Dua Puluh Tiga
Suasana villa memang sangat menyenangkan buat berbulan madu, Ghanes sudah memikirkan rencana indah dengan istrinya nanti malam. Namun, sayang keinginannya itu tidak terlaksana. Dian bersama sepupunya yang lain datang ke Villa ini juga, di dampingi Om kembarnya. Gangguan lagi! gerutu Ganes kesal.

Kenapa sih, mereka nggak ngerti banget dengan keinginan pengantin baru yang inginnya hanya berduaan saja.

"Kenapa sih Mas, kok, wajahnya ditekuk gitu?"

"Mereka benar-benar kejam, nggak ngertiin banget kalau kita pengantin baru yang pinginnya berduaan."

Raya paham banget dengan maksud suaminya. Tapi dia malah jadi bersyukur dengan suasana ramai seperti ini, tidak mungkin Ganes menempelinya seperti lintah lagi. Ia harus bersyukur dengan kedatangan Dian dan keluarganya.

"Eh, kamu kalian di sini juga ya? Duh, sorry, kami kira nggak ada pengantin baru di sini," ujar Om Azriel merasa bersalah.

"Kasihan pengantin baru kita gangguin, tapi nggak apa-apa ya, tunda dulu mesra-mesraannya. Mendingan kita kumpul sambil happy-happy," ujar Om Arsell menimpali saudara kembarnya.

"Kenapa sih nggak bilang dulu, kalau Om mau ke sini?" tanya Ganes dengan wajah masam.

"Ya mana tahulah, kalau di sini ada kamu yang mau honey moon, tahunya kami, kalin berbulan madu ke Maldivest atau Maladewa, bukan ke sini."

Arghh … benar-benar kesal luar biasa. Harusnya kedua om-nya itu pada tahu diri, sewa Villa yang lain, biar dia dan Raya hanya berdua saja di Villa ini. Tapi mereka tanpa merasa bersalah masuk ke dalam Villa. Beginilah kalau Villa milik keluarga, kapan saja mereka bisa datang. Salahnya sendiri nggak bilang ke keluarga kalau mau ke sini.

"Sudah Mas nggak usah marah? Malah senang kalau rame gini." Raya berusaha menenangkan kekesalan suaminya.

"Kita pindah Villa saja yuk, sayang. Sewa Villa ditempat lain."

Raya menggeleng, "Aku suka di sini Mas, kalau pindah ketempat lain, takutnya malah villa berhantu. Mendimg di sini ramai."

Ganes tambah kesal, ia masuk ke dalam villa dan membiarkan Raya bersama keluarganya.