Hari Ke-6
Abu Bakar Ash-Shiddiq
Bersegera Mengimani Rasulullah
Ketika Abu Bakar kembali ke Makkah usai perjalanan dagangnya, dia mendengar Muhammad telah menjadi seorang nabi dari para tetangganya. Mereka mengatakan bahwa Muhammad mengaku Nabi dan mengajaknya untuk tidak menyembah berhala. Namun mereka tak mau meninggalkan penyembahan terhadap berhala. Kemudian mereka meminta Abu Bakar untuk menemui Nabi Muhammad Saw. Maka Abu Bakar segera bergegas menemui Muhammad yang merupakan sahabat dekatnya itu.
Saat bertemu keduanya bertemu, Abu Bakar langsung bertanya mengenai kabar mengenai kenabian sahabatnya itu. Muhammad mengiyakan. Dia mengatakan bahwa dirinya adalah nabi yang diutus untuk seluruh manusia. Nabi pun mengajak Abu Bakar mengimaninya. Tanpa ragu, dia bersegera mengimani Rasulullah. Oleh Karena Itu, Rasullullah memanggilnya dengan sebutan Abu Bakar As-Shiddiq (Orang yang bersegera mengimani risalah Islam). Dahulu, Abu Bakar bernama Abdul Ka’bah (Hamba Ka’bah). Kemudian Rasulullah memberinya nama Abdullah bin Abi Quhafah. Dia layak digelari Ash-Shiddiq karena selalu membenarkan risalah Rasulullah, termasuk membenarkan peristiwa Isra Mikraj yang dialami Rasulullah di saat para sahabat lain meragukannya dan orang musyrik mengingkarinya.
Setelah masuk Islam, Abu Bakar begitu semangat berdakwah. Dalam satu minggu, ada 6 orang sahabatnya yang berhasil dia ajak masuk Islam. Keenam orang tersebut adalah Utsman bin ‘Affan, Thalhah bin ‘Ubaidillah, Zubair bin ‘Awwam, ‘Abdurrahman bin ‘Auf, Sa’ad bin Abi Waqash, dan Abu ‘Ubaidah bin Jarrah.
Hari ke-7
Abu Bakar Ash-Shiddiq
Bulan Jatuh Di Pangkuannya
Sebelum masuk Islam, Abu Bakar pernah bermimpi menyaksikan bulan turun ke Makkah dan bulan tersebut pecah. Kepingan-kepingannya tersebar dan masuk ket setiap rumah. Tidak ada satu pun rumah yang terlewatkan. Kepingan-kepingan bulan tersebut kemudian kembali menyatu, membentuk rembulan sempurna. Lalu bulan tersebut mendekati Abu Bakar perlahan dan jatuh ke pangkuannya.
Saat terjaga, Abu Bakar mencoba mencari makna dari mimpinya tersebut. Dia merasa itu bukan mimpi biasa. Kemudian dia menemui seorang ahli kitab. Mimpi itu adalah tanda-tanda kabar baik yang akan diterima oleh Abu Bakar. Akan datang seorang nabi. Abu Bakar akan menjadi pengikutnya dan menjadi salah satu orang yang paling gembira atas kehadiran sang nabi. Demikian ahli kitab menafsirkan mimpi Abu Bakar.
Dan mimpi itu pun menjadi nyata. Abu Bakar menjadi pengikut Rasulullah yang sangat mendukung dakwah Rasulullah. Rasulullah sangat bangga terhadap Abu Bakar karena mengimani Rasulullah di masa-masa Awal tanpa ragu dan berpikir-pikir dahulu. Rasulullah memuji Abu Bakar, “Setiap aku mengajak seseorang untuk memeluk Islam, pasti orang tersebut akan ragu dan meminta waktu untuk mempertimbangkan. Kecuali Abu Bakar. Dia langsung menerima tanpa keraguan sedikit pun. ”
Abu Bakar banyak melakukan membebaskan sahabat yang berstatus Budak, di antaranya: Bilal, Amir bin Fahirah, Ummu Ubais, Zanirah, Nahdiah beserta putrinya, dan Hayy (budak perempuan yang pernah disiksa Umar bin Khattab). Perbuatan mulianya ini diprotes oleh ayahnya, Abu Quhafah. “Bukankah sebaiknya kamu membebaskan budak-budak yang kuat, lalu kamu jadikan mereka penjagamu?” ungkap sang ayah.
