Enam
Pak Ganes izin pulang terlebih pada Raya, karena ia ingin memberi tahu kedua orang tuanya bahwa hari ini dia akan menikah. Dan sekalian akan melunasi hutang keluarga Raya, sebagai syarat pernikahan hari ini bisa diberlangsukan. Ia juga sudah mencari penghulu yang bisa menikahkannya dalam waktu yang mendadak seperti ini. Untung saja ia punya teman, yang ayahnya bekerja di KUA. Dia bersedia menikahkannya, tapi nanti malam.

Sebelum meninggalkan Raya, Pak Ganes menghubungi sepupunya Dian, untuk menemani Raya di rumah sakit.

Dian datang lima belas menit kemudian. Gadis itu membawa bubur yang dibuatnya dari rumah, dan juga buah-buahan. Hari ini, ia memang berniat menjenguk sahabatnya. Beruntung saat di telpon Mas Ganes, Dian baru selesai bikin bubur.

"Menurutmu Pak Ganes orangnya kaya gimana, Di?" tanya Raya penasaran. Gadis itu berusaha untuk duduk, tubuhnya sudah membaik, dan selang infus juga sudah dicabut. Raya sangat penasaran dengan sifat calon suaminya itu.

"Wah, ada apa kamu nanyain sepupuku? Apa sudah tertarik untuk membuka hati pada sepupuku? Atau diam-diam kalian sudah pacaran, tanpa sepengetahuanku."

Raya memutar bola mata jengah. "Kamu tahu kan kalau aku nggak pernah mau pacaran?"

"Oh, iya ya, aku lupa. Berarti dia ngajakin kamu menikah, dong?"

Dengan terpaksa Raya mengangguk.

"Alhamdulillah, akhirnya sepupuku mau punya istri juga. Pasti Tante Malika senang, apalagi nikahnya sama sahabatku sendiri. Mas Ganes itu baik banget pokoknya. Dia sangat sayang sama keluarga. Tahu nggak Ray, demi bisa ketemu kamu, dia melamar jadi dosen di kampus kamu empat tahun yang lalu, padahal dia bisa aja ngajar di Universitas Favorit, setelah sebelumnya jadi dosen di Malaysia. Duh, ya ampun, dia bucin banget kan sama kamu. Dia juga rela ngajar kuliah malam, padahal tawaran Om Aby, ayahnya di perusahaan sangat menggiurkan. Perjuangan dia buat menarik perhatian kamu itu lumayan panjang."

"Masa sih? Kok, kamu nggak pernah cerita?"

"Mas Ganes mengancamku kalau aku cerita, dia ingin benar-benar berjuang buat dapetin hati kamu, katanya."

Raya menarik napas lega, setidaknya ia akan menikah bukan dengan orang yang salah.