Malam Pertama
Tap LOVE dan tulis Krisan di Kolom Komentar

Happy Reading

Bismillah


Adzan subuh sebentar lagi berkumandang, lantunan sholawat dari speaker masjid dekat rumah membangun tidur setelah pesta resepsi semalam. 

Lelah, berdiri berjam - jam dan ditambah sesi pemotretan setelah semua tamu pulang.

Bahagia? entahlah, ini perjodohan dan mendadak nikah. 


kutepuk   pundaknya dengan pelan, wanita yang tertidur pulas di sampingku yang masih mengenakan pakaian pengantin lengkap dengan riasan tebal di wajahnya. 

"Namira, sudah hampir subuh, bangun!" 

Tak ada respon meski berkali-kali kuguncang lembut bahunya, wajahnya tampak sangat lelah. Beberapa kali tepukan di pundaknya membuatnya tetap bergeming. 


"Bentar lagi pasti bangun, mantan anak pondok, pasti sholatnya terjaga," gumamku. 


Setelah dari kamar mandi, bersuci dan mengambil wudhu terlihat Namira dengan posisi yang masih sama, masih tertidur lelap." 

"Kok, bisa ya tidur tanpa mengganti baju dan membersihkan make up tebal diwajahnya?" 

Sedikit percikan air, mungkin akan membangunkannya dari mimpi indah. 

"Abang ke mesjid dulu ya," tanpa menunggu jawabannya yang masih duduk dipinggir tempat tidur dengan muka bantal dan riasan yang sudah cemong, aku melangkah keluar kamar. 


***


"Cie ... cie pengantin baru, cepat amat bangunnya!" canda Kalilah, adik bungsuku yang baru tamat SMU mencoba meledek dengan senyum dan alis naik turun.


Abah yang sudah bangun sedari tadi dan mushaf Al Qur'an di tangannya memberi kode dengan bahasa tubuh agar Kalilah berhenti meledekku. 


"Emang pengantin baru gak boleh ke Mesjid?" kilahku 


"Bareng ya Bang ke mesjid," Kalilah menyeret langkahnya mengekor di belakangku. 


"Cepetan, Kal. Biar dapat sholat sunah sebelum subuh," ucapku tanpa menoleh ke belakang. 


"Iya ini juga udah cepat, Bang."


 Kak Namira gak dibangunin? ajak jamaah gitu. 


Biar romantis kayak di film-film. 


Jangan kaku gitu dong!" 

Nada suaranya seperti ngeledek. Dasar jahil emang adik bungsuku ini. 

"Namira baru bangun, waktu abang berangkat ke mesjid, lagian perempuan kan sebaiknya sholat di rumah!" 

"Ya gak pa-pa juga kan kalo sholatnya di mesjid, apalagi perginya sama abangku yang pengantin baru ini," ujarnya nyengir. 


"Gak usah sebut pengantin barunya juga, semua orang juga tahu, Kalilah!" ketusku. 


"Sekali-kali sholat di mesjid gak apa-apa kan, kali ajah ketemu jodoh yang soleh, tampan dan mapan," nyengirnya makin lebar dengan mata menyipit. 


"Oh jadi niatnya ke mesjid buat cari jodoh? masih bocah, sekolah yang benar dulu! baru mikirin nikah!" cercaku. 

"Berenang sambil minum jus, Bang!" sanggahnya tak mau kalah. 


"Minum jus? Juz amma? Hafal juz amma dulu, baru boleh mimpi dapat yang cowok soleh."

"Mimpi aja dulu, semoga bisa jadi kenyataan. Aamiinin aja kali Bang!" Racaunya memenyongkan bibir. 


"Iya, deh. Aaminn. Semoga adikku yang comel ini dapat jodoh yang soleh dan tampan kayak abangnya, Aamiin!"


"Idih ... ke - PD - an banget," ledeknya sambil mencubit lenganku. 


" Auh, sakit tahu !" pekikku mengusap lenganku bekas cubitan Kalilah sambil menjauh. 


"Maaf, sakit ya? bercanda, Bang," sahutnya pasang muka melas. 

"Kok, masih ngikutin?" ketusku. 

"Emang kenapa sih,  jutek amat!  mentang sudah punya istri, ngikut ke mesjid ajah sewot gitu!" gerutu Kalilah. 

"Pintu akhwat di sanaaa - Ka-li-lah," kutunjuk pintu  khusus jamaah akhwat. 

"Oh," bibirnya membulat lalu balik badan menuju pintu masuk khusus perempuan. 

"Niat banget ya cari jodoh sekarang," Ujarku mengeleng - geleng kepala. 

"Huss!" jari telunjuknya diletakkan depan bibir sedikit maju. 

***

“Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya dan sebaik-sebaik kamu adalah orang yang paling baik kepada istrinya." 

Saat perjalanan pulang dari mesjid masih terngiang hadits Rasulullah yang bacakan pak Ustadz saat tauziah ba'da sholat subuh tadi. 

"Kok, timingnya pas banget tauziah pak ustadz, tau aja aku baru nikah," gumamku

Namira, gadis yang sekarang menjadi tulang rusukku belum begitu kukenal.

Dia anak sahabat Abah. Perjodohan yang diatur olehnya tak bisa kubantah. 

