Rumah kakek
"Kakek, boleh Hani minta rambutannya?"
"Pohonnya banyak semut, kamu kemarilah nak,"
Hani kecil berjalan menuju tangga rumah kakeknya. Rumah itu, di sana dulu Hani selalu bermain bersama kakeknya.
Hani kecil tetap berjalan menuju tangga. Kakaknya, Ali, selalu menyukai setiap kali mereka bermain di bawah tangga rumah kakek. Tapi itu dulu, bukan sekarang.
"Kakek, izinkan Hani mengambil buah rambutan untuk kak Ali,"
"Kenapa kamu tidak kesini bersama Ali?"
"Kak Ali lelah kek, jadi aku ambil rambutan untuk kakak."
"Kamu selalu begitu nak, selalu mengalah untuk kakakmu. Ayo kemarilah! Ambil buah rambutan dalam keranjang itu. Bawakan untuk kakakmu."
Sorot kedua mata Hani tampak senang, dengan penuh harap, Hani mengambil buah rambutan dan memasukkannya ke dalam kantong plastik.
Kakeknya tidak tega untuk melihat keadaan Hani saat ini. Lihatlah, gadis kecil seperti Hani telah menjalani kehidupan yang sulit ini.
"Kamu masih kecil, Hani. Apa sanggup berjalan kaki dengan membawa rambutan itu?"
Dengan senyum, Hani menjawab, "aku sanggup kakek."
Mau tidak mau, kakek akhirnya menyetujui permintaan Hani kecil. Dan ketika Hani hendak pulang dan harus melewati jalan yang sepi, kakek pun beranjak dari tempat duduknya. Kakek membawa dua tudung kepala. Yang satu untuk dipakainya, dan satunya lagi untuk Hani kecil.
"Kakek mau kemana?"
"Mengantar kamu pulang nak,"
"Tidak kek, lihatlah! Kakek masih sakit. Duduklah disini kek, Hani baik-baik saja,"
masih kecil, bahkan belum genap lima tahun, ia sering menjadi bahan makian dan suruhan kakaknya. Ditambah lagi, Hani kecil yang kurang waktu untuk bermain.
Meskipun masih kecil, Hani tidak pernah mengeluh. Ia selalu tersenyum dan sayang keluarga.
Hani berjalan menjauh menuju rumahnya. Ia melambaikan tangan pada kakek, dibalas lambaian dan senyum hangat dari kakek.
Login untuk melihat komentar!