Derrttt derttt. Bunyi gawai Silla, pertanda pesan masuk.
[Aku pulang cepet. Mau di bawakan apa?] Pesan Daffa membuat jantung Silla seperti roal coaster. Memacu dengan cepat lalu jatuh dengan cepat pula.
Baru kali ini Daffa berkirim kabar. Bahkan 5 tahun pernikahan, bisa di hitung, berapa kali Daffa mendahului kirim pesan padanya.
Biasanya Silla slalu kirim kabar, walau hanya sekedar tanya gimana kerjaan nya, sudah makan, atau hal lain nya itu slalu di lakukan Silla.
Bahkan saat Silla telpon, tapi dengan sengaja Daffa tak mengangkat, atau tak sempat mengangkat, itu membuat Silla ngoceh di ujung telpon. Kebiasaan kebiaasan itu yang membuat jengah Daffa. Pesan berpuluh puluh, telpon bepuluh puluh yang slalu Silla kirimkan pada Daffa.
Silla, hanya melihat isi pesan tersebut tanpa membalas. Walaupun sebenarnya sangat senang. Bagaimana tidak? Suami yang di cintainya ini jarang sekali mengirim pesan padanya. Tapi, niatan itu seakan tertahan.
Silla terpikir kejadian seminggu lalu. Di mana dia, tanpa sengaja membaca isi pesan suaminya, terhadap wanita yang dulu pernah mengisi ruang hati Daffa.
[Dia slalu cerewet saat aku pulang telat, slalu telpon, bahkan berpuluh puluh. Beda dengan kamu dulu Cit,]
[Kamu, slalu mengerti keadaanku, suasana hatiku, slalu bisa mengimbangi ku. Aku rindu. Sangat rindu dimana, masa-masa itu denganmu. Apa salah jika aku masih menyimpan rasa untukmu,]
Dada Silla semakin nyeri , bedenyut dengan cepat. Seperti teriris sebilah pisau. Air mata, akhirnya tumpah pada porosnya.
[Kenapa hanya di baca? Tapi gak di balas] pesan Daffa membuat Silla terhenti dari lamunannya.
"Apa perlu aku membalas pesanmu Mas?" Ucap Silla sambil meletakkan gawai di atas Meja.
Dengan cepat berlalu, dan beralih ke Rindu.
Anak yang 3 tahun di nantikan, Silla. Yah bagi Silla bukan bagi Daffa.
"Ahh,,kenapa dengan pikiranku ini" Silla menggeleng gelengkan kepala.
____________
Daffa menyetir, dengan kecepatan sedang.
Membelah jalan yang ramai, tapi seakan kendaraan lagi mendukung jalanya Daffa. Sehingga lebih cepat sampai pada tujuannya.
Pesat tanpa macet lebih tepatnya.
Mobil silver putih, Akhirnya berhenti di depan Kedai Mie Ayam kang Shaleh. Mie ayam yang slalu jadi andalan Daffa ketika istrinya itu merajuk.
Sedikit ulas senyum tergambar di bibir Daffa, kala mengingat kejadian itu. Dimana Istrinya merajuk karna Dia pulang telat. Tapi, dengan bingkisan di tangan Daffa, membuat Silla kembali ke senyuman khasnya. Sangat cantik. Dia seakan lupa kalau Daffa pulang telat.
"Emmm" guman Daffa sembari memegang dada nya.
Entah kenapa, tiba-tiba dada itu bedetak dengan cepat.
.
.
.
.
.
.
.
.
Terima kasih, masih setia membaca cerbung saya🤗