Satu
Raya memijit keningnya yang terasa pusing. Telepon dari ibu yang tidak kunjung berhenti, membuat ia merasa tertekan. Ibu tahu kalau hari ini dia gajian di Caffe, dan pasti akan meminta jatah dari sebagian gajinya. Sebenarnya Raya tidak masalah ibu meminta gajinya, tapi saat ini, ia sedang menyusun skripsi, sehingga butuh banyak biaya buat membeli printer, supaya ia tidak bolak balik pergi ke warnet. Keinginan beli laptop juga harus ditunda, karena uangnya tidak pernah cukup. Meminjam pada kakak dan adiknya, 'naudzubillah' pelitnya ampun-ampunan. Bahkan untuk sekedar ikut nge-print pada adiknya, cucu Qorun itu tidak pernah mengizinkan. Ada ya, saudara  yang pelitnya seperti itu. Raya benar-benar heran. Padahal baju-baju mereka, Raya yang menyuci sekaligus menyetrikanya.

Beruntung Raya punya teman sebaik Dian, yang mau menghibahkan laptopnya, karena ia punya laptop baru, hadiah dari kakaknya. Raya jadi iri pada Dian punya kakak yang begitu baik. Sedangkan dirinya, berada dalam keluarga yang persis seperti dalam kisah 'Bawang Merah dan Bawang Putih' hidup dengan ibu tiri dan sauda tiri yang jahat. Bapaknya juga sama tidak pedulinya. 

Pernah Raya berpikir kalau ia anak pungut di keluarganya, tapi Bibi Mira mengatakan kalau Raya adalah anak kandung asli. Ada cerita menyakitkan dibalik perlakuan ibu yang terlihat jahat kepadanya. Kata Bi Mira, saat ibunya mengandung Raya, Bapaknya selingkuh dengan perempuan lain. Saat itu, Bapaknya bekerja di sebuah perusahaan yang bagus dengan posisi sebagai manager, Bapak tergoda dengan wanita cantik teman sekantornya. Ibu murka, dan berniat bunuh diri, tapi berhasil dicegah. Singkat cerita, bapak kembali pada ibu, tapi saat kelahirannya, ibu tidak peduli pada Raya. Dari kecil Raya selalu diperlakukan tidak adil oleh ibu, dan bapak hanya diam. Makin besar, kata ibu, wajah Raya mirip selingkuhan Bapak, makin menjadi sikap ibu dalam memperlakukannya. Jika Mbak Fatma dan Raisa diperlakukan layaknya anak kandung, Raya seperti pembantu. Tidak peduli ia sedang lelah atau sakit, perintah ibunya harus dituruti.

Bapak juga menganggap kalau kelahirannya membawa sial. Karena setelah ketahuan selingkuh, Bapak juga dipecat karena menggelapkan uang perusahaan.

Raya tiba-tiba tergugu dalam tangis. Sekarang ia sedang sendirian di toilet yang ada di kafe, jam kerjanya sudah habis, dan berniat untuk berangkat kuliah. Ia sudah merasa lelah dengan semua beban ini, yang ditanggungnya sendirian. Sebagai anak, ia tidak pernah meminta dilahirkan dari rahim ibunya, jika bapaknya yang selingkuh, kenapa dendam ibunya harus dilampiaskan kepadanya, bukan pada bapaknya.