"Ibuu, maafkan Runi Bu...!" teriak Seruni.
Ia menghampiri ibunya dan bersimpuh di kaki ibunya sambil menangis.
Ibu Seruni terdiam beberapa saat, tapi akhirnya ikut menangis.
" Apa yang terjadi Runi? Mengapa kamu pergi tanpa pamit? "
"Maafkan Runi Bu. Runi tidak patuh pada Ibu dan Bapak. Runi mendapat hukuman Bu. Runi anak durhaka Bu... Maafkan Runi... Huuu uuu, " tangis Seruni makin keras.
"Apa yang terjadi Runi? Mengapa kamu sampai seperti ini? " tanya Ibu Seruni penuh kecemasan sambil mengguncang- guncangkan pundak Seruni.
Ibu Nurani bangkit dan mengajak Ibu Seruni duduk.
"Sabar ya Bu. Keluarga ini sedang mendapat musibah. Namun saya mohon, agar tidak terlalu menyalahkan Seruni, karena dia adalah korban, " tutur Bu Juwita mencoba menenangkan.
" Apa yang terjadi Bu? "
Bu Juwita terdiam sejenak.
" Seruni diper**sa, dan sekarang dia...hamil, " ucap Bu Juwita pelan.
Bagai disambar petir, ibu Seruni langsung terkejut dan lemas mendengarnya. Wajahnya berubah pucat, dan tubuhnya tampak gemetar.
"Astaghfirullah hal adziim... Astaghfirullah hal adziim... " ucap Ibu Seruni sambil memegang dadanya.
"Maafkan Runi Bu... " Seruni bangkit dan bersimpuh di kaki ibunya lagi.
*********
Sang Surya telah terbangun dari tidurnya.
Tombak-tombak sinarnya jatuh di sela-sela pepohonan yang rindang.
Hidup harus terus dijalani, meskipun berat terasa.
Seruni sudah bertekad untuk memperbaiki dirinya. Ia memutuskan untuk mempertahankan kandungannya.
Sajadah merah yg tergantung di tali di dekat dinding kamarnya, setiap malam basah oleh airmata. Ia memohon pertolongan Allah atas segala kesusahan hidupnya. Terutama sikap orang tuanya, yang masih terus menyalahkannya.
" Assalamu'alaikum Runi. Bagaimana kabarmu? Aku kangen," terdengar suara dari telepon genggamnya. "
" Wa'alaikum salam, Nur. Alhamdulillah, baik. Kamu sekeluarga bagaimana? " Seruni balik bertanya.
"Alhamdulillah, kami baik juga. Eh, sekolahmu bagaimana? Apa kamu mendapatkan surat peringatan? "
"Iya Nur. Bahkan sampai 2 kali. Tapi untunglah, wali kelasku baik banget. Aku masih bisa meneruskan sekolah. Bahkan beliau juga terus memantau keadaanku. Tapi bagaimana kalau teman-teman ada yang tahu? " tanya Seruni.
Nurani terdiam beberapa saat.
" Sabar Runi, cobaanmu sungguh berat. Tapi yakinlah atas kebesaran dan kekuasaan Allah. Oh iya, kamu nonton juga film kisah Maryam di TV? "
"Iya. Cobaan yang beliau alami sungguh berat. Aku sangat terkesan atas kesabaran beliau, " jawab Runi.
"Maaf ya Runi, sudah adzan Ashar. Kapan-kapan disambung lagi ya. Assalamu'alaikum, " Nurani mengakhiri percakapannya.
" Wa 'alaikumussalam. Terima kasih, " jawab Seruni.
**********
Mendung menggantung di desa Seruni pada suatu sore.
Dari jauh terlihat sebuah motor memasuki halaman rumah Seruni. Saat itu Seruni sedang menyapu daun-daun kering di halaman. Ia berhenti, dan merasa mengenal sosok itu.
"Assalamu'alaikum." Ia mengucapkan salam sambil tersenyum.
