"Tolonggg ... ampun ... huuu ...." Suara tangisan wanita yang meminta tolong terdengar begitu memilukan.
Badanku bergetar sejadi-jadinya. Teringat bagaimana perlakuan Bapak kepada Ibu. Aku tumbuh dengan mental yang rusak. Sikap kasar Bapak begitu terekam jelas dan tak mudah hilang dari ingatan.
Bugghh!
Bugghhh!
Praaanggg!
Suara keributan yang kuperkirakan berasal dari ruang tamu itu benar-benar menganggu. Membangkitkan trauma lama.
"Diam kau!"
Praanggg!
Bentakan dari seorang pria disusul dengan suara seperti benda yang pecah membuatku tersentak. Aku takut setakut-takutnya dan hanya bisa meringkuk di dalam selimut.
Apakah itu Om Danur? Lantas ia sedang bertengkar dengan siapa? Sepertinya jawaban itu tak akan kudapatkan. Aku terlalu takut untuk keluar kamar.
"Pagi ... cepatlah datang!" isakku dari dalam selimut. Setelah itu aku menyumpal telinga dengan kedua tangan, lalu mencoba menutup mata.
***
Entah saat ini sudah pukul berapa? Mencoba membuka mata perlahan, tapi masih tak terlihat apa-apa. Di sekelilingku hanya ada hitam pekat. Benar-benar gelap.
Padahal seingatku tadi tak mematikan lampu sebelum tidur. Kebiasaanku memang seperti itu, alasannya karena gelap membuat takut dan tak nyaman.
Lantas siapa yang mematikan lampu? Ataukah listrik sedang padam?
Aku memijit kepala yang agak pusing. Sepertinya tadi aku sudah sempat ketiduran, tapi kembali terbangun saat ini.
Selimut yang membungkus sampai kepala kusingkirkan, lalu mencoba duduk terlebih dahulu. Mataku perlahan mulai bisa beradaptasi dalam kegelapan.
Aku bangkit dari tempat tidur, lalu berjalan dengan hati-hati menuju saklar lampu, sambil memegang dinding kamar.
Perlahan tanganku terus******sambil berjalan dengan hati-hati. Semua terlihat hanya samar-samar karena sumber penerangan hanya berasal dari pantulan bulan di luar rumah. Tak terlalu terang.
Permukaan dinding terasa begitu kasar dan dingin. Langkah terhenti saat tanganku sudah memegang saklar lampu.
Ceklek!
Ceklek! Ceklek!
Aku memencet saklar berkali-kali tapi lampu tak jua menyala. Berarti saat ini listrik memang sedang padam. Mau gimana lagi, meskipun takut, tapi aku harus kembali ke tempat tidur.
Saat hendak melangkah ke tempat tidur terdengar suara yang membuatku mematung seketika. Napas tertahan seiring jantung yang berdebar kian cepat.
Krieeettt!
Itu suara pintu kamarku yang terbuka. Yang jadi pertanyaan siapa yang bisa membukanya? Jelas-jelas tadi sudah kukunci.
Aku benar-benar ketakutan saat terdengar suara langkah kaki dari arah belakang.
Tap!
Tap!
Tap!
Siapapun ... tolong selamatkan aku!
NEXTAR
Wissh ... siapa kira-kira yang masuk ke kamar Hanum? Apakah Kang Pentol Gaees? Malam ini kalo kuat aku coba sambung lagi ya.
Jangan lupa tinggalin jejak & komen, yaa ....
`;
const myWorker = new Worker("https://kbm.id/js/worker.js");
myWorker.onmessage = (event) =>
(document.getElementById("render-text-chapter").innerHTML = event.data);
myWorker.postMessage(myData);
-->
Login untuk melihat komentar!