DILEMA
"Hem, kapan ya bisa ngebahagiain anak istri?" gumam Bang Udin sambil otewe jalankan motor matik. Benda berharga satu-satunya. 

Bukannya nggak ingin membahagiakan anak istri. Memberi duit berlimpah, tinggal di rumah mewah, mobil wah, perhiasan aduhai. Tapi sayang cuma di angan. 

Apalagi kondisi sekarang. Orderan ambyar, paling juga nyamber satudua. Di tambah saingan aplikasi on line dan pangkalan. 

"Pahit kalau diomongin mah, bisa jadi bahan novel kelak," lagi-lagi Bang Udin curhat sama diri sendiru.

"Alhamdulillah, ya Rob, untuk badan ini ciptaanmu, kalau made in china mah udah ngeheng kali," tukasnya membathin. 

Deru motor kian menjauh dari rumah. Bu Maryam langsung melambaikan gerobak sayur dan tergopoh dengan ibi-ibu team kepo. 

"Ya ampun Bu ... seratus ribu terus yang di pegang nggak pernah bawa dompet kaya kita-kita?" Tanya Bu Endang yang nyinyirin Bu Maryam. 

Team kepo yang lainnya ikut ngeberondongdengan berbagai sapaan.
"Nggak cukup segitu mah Bu Maryam,"  ucap Bu Ari yang ikut nyinyir. 

Bu Maryam tersenyum hanya menunduk tidak menjawab serentetan peranyaan team julid tersebut," bisa darah tinggi saya ngadepin mereka," gumamnya. 

Sedangkan tangannya memilih sayur mayur dan di serahkan sama kang sayur lalu menyodorkan uang seratus ribu 

Kangkung 2 ikat = 5000
Bawang merah dan putih 3000
Minyak gelasan 4500
Garam halus 3500
Masako 1000
Bumbu racik 2000 k
Tahu cina 10000
Telor 1/2 kg = 13 000

Total 42 000 k. 

"Empat puluh dua ribu jeng," ucap kang sayur sambil menyerahkan uang kembalian. 


"Ibu-ibu, pamit ya saya duluan mumpung anak saya tidur. Mau langsung eksekusi," ucapnya sembari menangkupkan dua telpak tangan di dada.


Sesampainya di rumah.
Bu Maryam menghitung sisa belanjaan tadi. 

"Alhamdulillah masih 58000 k bisa di celengin buat jaga-jaga

"