KETOKAN EMERGENCY

Suara ketukan pintu yang cukup keras, membangunkanku dari tidur.  Kulirik jam di dinding menunjukkan pukul 1 malam.  Dan suara ketukan pintu itu terdengar semakin keras. 

Aku cepat-cepat berdiri dari peraduan.  Naluriku sebagai Dokter mengatakan, ada kegawatdaruratan yang sedang terjadi dan harus cepat-cepat ditangani. 

Sebelum keluar kamar, aku meminta suamiku untuk mengecek ke kamar putri kami yang masih berusia empat tahun.  Aku khawatir ia terbangun karena mendengar suara-suara berisik di luar.

Ketika membuka pintu, tampak seorang laki-laki tinggi besar sedang berdiri sambil merangkul erat seorang perempuan muda.  Mereka berdua terlihat sekitar usia dua puluh tahun. Wajah mereka berdua tampak semringah. Aku celingak-celinguk ke sekitar mereka.  Tapi tidak ada siapa-siapa, hanya ada mereka berdua.

“Bu Dokter,” perempuan muda itu membuka pembicaran.

“Ya, ada apa?”

“Suami saya baru datang malam ini,” katanya malu-malu, “Saya mau disuntik KB, Dok.”

Aku menarik napas panjang.  Ya, aku mengerti permasalahannya sekarang.  Ini memang situasi emergency buat mereka, tapi tidak untukku.  Emosiku mulai naik.

“Maaf, Bapak dan Ibu.  Untuk pelayanan suntik KB bisa jam kerja saja.  Bisa ke Puskesmas atau Bidan Desa,” kataku agak ketus.

“Tapi suami saya subuh ini sudah harus pergi lagi, Dok.  Dia kernet truk.  Tadi kebetulan truknya lewat sini. Tolonglah Dok,” perempuan itu berbicara dengan nada memohon.

“Bu, kalaupun Ibu disuntik malam ini, itu baru berefek setelah seminggu.  Jadi Bapak tetap harus pakai pengaman.”

Wajah pasangan itu tampak terkejut mendengar jawabanku.  

“Kalau begitu kami beli Pil KB saja, Dok,” perempuan itu berbicara seperti terburu-buru.

“Sama saja, Bu.  Tetap harus pakai pengaman.  Itu juga membutuhkan waktu satu hingga dua minggu untuk  memberikan efek yang diharapkan,” aku menjelaskan.

Sebenarnya badanku sudah sangat lelah dan ingin cepat-cepat kembali ke ranjangku lagi.  Tetapi melihat wajah mereka berdua yang terlihat bingung dan kecewa, membuatku tidak tega.  Jadilah malam itu aku harus menerangkan panjang lebar tentang alat-alat kontrasepsi, termasuk ‘pengaman’ yang kusebut tadi.  Sebenarnya ada alternatif Pil Kontrasepsi darurat, tapi saat ini aku tidak mempunyai persediaan Pil tersebut.

“Suami saya tidak suka kalau harus pakai pengaman, Dok,” bisik perempuan itu di telingaku, usai mendengar penjelasanku.  Wajahnya terlihat putus asa. 

Aku memandang ke arah pria muda berwajah polos di depanku.

“Bapak mau pakai pengaman atau tidak malam ini?” tanyaku dengan nada suara agak galak.

Ia mengangguk pelan.

“Ya, mau bagaimana lagi, Dok.  Kepepet,” sahutnya malu-malu.

Mereka berdua akhirnya pamit pulang, meninggalkanku yang mulai merasakan kedinginan.  Jam di tangan menunjukkan waktu pukul 1.55 pagi.  Pantas aku kedinginan, karena kami ternyata telah berdiskusi di teras rumahku selama hampir satu jam.

Sebelum kembali ke kamar, aku menengok  putri kecilku, yang alhamdulillah masih tertidur dengan lelapnya.  Di dalam kamar, kurebahkan tubuh di sebelah suamiku yang  juga tidur pulas. 

Mataku terpejam tapi sulit untuk tidur lagi.  Ini untuk ke sekian kalinya aku menerima ‘ketokan emergency’ pada jam tidurku. Sebelumnya pernah ada orang datang ke rumahku tengah malam karena gatal-gatal seluruh tubuh dan tidak bisa tidur.  Atau sebulan lalu, pukul 3 pagi rumahku diketok oleh seorang remaja putri yang meminta tolong untuk membantu menengahi pertengkaran orang tuanya di rumah. Walau pernah juga aku menerima kasus yang true emergency, seperti kejadian tiga bulan yang lalu saat ada lelaki muda digotong dalam komdisi terluka parah karena bertengkar soal wanita.

Yah, itu adalah suka duka yang harus kujalani karena bertugas sebagai dokter PTT alias dokter pegawai tidak tetap di daerah terpencil ini.  Daerah yang jauh dari hiruk pikuk kota.  Bahkan untuk merujuk ke rumah sakit saja butuh waktu lebih dari satu jam menggunakan kendaraan.

Itulah ceritaku dua puluh satu tahun yang lalu.  Sekarang semua itu hanya dapat kukenang sambil tersenyum.    


Komentar

Login untuk melihat komentar!