Hari Ke-11
Abu Bakar Ash-Shiddiq
Menjadi Khalifah Rasulullah
Abu Bakar selalu mengikuti setiap jihad yang dilakukan Rasulullah. Dia juga termasuk sahabat yang istimewa karena pada saat Rasulullah hijrah, Abu Bakar yang menemani beliau dalam perjalanan. Selama dalam perjalanan Abu Bakar kadang-kadang berada di depan Rasulullah, pada saat yang lain berada di belakang beliau. Rasulullah dibuat terheran-heran dengan tingkah sahabatnya itu. Rasulullah pun bertanya mengapa Abu Bakar melakukan itu. Abu Bakar menjawab, jika ingat musuh yang akan menyakiti Rasulullah ada di depan, ia segera ke depan untuk melindungi Rasulullah. Dan jika teringat musuh ada di belakang, dia segera ke belakang untuk melindungi Rasulullah.
Saat di dalam Gua Tsur, pengorbanan Abu Bakar sangat luar biasa. Dia membersihkan gua sebelum Rasul masuk untuk beristirahat. Dan ketika Rasulullah tertidur, seekor ular menggigitnya. Dia menahan rasa sakit sendiri dan tidak berani mengganggu istirahat Rasulullah. Rasulullah yang saat itu tidur dengan menyandarkan kepalanya di paha Abu Bakar terbangun karena air mata Abu Bakar jatuh ke wajahnya. Abu Bakar menangis karena tak kuat lagi menahan rasa sakit akibat gigitan ular.
Kecintaan Abu Bakar terhadap Rasulullah memang tak diragukan lagi. Karena itulah banyak yang meramalkan bahwa Abu Bakar kelak akan menggantikan kepimpinan Rasulullah. Anggapan ini juga diperkuat saat Rasulullah sakit, beliau mengamanahkan Abu Bakar untuk menjadi imam shalat.
Benarlah Abu Bakar terpilih sebagai khalifah (pengganti) Rasulullah yang pertama. Menjadi khalifah pertama bukan tanpa tantangan. Banyak sekali tantangan yang harus dia hadapi, salah satunya menangani orang-orang murtad (keluar dari Islam). Keberadaan orang-orang murtad ini dapat mengancam persatuan umat Islam. Pada masa awal kepemimpinannya juga, banyak orang yang menolak membayar zakat. Tentu saja ini menyebabkan turunnya kesejahteraan rakyat. Abu Bakar menangani penyimpangan-penyimpangan tersebut secara tegas. Mereka diperangi agar tidak menjadi contoh yang jelek bagi Muslim yang lain.
Hari Ke-12
Abu Bakar Ash-Shiddiq
Kebijakan-Kebijakan Pada Masa Kekhalifahannya
Sebagai sahabat Rasulullah dan termasuk bersegera memeluk Islam, Abu Bakar banyak menyerap ilmu dari Rasulullah. Ilmu yang dimilikinya diterapkan dalam masa kepemimpiannya. Jika ada hal-hal baru yang dia tidak temukan pada masa Rasulullah, beliau melakukan berbagai ijtihad (memutuskan hukum) dalam berbagai macam kebijakannya.
Abu Bakar menetapkan kebijakan untuk membangun Baitul Mal (kas negara) di Sunkhi. Pada masa Rasulullah sebenarnya Baitul Mal sudah ada, tapi disatukan di Masjid Nabawi. Baitul Mal ini menampung pemasukan untuk negara dari zakat, rampasan perang, jizyah (pajak) dari non-Muslim yang menjadi warga negara khilafah, dan sebagainya. Baitul Mal tersebut tidak dikunci karena beliau membagikan isi baitul mal tersebut kepada rakyatnya yang membutuhkan sampai habis. Suatu hari dia pernah menggunakan harta baitul mal untuk membeli kain. Kemudian kain tersebut dia bagikan kepada penduduk Madinah saat musim dingin.