Demi rasa hormatku kepada beliau perjodohan itu kuterima, tak mungkin juga Abah akan asal pilih wanita yang akan menjadi ibu dari keturunanku. 

Ahmad Abqory, nama lengkapku. Mahasiswa semester akhir di sebuah Ma'had. 


Abah memodaliku membuat usaha percetakan. Usaha yang baru beberapa bulan kurintis perlahan semakin banyak mendatangkan pelanggan tentu juga makin banyak untung. 


Melihat penghasilan yang sudah lumayan meski belum tergolong mapan, Abah mendesakku segera menikah dengan menjodohkanku dengan putri sahabatnya meski kuliahku belum tuntas. 


Cita-cita melanjutkan kuliah S2 ke negeri impian terpaksa ditunda atau mungkin tidak akan lanjut. 

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh," ucapku sebelum masuk rumah, terlihat Umi dan Abah yang sedang duduk di sofa menikmati teh hangat, di sampingnya Kalilah yang sedang menonton TV. 

"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh," jawab mereka kompak. 

Mataku tak mendapati sosok yang kucari, langkahku langsung menuju kamar yang masih tertata cantik dekor pengantin lengkap dengan taburan bunga mawar merah. 

Kamar pengantin secantik ini dibuat sedemikian rupa atas permintaan Kalilah, tapi berlebihan menurutku. 

"Yang nikah siapa, yang hareudang - hareudang siapa?" Aku tergelitik dalam hati. 

Kusapu setiap sudut kamar tak kudapati sosok Namira, hanya baju pengantin yang tergeletak di lantai.

 Lalu mataku di kejutkan dengan seseorang berambut gondrong sedang tidur di atas ranjang memakai celana boxer dan singlet berwarna putih. 

"Astagfirullah!" Pekikku, suara cukup membuat Abah dan Ummi terperanjat. 

Tanpa kusadari mereka yang mendengar suaraku memekik sudah ada dibelakangku, bahkan Ka-li-lah juga turut. 

" Ada apa Bang?" tanya Kalilah penasaran, Abah dan Umi saling berpandangan, sorot matanya terlihat penuh tanya melihat sosok asing di atas tempat tidur. 

"Seperti nya ada laki-laki yang tidur di kamarku!" desisku perlahan

"Ah masa sih? Kak Namira kali, Bang," sahut Kalilah. 

" Liat sendiri kan? Dia pakai celana boxer dan kaos singlet! pasti cowok tuh, Astagfirullah Namira!" nada suaraku naik satu oktaf karena mulai terbawa suasana, kesal dan malu.

"Baru juga nikah, Namira sudah berani bawa cowok lain, Di rumah ini  lagi!" Umpatku dalam hati. 

Umi memberanikan diri menghampiri sosok yang tertidur dengan posisi membelakangi. 

Mendengar berisik dari pintu kamar, dia mulai terbangun dan memperlihatkan wajah kusut dan kaget. 

Sontak menarik selimut menutupi kepala dan badannya saat melihat Abah memasuki kamar. 

"Mas, ngapain disitu? pada ngapain sih?" racaunya

"Loh kamu siapa?" Ketusku

"Aku Namira, Mas." 

"Astagfirullah, Namira!" Ummi menarik selimut hingga keliatan hanya menggunakan kolor sepaha dan singlet tipis. 

" Astagfirullah, maaf Umi," pekik Namira menarik kembali selimut di tangan Umi dengan pelan saat sadar Abah juga ada di dalam kamar. Hingga Abah sadar diri lalu keluar. 

Tinggal Aku, Umi dan Kalilah. 

"Namira, kamu ngapain sih pake kolor dan singlet aku?" cercaku pada Namira yang sedang garuk - garuk kepala kayak orang linglung

Hening ... tak ada jawaban. 

Namira ternyata lebih cantik saat tidak berdandan, baru bangun saja cantik apalagi  Ah - sudahlah. 

Rambutnya panjang, hitam dan lurus kayak iklan shampoo. 

Ada sesuatu berdesir dalam dada. 

"Aku sudah suudzon sama Namira, maaf ya istriku, " lirihku dalam hati

Lalu Umi dan Kalilah tertawa bersamaan, "mantu Umi ada - ada saja!" ujar Kalilah 

"Maaf, Mas. Tadi waktu abis mandi mau ganti baju ternyata tas pakaian ketinggalan dalam mobil, jadinya pakai kolor dan singletnya mas dulu. 

Tadi mau pinjam punya Kalilah, tapi dia juga ke mesjid," tuturnya yang masih membungkus badannya dengan selimut. 

"Ya sudah pakai bajunya Kalilah dulu," tawar Umi lalu memberi kode pada adikku untuk mengambil baju untuk dipakai Namira. 

"Jadi kamu belum sholat subuh?" tak kulihat ada mukena di dalam kamar. 

"Aku lagi datang bulan, Mas," jawabnya

"Loh, jadi semalam belum bikin cucu?" spontan Umi. 

" Uuummiii!" Sahutku dan Namira kompak


Bersambung. . . 

_______________________
 Sudah Bab 13 di Aplikasi KBM, let's cekidot 🥰









Komentar

Login untuk melihat komentar!