebagai hamba yang tengah dilanda asmara.

Kututup kegiatan malam ini dengan membaca ayat-ayat suci Al Qur'an. Memohon ketenangan dengan menikmati setiap keindahan firman-firman-Nya. Hingga tak terasa mata ini akhirnya terpejam dengan tenang.

_____________________________________________

Haidar POV

Aku berjalan di sebuah taman yang sering aku datangi sebelumnya. Bunga-bunga mawar berwarna putih tengah bermekaran, terlihat sangat indah berjajar di sisi jalan yang aku tapaki saat ini. Aku mencari seorang gadis kecil yang biasa kutemui di taman ini. Sudah lama aku tak melihatnya datang kemari, aku sangat merindukannya. Dia yang selalu menghiburku kala aku merasa kesepian dan merindukan kedua orang tuaku. 

Aku terus berjalan menyusuri taman, namun tak kunjung kutemukan gadis manis itu. Hingga saat aku melewati sebuah bangku di bawah pohon besar yang terletak di tengah taman ini, aku melihat seorang wanita cantik tengah tersenyum ke arahku, kemudian memanggilku agar aku mendekat.

Aku berjalan mendekat ke arahnya, semakin kudekati, kecantikannya semakin memancar, membuat aku seketika jatuh hati melihatnya.

"Kau memanggilku? Tanyaku saat sudah berada tepat di hadapannya. Ia lalu mengangguk tanda mengiyakan pertanyaanku.

"Siapa kamu? Kenapa kau memanggilku?" Tanyaku lagi.

"Aku gadis kecil yang dulu sering kau temui di taman ini," jawabnya dengan raut wajah yang berubah menjadi sendu.

Aku terkejut bukan main. Ternyata gadis kecil yang dulu kutemui telah menjelma menjadi wanita dewasa yang begitu cantik dan anggun. Gadis yang selama ini aku cari ternyata sudah hadir di hadapanku dengan wujud yang berbeda, ia telah tumbuh dewasa dan sangat mempesona.

"Aku selalu mencarimu selama ini, kemana sebenarnya kamu pergi? Mengapa tak pernah lagi datang kemari?" tanyaku padanya secara beruntut.

"Sejak aku memasuki usia sembilan tahun, orang tuaku melarangku untuk menemuimu lagi," ucapnya lirih, tampak raut kesedihan tergambar di wajah cantiknya.

"Apa sekarang mereka sudah mengizinkanmu kembali menemuiku?" tanyaku lagi yang hanya dia jawab dengan gelengan kepala.

"Lalu mengapa kau datang menemuiku kemari? Apa mereka tak akan marah?" tanyaku khawatir orang tuanya akan memarahinya.

Ia tampak terdiam sejenak. Wajahnya tertunduk lesu.

"Aku terpaksa menemuimu, karena aku sedang membutuhkan pertolonganmu," jelasnya.

"Pertolongan? Apa yang bisa aku lakukan untukmu?"

"Ya, aku membutuhkan bantuanmu. Setiap hari aku merasa dibuntuti oleh seseorang yang sangat menyeramkan, dia selalu mengikutiku kemanapun aku pergi," ucapnya dengan wajah pusat pasi.

"Lalu di mana orang itu sekarang? Apa dia menyakitimu?"

Gadisku itu tampak menggeleng,
"Dia tidak pernah menyakitiku ,tapi dia selalu mengintaiku. Tapi entah mengapa, saat aku datang kemari untuk menemuimu, tiba-tiba dia hilang begitu saja," jelasnya yang membuatku merasa aneh.

"Lalu bagaimana dengan orang tuamu? Apa mereka tidak memberi perlindungan?" tanyaku padanya.

"Mereka tak pernah mempercayai ceritaku, dan mereka selalu bilang bahwa tidak ada yang mengikutiku, padahal orang itu selalu ada di belakangku, namun orang tuaku tak dapat melihatnya," tuturnya.

Aku mengerutkan dahi mendengar ceritanya, sebenarnya apa yang tengah terjadi padanya.

"Tolong aku, aku sangat ketakutan, hanya kamu yang bisa menolongku, Haidar,'' ucapnya dengan suara tangis yang terdengar sangat pilu, wajahnya pun tampak begitu sendu.

Namun saat aku hendak mengusap air mata yang membasahi pipinya, tiba-tiba ...

"Astaghfirullah ..." ternyata aku bermimpi. 
Aku duduk sejenak, mencoba mengumpulkan kesadaran.

"Gadis kecil itu, setelah lama dia tak datang ke dalam mimpiku, kini dia datang kembali dengan wujud yang berbeda. Tapi bagaimana mungkin aku melihatnya sebagai ning Haura dalam mimpiku? Dan dia tampak begitu ketakutan dalam mimpi itu.

Aku mengusap wajah kasar, meneguk air putih dari botol yang selalu aku sediakan di nakas samping tempat tidur.

"Apa arti mimpi ini Ya Allah, apakah ini hanya bunga tidur saja? Mungkin karena aku yang terlalu memikirkan dan mengagumi ning Haura akhir-akhir ini.

Tapi mimpi itu terasa begitu nyata, apa mungkin mimpi itu memiliki makna tertentu? Semua seperti sudah tersusun skenarionya. Berawal dari mimpi di masa kecil itu, sampai pada perjalanan hidupku yang membawaku kemari dan mempertemukanku dengan ning Haura, apakah ini hanya kebetulan semata? Rasanya semua begitu rapih jika hanya dianggap sebagai sebuah kebetulan.

"Ya Allah ..." gumamku pelan. Kulirik jam di nakas, waktu masih menunjukkan pukul 02.00 dini hari. Kuputuskan untuk mengambil air wudhu dan melaksanakan sholat tahajjud, sembari menunggu shubuh, berharap setelah itu kudapati petunjuk atas mimpiku.

Kuungkapkan segala rasa yang memenuhi hatiku pada Sang Pencipta. Menyampaikan segala kerinduan yang tak kunjung berlabuh pada tuannya, menitipkan cinta pada Sang Maha Cinta untuk dijaga, dan mengikatnya dengan doa sampai pada waktu yang ditentukan itu tiba.