Beliau menetapkan agar khalifah mendapat gaji yang diambil dari Baitul Mal. Besaran gaji harus mencukupi kebutuhan pokok (sandang, pangan, papan) khalifah dan seluruh keluarganya. Hal ditetapkan supaya khalifah bisa fokus mengerjakan tanggung jawab kepemimpinannya dan tidak terganggu oleh kewajiban mencari nafkah. Kebijakan ini berdasarkan usulan dari Umar dan para sahabat. Umar terenyuh saat pada hari pertama Abu Bakar memimpin dia masih berdagang di pasar untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Gaji yang diterima Abu Bakar dalam sebanyak 2.500 dirham selama setahun. Kemudian bulan-bulan berikutnya gajinya bertambah 500 dirham. Kalau dikonversikan diperkirakan total gajinya setahun sebesar 72 juta rupiah atau 6 juta perbulan. Bandingkan dengan gaji para pejabat negara kita saat ini!
Abu Bakar memimpin selama dua tahun. Beliau wafat di Madinah, pada bulan Jumadil Akhir 13 H. Sebagian orang mengatakan, beliau wafat karena menyicip makanan yang mengandung racun. Sementara Aisyah meriwayatkan, ayahnya sakit terlebih dahulu setelah mandi di hari yang sangat dingin.
Hari Ke-13
Ali bin Abi Thalib
Berani Membela Nabi Meskipun Masih Kecil
Ali hidup dalam keluarga yang serba kekurangan. Saudara kandungnya banyak. Ayahnya bernama Abu Thalib. Ketika Makkah dilanda musim paceklik yang panjang, Abu Thalib mengalami kesulitan ekonomi. Mengetahui kondisi pamannya yang sangat berjasa dalam hidupnya, Muhammad membicarakan tentang rencananya kepada Khadijah. Lelaki mulia itu berencana meringankan beban pamannya dengan mengajak Ali tinggal bersamanya. Khadijah menyambut dengan baik rencana mulia tersebut.
Setelah tinggal di rumah Rasulullah, Ali menyaksikan Rasulullah dan Khadijah menunaikan shalat. Kemudian dia menanyakan apa yang dilakukan keduanya. Rasulullah menjelaskannya sekaligus memaparkan Kerasulannya. Lalu beliau menawarkan kepada Ali untuk mengimani risalahnya. Namun Ali meminta waktu untuk berpikir. Ali berencana untuk mendiskusikan masalah tersebut kepada ayahnya. Tetapi dia berubah pikiran. Ali berpikir bahwa Allah menciptakan dirinya tanpa berdiskusi dulu dengan ayahnya. Maka Ali juga ketika memutuskan untuk masuk Islam tidak harus berdiskusi dahulu dengan sang ayah.
Tanpa sepengetahuan sang ayah, Ali masuk Islam sehari setelah Rasulullah diangkat menjadi Rasul. Seperti yang dikutip Muhammad Raji, Anas bin Malik menuturkan bahwa Nabi Muhammad diangkat menjadi Rasul pada hari Senin, Sementara Ali memeluk Islam pada hari Selasa.
Suatu hari, Nabi Muhammad mengumpulkan seluruh keluarga besarnya, Bani Hasyim. Dia menyampaikan dakwah Islam sekaligus meminta dukungan dari mereka. "Siapakah yang akan menjamin hutangku dan janji-janjiku, bersamaku di surga dan menjadi penggantiku dalam keluarga?" tanya Rasulullah. Abu Lahab berdiri menentang dan menghujatnya. Tiba-tiba, orang-orang yang hadir dibuat tercengang. Ali yang masih kecil berdiri, lalu dia berkata, "Aku, ya Rasulullah!"
Hari Ke-14
Ali bin Abi Thalib
Lelaki Berdebu Pemilik Hati Fatimah
Setelah Dewasa, Ali menjadi orang yang sangat beruntung. Dia dinikahkan dengan putri Rasulullah, Fatimah Az-Zahra. Sebelum menikah, banyak para sahabat yang menghadap Rasulullah untuk meminang Fatimah, namun tak ada satu pun yang berhasil memikat hati Fatimah. Para sahabat yang pernah mencoba meminang Fatimah antara lain: Abu Bakar, Umar bin Khattab, dan Abdur Rahman bin Auf. Rasulullah memberikan pilihan yang sebebas-bebasnya kepada Fatimah untuk memilih calon suaminya.