"Wa 'alaikumussalam, " jawab Nurani sambil tersenyum.
"Mas Yudi, silakan masuk. "
Pikiran Seruni dipenuhi berbagai pertanyaan.
"Mas Yudi dari rumah? "
" Dari rumah nenek, terus nganterin teman. Karena rumahnya nggak jauh dari sini, aku mampir saja. Bapak sama Ibu ada? " tanya Mas Yudi, sambil pandangannya menyapu ruangan.
" Baru berangkat ke desa sebelah. Ada teman Bapak yang nikahin anaknya. "
"Adikmu? "
"Ada di dapur, sedang masak mi instan. Sebentar ya Mas, aku mau bikin minum. "
"Iya, silakan. Terima kasih ya. "
" Ria sudah selesai? " tanya Seruni.
" Sebentar lagi Mbak. "
"Kamu ke ruang tamu ya, temani Mas Yudi. Nanti mi nya kuanterin, " pinta Seruni.
" Ogah. "
"Jangan begitu Ria. Ingat, Mas Yudi lho yang nganterin Mbak pulang, " rayu Seruni.
"Iya, iya. Baiklah Tuan putri, " ujar Ria membungkuk sambil melebarkan roknya dengan kedua tangan.
"Halo Ria. Masih ingat sama Mas Yudi? "
Ria mencium tangan Mas Yudi sambil tersenyum.
"Anak pintar. Ini, Mas bawakan biskuit buat kamu. Jangan lupa Mbak Seruni dikasih juga lho. "
" Terima kasih Mas Yudi , " ucap Ria sambil masuk ke dalam lagi.
"Lho, disuruh menemani kok kamu malah masuk?" tegur Seruni pada adikknya.
Yang ditegur cuma meringis.
Dengan membawa 2 gelas teh, Seruni kembali menemui Mas Yudi.
"Bagaimana keadaanmu Runi? Oh iya, tadi ibu titip salam. "
"Wa'alaikumussalam. Alhamdulillah, sudah semakin membaik Mas. Kemarin Nur juga
nelpon aku. Silakan diminum Mas. "
"Terima kasih Nur. Sudah ya, aku pamit dulu. Nanti malam ada janji sama dosen pembimbing skripsi. " Mas Yudi pamit setelah menghabiskan minumannya.
"Lho, kok cepet banget Mas? Nggak nunggu Ibu pulang? "
"Insya Allah kapan-kapan aku mampir lagi. Ini tadi cuma minta minum, " ujar Mas Rudi sambil mengeringkan sebelah matanya.
Deg. Jantung Seruni sesaat seperti berhenti berdetak.
"Titip salam sama Ibu dan Bapak ya. Assalamu'alaikum, " Mas Yudi mengakhiri pembicaraannya.
" Waalaikum salam. "
*******
Entah mengapa, pertemuan singkat itu membekas di hati Seruni. Ada rasa bahagia yang lebih, diam-diam menyelinap tanpa permisi. Padahal kemarin, sewaktu tinggal sementara di rumah Nurani, perasaan seperti itu belum ada.
Rupanya hal itu juga dirasakan oleh Yudi. Sebelumnya hanya ada rasa iba, mengetahui penderitaan Nurani.
"" Ya Allah, ada apa ini? Mengapa aku jadi teringat terus sama Seruni? "
Kedua tangan diusapkan pada wajahnya.
"Kumohon ya Allah, jangan tanamkan dulu cinta kepada Seruni. Aku masih sibuk skripsi... " doa Yudi dalam hati.
Sementara itu, jauh di desa, Seruni juga tengah mengeluh kepada Allah.
" Tuhan yang Maha Segalanya, mengapa aku jadi begini? Resah dan gelisah, memikirkan Mas Yudi terus... "
.....
TAMAT
Terima🙏💕 kasih telah berkenan membaca.
Terima🙏💕 kasih juga, bila bersedia memberikan tanda cinta❤ atau berkomentar.
Login untuk melihat komentar!