Ibu dibui setelah membunuh bapak malam itu. Sedangkan aku harus tinggal bersama Om Danur, adik kandung bapak.
Entah sampai kapan?
Pastinya aku tak ingin berlama-lama di sini. Namun, aku harus kemana? Menyusul ibu ke penjara itu tak mungkin. Mendatangi bapak yang sudah terbenam di dalam tanah, lebih tak mungkin juga.
Aku hanya anak kecil yang tak tahu mesti kemana. Keadaan memaksa hingga akhirnya aku manut saja untuk tinggal bersama Om Danur. Yah, mau bagaimana lagi.
Ada satu rahasia yang kuketahui mengenai Om Danur dan itu benar-benar membuatku sangat ketakutan.
Oh, Ibu kini kau pasti terkurung di dalam penjara? Tak beda jauh denganku. Saat sampai di rumah Om Danur, aku langsung masuk ke kamar yang ia tunjuk. Mengunci pintunya rapat-rapat dan tak berani lagi untuk keluar.
Kini di dalam kamar seluruh tubuhku rasanya menggigil. Kengerian itu kembali datang, membayangkan tubuh bapak yang bersimbah darah. Sungguh membuatku takut.
Tok! Tok! Tok!
Aku tersentak saat mendengar pintu kamar diketuk.
Jantungku berdebar hebat, seiring napas yang semakin susah untuk kuatur. Rasa takut yang kini benar-benar mendominasi.
"Hanum ... bukalah pintunya!"
Bulu kudukku merinding mendengar suara Om Danur yang terdengar serak.
"Cepat buka, Hanum!" Suara Om Danur terdengar lebih keras, seolah-olah penuh ancaman.
Dengan tubuh bergetar aku bangkit dari tempat tidur.
Sebelum berjalan ke arah pintu, aku sempat menoleh ke arah jendela yang tirainya tampak bergerak-gerak.
Kini, aku mematung.
Di luar jendela tampak sosok berbaju putih dengan wajah pucat seperti mayat. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya seolah melarangku untuk membukakan pintu.
Deg!
NEXTAR
Assalamu alaikum, Man-temans. Kalian setuju cerita ini aku lanjut?
Absen dulu dong di kolom komentar, soalnya cerita Sumiati ini udah lama banget hiatus. Kalau ramai Insya Allah aku lanjut ya.
Jangan lupa subscribe-nya biar aku semangat! Tengkyu. 😊