Abu Bakar menjawab dengan nada yang lembut, “Ayah, aku melakukan ini semata-mata karena Allah.”
Hari ke-8
Abu Bakar Ash-Shiddiq
Menyuarakan Islam Pertama Kali di Ka’bah
Meskipun Abu Bakar termasuk tokoh terkemuka di kalangan Quraisy, sama dengan sahabat lain, dia juga mengalami intimidasi dan penyiksaan. Suatu hari, Abu Bakar meminta Rasulullah dengan sangat agar menemaninya menuju Ka’bah. Rasulullah kemudian mengajak beberapa sahabat muslim yang saat itu jumlahnya masih minim. Kemudian Rasulullah menempatkan para sahabat tersebut di setiap sudut Masjidil Haram bersama anggota keluarganya masing-masing agar ada yang melindungi.
Abu Bakar menyerukan Islam kepada seluruh orang di area Masjidil Haram. Karena seruannya inilah, Abu Bakar disebut sebagai orang pertama yang mengkhutbahkan Islam. Orang-orang terperanjat dan marah mendengarkan seruannya. Seruan Abu Bakar dianggap sebagai tantangan terbuka.
Kemarahan yang tersulut itu dilampiaskan dengan tindakan anarkis. Mereka pun mengeroyok Abu Bakar. Utbah bin Rabiah sangat beringas menyakiti Abu Bakar. Lelaki musyrik itu menggunakan sendalnya untuk memukul wajah Abu Bakar hingga lebam.
Peristiwa mengenaskan ini diketahui oleh kabilah pelindung Abu Bakar, yaitu Bani Taim. Bani Taim menyelamatkan Abu Bakar. Bani Taim mengancam Utbah bin Rabiah, seandainya Abu Bakar meninggal, mereka tak segan-segan untuk balas dendam. Sementara Abu Bakar dibawa ke hadapan orang tuanya dalam kondisi tak sadarkan diri. Orang tuanya sangat bersedih. Mereka menangis dan terus-menerus mengajak Abu Bakar berbicara, berharap ia mendengar dan membalas ucapan mereka. Namun Abu Bakar masih tak sadarkan diri. Barulah dia siuman pada sore hari. Tahukah apa yang pertama kali dia ucapkan? Abu Bakar bertanya, “Apakah Rasulullah baik-baik saja?”
Keluarganya tidak menjawab pertanyaan itu. Mereka meminta Ibunya, Ummul Khair mencoba menyuapi makan Abu Bakar. Abu Bakar menolak makan sebelum mendapatkan kabar mengenai Rasulullah. Kemudian Abu Bakar meminta diantar menemui Rasulullah. Ummul Khair dan Ummu Jamil memapahnya menuju Darul Arqam. Ketika sampai, Rasulullah mendekap Abu Bakar dengan penuh haru. Abu Bakar memperkenalkan ibunya sambil meminta didoakan agar ibunya diselamatkan dari api neraka.
Rasulullah mendoakan Ummul Khair. Sementara Ummul Khair menyaksikan persahabatan anaknya dengan Rasulullah yang amat menakjubkan. Perempuan itu merasakan ada cahaya yang memenuhi seluruh jiwanya.
Hari ke-9
Abu Bakar Ash-Shiddiq
Ibnu Dughunah Menjamin Keselamatannya
Gangguan kaum musyrik Quraisy terhadap Abu Bakar makin meningkat. Kondisi ini mendorong Abu Bakar meminta Izin kepada Rasulullah untuk berhijrah.
Setelah diizinkan Rasulullah, Abu Bakar segera berkemas meninggalkan Makkah. Namun Abu Bakar belum tahu kemana tujuannya. Abu Bakar melangkah tanpa arah. Setelah dua hari perjalanan, ia bertemu dengan Ibnu Dughunah, seorang pemimpin Ahabisy. Ahabisy adalah sebuah kelompok yang melakukan perjanjian damai dengan kaum Quraisy.
