Sebuah rumah sederhana type 36, itulah rumah yang bakal ditempati Raya dan suaminya. Tidak ada kemewahan di dalamnya. Hanya berisi perabotan sederhana, dapur mungil, tapi bersyukurlah di sana ada lemari buku. Sehingga Raya tidak akan merasakan kebosanan di saat menunggu suami. Raya berharap tinggal di sini, ia akan terbebas dari aura-aura negatif yang selama ini, selalu menekannya.
"Maaf, Mas belum bisa memberikan hunian yang mewah dan nyaman buat kamu. Tapi Mas janji akan berusaha buat bahagian kamu."
"Ini sudah cukup, kok, Mas." Raya tidak ingin jadi wanita penuntut. Tinggal di rumah ini, jauh lebih baik, ketimbang berada di rumah orang tuanya, yang tidak pernah memberikan kebahagiaan sedikit pun.
"Makasih ya, sudah mau menerima Mas."
Raya mengangguk. Lebih tepatnya bukan menerima, tapi dipaksa menerima. Pak Ganes mengambil kesemptan dalam kesempitan. Tapi menikah dengan Pak Ganesa mungkin sedikit lebih beruntung, dari pada ia harus di nikahkan dengan renternir yang ada di kampungnya yang sudah memiliki istri tiga.
Tubuh Raya menegang ketika Pak Ganes menuntunnya menuju sebuah kamar. Bayangan malam pertama terlintas di otaknya, dan ia belum siap melakukan itu semua. Ia pun menghentikan langkahnya, dan mencoba melepaskan pegangan tangan suaminya.
"Kenapa berhenti? Ayo, masuk!" protes suaminya.
"Ehm ... Mas ... kita tidak tidur bareng kan?" tanya Raya takut-takut.
"Ya, kita tidur barenglah, kamar di sini cuma dua, yang ini buat tidur kita, sedang kamar satunya dipakai sebagai ruang kerja? Kenapa?"
Raya terlihat gelisah, ia belum siap untuk tidur bersama, meskipun itu suaminya, orang yang sudah memiliki hak atas dirinya secara penuh.
"Hm ... kalau gitu aku tidur di bawah aja, ya, Mas?"
"Nggak ada yang namanya tidur terpisah. Mas nggak bakal biarin kamu tidur di bawah atau di kursi, di sini nggak ada sofa. Kamu kenapa takut banget tidur bareng, Mas? Mas nggak bakalan ngapa-ngapain kamu, kalau kamu belum siap."
Ada perasaan tidak enak merambat dada Raya. Tapi ia memang butuh waktu untuk menerima suaminya. Meskipun dia sudah membantunya keluar dari kesulitan yang ditimbulkan oleh keluarganya.
"Ayo, masuk! Kamu masih lemah dan butuh istirahat," ajak Mas Ganes.
Kali ini, Raya menurut. Semoga suaminya bisa memenuhi janjinya.