Ali dan Fatimah memang pernah hidup bersama Rasulullah ketika kecil. Ketika dewasa, Ali tidak lagi tinggal di rumah Rasulullah. Sebenarnya Ali menyukai Fatimah. Namun Ali tidak sanggup menemui Rasulullah untuk menyatakan perasaannya. Selain karena malu dia juga tidak begitu percaya diri karena dia tidak punya harta. Tapi akhirnya, Ali membuat keputusan besar. Dengan rasa malu, wajahnya menunduk ketika menemui Rasulullah. Rasulullah menanyakan maksud kedatangan Ali. Ali dengan jujur berkata, “Ya Rasulullah, aku ke sini hendak meminang Fatimah.”
Rasulullah menyampaikan keinginan Ali kepada Fatimah. Fatimah diam. Diamnya Fatimah dimaknai Rasulullah sebagai tanda putrinya itu setuju. Ali punya baju besi hasil rampasan perang. Baju besi tersebut dibeli Utsman bin Affan seharga kurang lebih 470 dirham yang digunakan sebagai biaya pernikahannya.
Rasulullah menerima 470 dirham dari Ali. Lalu beliau membaginya untuk tiga keperluan. Sepertiga digunakan untuk keperluan rumah tangga setelah keduanya menikah. Sepertiga digunakan untuk membeli wewangian dan keperluan walimah pernikahan. Sedangkan sepertiganya diserahkan kepada Ummu Salamah untuk menanggung biaya konsumsi selama walimah. Akad pernikahan pun dilangsungkan dengan mahar berupa sebesar 400 dirham.
Seperti kebanyakan pasangan suami istri. Ali dan Fatimah mereka pernah berselisih. Karena kesal, suatu hari Ali pergi ke masjid. Di masjid dia duduk bersandar pada dindingnya. Rasulullah datang tanpa sepengetahuan Ali. Rasulullah melihat punggung Ali penuh dengan debu. Bukhari meriwayatkan, kemudian beliau usap (membersihkan) punggung menantunya sambil berkata, “Bangunlah, hai Abu Turab (lelaki berdebu)! Bangunlah, hai Abu Turab!”
Hari Ke-15
Ali bin Abi Thalib
Si Jago Duel dalam Pertempuran
Peran Ali dalam perjuangan Islam tidaklah diragukan. Dia selalu hadir dalam setiap jihad yang diserukan Rasulullah. Dalam pertempuran, dia mahir berduel. Dalam Perang Badar, dia melayani tantangan perang tanding dari orang-orang musyrik. Dalam perang tanding tersebut, Ali berhasil membunuh Al-Walid bin Utbah.
Saat Perang Uhud, Abu Musa meriwayatkan bahwa Ali menggambarkan kecamuk Perang Uhud. Banyak sekali korban berjatuhan. Ali berusaha mencari Rasulullah, namun tak berhasil ditemukan. Ali menyangka, Allah pasti murka, sehingga Allah mengangkat-Nya. Kemudian Ali terus berperang sampai titik penghabisan. Dia pecahkan ujung pedang, lalu mendekati pasukan Muslim yang tersisa. Ternyata Rasulullah ada di antara mereka.
Saat Perang Khaibar, kaum Muslim kesulitan menerobos benteng Qamush. Rasulullah memanggil Ali yang tengah sakit mata. Rasulullah mengusap kedua mata Ali seraya mendoakannya. Akhirnya Ali sembuh. Lalu segera Ali berangkat menyerbu benteng Qamush. Ali bertempur sengit dengan lawan bernama Mahrab. Dalam pertempuran Khaibar juga, At-Thabari menceritakan kisah Rafi Maula. Diceritakan tameng Ali terlempar karena pukulan musuh. Dengan cekatan Ali mengambil daun pintu benteng sebagai perisainya. Daun pintu itu terus dia pakai sampai perang selesai. Rafi menceritakan dirinya dan beberapa sahabat lain mencoba mengangkat daun pintu tersebut. Tak ada satupun di antara mereka yang mampu mengangkatnya.
Sementara dalam Perang Khandak, Amr bin Abdu Wudd, menantang berduel kepada pasukan Muslim. Ali meminta izin kepada Rasulullah untuk meladeni tantangan duel. Rasulullah sempat ragu, tetapi akhirnya Ali menyakinkan hingga duel pun tak terhindarkan. Keduanya bertarung habis-habisan. Pemenanganya adalah Ali.