Ibnu Dughunah bertanya, “Mau pergi kemana, Abu Bakar?”
“Tidak tahu, Kaumku tidak menyukaiku lagi. Bahkan mereka tidak segan melukaiku. Aku tidak punya tempat lagi di hadapan mereka.”
“Mengapa bisa begitu? Padahal kamu itu orang baik. Kembalilah ke kotamu. Aku akan mendampingimu dan menjamin keselamatanmu.”
Dengan senang hati Abu Bakar menyambut jaminan keselamatan dari Ibnu Dughunah. Kedua lelaki itu pun bertolak menuju Makkah.
Sesampai di Makkah, Ibnu Dughunah mengumumkan di hadapan kaum Quraisy. Dia berkata, “Aku menjadi penjamin keselamatan putra Abu Quhafah ini. Jangan sekali-kali kalian berani menyentuhnya kecuali dengan kebaikan!”
Setelah pengumuman itu, Abu Bakar bisa sedikit bernapas lega. Kaum musyrik Quraisy tidak lagi berani mengganggu Abu Bakar. Meskipun mereka geram dan tidak suka kepada Abu Bakar, mereka harus menahan diri mengingat mereka terikat perjanjian dengan pemimpin Ahabisy yang kini melindungi Abu Bakar.
Hari ke-10
Abu Bakar Ash-Shiddiq
Ibnu Dughunah Melepaskan Jaminannya
Abu Bakar memiliki sebuah bangunan di depan rumahnya. Bangunan tersebut dia jadikan sebagai mushala. Di sanalah dia melakukan shalat. Setiap kali dia menunaikan shalat, orang yang lewat akan berhenti. Mereka yang melewati mushala Abu Bakar ada anak-anak, para budak, dan kaum perempuan. Mereka berhenti hanya sekadar mendengarkan bacaan Al-Qur’an yang dilantunkan Abu Bakar saat shalat. Mereka mendengarkan dengan penuh takjub.
Bacaan Al-Qur’an Abu Bakar memang sangat memanjakan telinga siapa pun yang mendengarnya. Suaranya merdu, syahdu, bahkan saat Abu Bakar sendiri menangis saat membaca ayat-ayat suci tersebut. Kejadian ini terus berlangsung dari hari ke hari. Bahkan mereka yang lewat bersedia duduk berlama-lama dengan Abu Bakar untuk mendengarkan lantunan ayat suci Al-Qur’an.
Kaum Quraisy akhirnya mengetahui hal ini. Mereka menganggap Abu Bakar telah meresahkan. Mereka sangat khawatir orang-orang menjadi terpengaruh oleh Abu Bakar. Maka kaum Quraisy melaporkannya kepada Ibnu Dughunah. Menerima pengaduan tersebut, Ibnu Dughunah pun menemui Abu Bakar.
“Abu Bakar, Aku menjamin keselamatanmu bukan untuk menyakiti mereka.” Seru Ibnu Dughunah.
“Apa? Aku menyakiti mereka?” Abu Bakar kaget, karena dia merasa sama sekali tak pernah melakukannya.
“Mereka tidak suka kamu melaksanakan shalat di tempat yang biasa melakukannya. Sebaiknya kamu shalat di dalam rumah saja.”
Abu Bakar berpikir sejenak. Dia tidak mau persahabatannya dengan Ibnu Dughunah dibatasi dengan syarat. Akhirnya Abu Bakar mengembalikan jaminan Ibnu Dughunah. Abu Bakar lebih memilih jaminan langsung dari Alllah. Ibnu Dughunah pun menerima pilihan Abu Bakar. Dia segera mengumumkan kepada Kaum Quraisy bahwa dirinya melepaskan jaminan kepada Abu Bakar.
Kaum Quraisy kini merasa menjadi pemenang. Tak lama kemudian, seorang Quraisy memburu Abu Bakar dan menaburi kepalanya dengan pasir.