REZEKI TAK TERDUGA
Waktu terus berjalan, tidak terasa sudah pukul 17:30 wib. Bu maryam sudah rapi berpakaian dengan celan kulot lebar warna senada dengan kaus panjang kotak-kotak back ground ungu. Di machingkan dengan kerudung yang senada.
Mudanya di beri sapuan bedak sederhana dan lips gis warna sederhana. Agar tidak nampak pucat. Bu Maryam tidak suka dandan over dosis. Apalagi saat suami sedang mencari nafkah di luar sana. Bu Maryam menjaga jarak dengan yang bukan mahrom, walau saudara iparnya pun yang laki-laki. Bahkan pintu rumahnya pun nyaris lebih sering terutup dari pada terkuak lebar paling saat suami ada di rumah
****
Tidak berapa lama ada suara motor matik di depan rumah mungilnya.
Bu Maryam hafal benar itu suara motor milik suaminya.
"Nak, Ayah sudah datang," bisiknya sambil menuntun gadis kecilnya yang tampak mewan. Pipi cuby, rambut sebahu .di ikat ekor kuda. Poni terjuntai menutup dahi nya. Alisnya tebal melengkung dengan bola mata bulat dan bulu mata lentik.
Fotocofy an Bu Maryam ada pada Nina kecil. Mereka mirip benar.
Konon kata orang tua kalau punya anak yang wajahnya mirip ibunya. Katanya bawaan rumah tangga adem.
Walohu alam, fakta atau mitos hehe
"Assalamu alaikum," ucap Bang Udin sambil menyerahkan bungkusan lumayan besar.
"Waalaikum salam," tumben udah pulang Yah," tanya Bu Maryam sambil terima bungkusan dan cium punggung tangan suaminya dengan takjim.
"Alhamdulillah, orderan ramai hari ini udah tutup point, mau kejar tambahan udah kangen sama Nina," jawab Bang Udin sambil mengecup pucuk kepala sang istri, lalu membopong tubuh mungil Nina dan mengajaknya bercanda.
"Ini untuk anak ayah," ucap Bang Udin sambil memberikan boneka barby yang imut.
"Holee, boneka," Nina teriak kegirangan.
Kemudian nampak asyik bermain boneka dengan imajinasi anak-anak.
Sepasang suami istri itu tersenyum memperhatikan anak balitanya.
Bu Maryam beranjak ke dapur bikinkan kopi untuk suaminya dan pisang kepok kukus plus ubi rebusnya. Cemilan sederhan dan ngenyangin plus aman di konsumsi untuk kaum yang omsetnya pas pasan kaya daku hihi.
Oh ya ini bonus akhir bulan, Bun!" tukas Bang Udin sambil menyodorkan amplop president lumayan tebal.
Bu Maryam menerimanya,
"Bismillah," ucapnya lirih.
"Subhanallah, 3 juta lima ratus yah," ucapnya penuh suka cita.
"Silahkan Bunda kelola dengan baik, Ayah minta 500 ribu untuk jatah kotak amal mesjid dan mushola. Ayah percaya Bunda pandai atur keuangan!" titahnya sambil menyesap kopi hitam, dan hap diikuti oleh pisang kukus.
Uhuk, uhuk ... Bang Udin tersedak.
"Makanya berdoa dulu Yah!" ucap istrinya yang terkekeh ... sedangannya sibung membuka bungkusan bawaan suaminya.
"Masya Allah, dari mana semua ini Yah?" tanya Bu Maryam curiga.
"Oh itu acara syukuran ulang tahun anak Bos pendiri aplikasi go jek Bun. Semua mitra juga dapat bagian. Kita semua makan enak di base camp go jek saat pengambilan bonus akhir bulan. Insya Allah halal Bun," timpal Bang Udin sambil mengecup kening sang istri.
Bu Maryam tersenyum lalu merebahkan kepala di dada bidang sang suaminya.
"Awas jangan anteng banget nyendernya, takutnya ayah ngejengkang, bunda ikut nyungsep," timpal Bang Udin sambil bisik bisik mesra di daun telinga Bu Maryam yang tertutup hijab.
"Yee Ayah sama Ibu pacalan," ledek Nisa sambil tutup muka.
"Ish nih anak, sini sayang!" ucap Bu Maryam sambil gendong Nisa kecil.
"Sama Ayah dulu ya!" titahnya sambil taruh Nisa di pangkuan Ayahnya.
Bu Maryam membereskan parcel yang isinya lumayan banyak, ada telor 1/2 kg
Gulpas 1 kg.
Kopi saschet 2 renceng
Minyak kemasan satu liter
Kecap bango ukuran ekonomis
Saos
Mie instan sepuluh bungkus.
Terigu satu kg
"Alhamdulillah, aman untuk satu minggu ke depan. Paling tinggal kurangnya dikit-dikit."
Ucap Bu Maryam sambil bersyukur tiada hentinya.