Liburan menyebalkan! Ganes uring-uringan karena sampai malamnya keluarga dari pihak ibunya tidak jadi pulang ke Jakarta disebabkan hujan deras yang tidak juga berhenti. Maka, kedua Om kembarnya memutuskan untuk menginap di villa. Dan yang lebih menyebalkan salah satu dari Om-nya mengusulkan agar para perempuan tidur dengan para perempuan di kamar sedangkan laki-laki memilih tidur di luar kamar. Otomatis ia tidak sekamar dengan Raya. Dian yang mendapat usul dari papanya, ia langsung menerima tawaran itu dengan semangat.
"Hore, Ray, kita bisa tidur sekamar. Kita bisa curhat-curhatan. Ada banyak yang diobrolin sama kamu. Terimakasih, Pah, atas idenya."
Ganes menatap sepupunya dengan hati nelangsa. Niat mau bukan madu, malah semuanya jadi gagal berantakan. Dan malam ini istrinya dibajak sepupu lucnut.
"Mas, aku tidur sama Dian, ya. Semoga kamu bisa tidur nyenyak." Raya menepuk bahu suaminya sebelum masuk kamar. Perasaan lega merambati hati Raya, karena ia terbebas dari suaminya. Jujur, ia belum siap untuk melakukan kewajibanya sebagai seorang istri.
Ganes tidak menjawab. Kejengkelannya malah makin berlipat. Ia harusnya menolak permintaan sepupunya itu. Bibirnya semakin mengerucut.
"Haha ...." setelah sampai kamar Dian terbahak.
"Kenapa tertawa?" tanya Raya heran.
"Kamu lihat nggak, Ray, bagaimana wajah Mas Ganes tadi, kecut banget. Acara honey moon terganggu."
Raya merasakan itu. Jika Mas Ganes marah, tapi ia menahannya.
"Tetapi mau bagaimana lagi, kami nggak mungkin pulang di saat hujan deras kayak gini. Honey moon kan bisa dilakukan hari-hari lain kan, Ray?"
Raya hanya mengangguk, karena ia tidak punya kosa kata lain untuk menceritakan kekesalan suaminya.
"Eh, dia sekarang sudah jadi dosen yang baik belum, apa masih jadi dosen otoriter?" Dian menyikut lengan Raya.
"Ehm ... Sejak pernikahan kami belum masuk kampus lagi. Masih cuti."
"Aku nggak nyangka karena sepupuku yang cool itu sampai sejauh itu berkorban untuk mengejar kamu."
"Berkorban apa?"
"Emang Mas Ganes belum cerita?"
Raya menggeleng.
"Kan, aku udah bilang kalau Mas Ganes itu sukanya sama kamu sudah lama."
Raya ingat kalau Dian pernah mengatakan itu. Tapi, ia belum merasa percaya. Dia yang di rumah dikatakan ibunya bodoh, tidak berguna, beban keluarga, lalu bisa-bisanya ditaksir dosen, yang ternyata bukan dosen biasa.
"Ah, biar nanti Mas Ganes aja yang cerita. Sekarang kita tidur saja."
"Katanya tadi kamu mau curhat."
"Nggak sekarang ternyata aku ngantuk. Hujan di luar membuat mataku berat pingin tidur. Cuacanya yang dingin pinginnya buru-buru bergelung dalam selimut. Besok aja curhatnya."
Raya menghela napas berat. Dia merasa bersalah meninggalkan suaminya yang mungkin sekarang sedang ngambek.