Lima : Surat Nikah dari Kelurahannya Mana?
KUPERMALUKAN SUAMIKU DAN SELINGKUHANNYA SAAT PENYULUHAN DESA 5

Lima : Surat Nikah dari Kelurahan mana?


Kesetiaan itu mahal, karena itu tidak akan bisa dilakukan oleh para pengkhianat yang murahan.

***

FLASH BACK ON :


Setelah Adi berkunjung ke rumah, dia sering bergentayangan didekatku. Entah menjemput papanya di puskesmas, maupun berkunjung ke rumahku dengan membawa aneka makanan.

Hendak kutolak, tapi aku merasa tidak enak dengan dokter Radit. Akhirnya kuterima saja buah tangan yang selalu dibawanya.

Sampai suatu saat sekitar 6 bulan Adi mendekatiku, dokter Radit mengajakku bicara. Beliau ingin aku menjadi menantunya.

Aku terkejut dan meminta waktu. Mengingat usiaku yang baru 22 tahun, membuatku masih ingin menabung dan membahagiakan bapak dan Dimas.

Aku meminta waktu untuk mengenal Adi sebelum menikah dengannya. Untunglah dokter Radit dan Adi setuju.

Saat Adi berkunjung ke rumah, aku mengatakan ingin mengenalnya selama 3 tahun, sambil menabung untuk masa depan. Jika dalam waktu tersebut ada perempuan lain yang lebih cocok dengan mas Adi, aku akan merelakannya, begitupun jika yang terjadi sebaliknya.

Mas Adi setuju. 

***

Ternyata dalam jarak 3 tahun, mas Adi semakin mantap mencintaiku, dan akupun akhirnya menerima cintanya, karena aku tersentuh melihat kegigihan mas adi yang selalu meraih hatiku.

Aku dan mas adi menikah dengan syarat, dia dan aku tinggal di rumah bapak dahulu sebelum kami punya rumah sendiri.

Kukira hidupku bahagia dalam waktu yang lama. Tapi sayangnya 3 bulan setelah aku menikah, bapak meninggal saat sedang sholat.

Aku terkejut bukan main. Padahal bapak tidak pernah menunjukkan gejala sakit apapun selama ini.

***

Enam bulan setelah menikah, usaha peternakan sapi mas Adi mulai menunjukkan hasil. 

Dan mas Adi memanfaatkan hasil jual sapi untuk mencalonkan diri menjadi kepala desa.

Mas Adi menyantuni warga kurang mampu, sering memberi bantuan pada yayasan sosial maupun yatim piatu. Sehingga mas Adi pun mendapat dukungan warga secara penuh dan berhasil menjadi kepala desa.

***

Sudah lewat setahun usia pernikahanku dengan mas Adi. Tapi kita belum juga dikaruniai seorang putra.

Akupun mengajak mas Adi mengunjungi dokter kandungan bersama. Dan aku sungguh terkejut saat dokter mengatakan bahwa aku mengalami PCoS, yaitu kelainan hormonal yang mengakibatkan pembesaran pada ovarium.

Pantas saja dari gadis, siklus h*idku tidak teratur. 

Aku mulai menjalani berbagai terapi dari dokter, tapi rejeki berupa buah hati belum juga kumiliki.

Hingga suatu saat kenyataan lain membuatku curiga. Ponsel mas Adi dikunci. Ini tidak seperti biasanya dan pasti ada yang tidak beres.

Saat kutanya kenapa ponselnya dikunci dengan pola, mas Adi menjawab hanya iseng.

Wah, sudah nggak bener nih, batinku.

Ingin marah, tapi belum ada bukti.

Sejak saat itu aku selalu mengamati mas Adi secara diam-diam.

Dan akhirnya setelah mas Adi tertidur, aku yang sudah tahu polanya meraih ponsel mas Adi.

Pertama, aku menuju galeri. Bersih dari foto-foto aneh.

Kemudian aku menuju whatsapp. Tidak ada yang aneh, tunggu!

Aku membuka chat atas nama Emilia, sekertarisnya. Dan tanganku bergetar saking terkejutnya.

Hanya ada satu kalimat balasan dari mas Adi. Mungkin riwayat chat yang lain sudah dihapus.

[Sayang, jangan lupa berdoa sebelum tidur]

Cih, amit-amit jabang bayik! Selingkuh masih ngingetin selingkuhannya tentang dosa.

Segera ku capture dan kukirim di ponselku. Dalam hati aku sangat penasaran, sejauh apa hubungan mas Adi dengan perempuan itu.

Akhirnya saat sarapan, aku menunjukkan bukti screenshoot whatsappnya. Wajah mas Adi memucat. Aku mengancam akan memberitahu dokter Radit jika mas Adi masih terus selingkuh.

Mas Adi berjanji akan segera meninggalkan sekertarisnya karena dia bilang hubungan mereka baru mesra di chat whatsapp saja.

Hadeh, mana aku percaya. Aku yang sudah telanjut sakit hati ini takkan tinggal diam dan menyelidikinya sampai tuntas.

***

Aku menghubungi Dimas yang sedang kuliah di kabupaten sebelah dan memintanya mencarikan cctv berbentuk pulpen.

Akhirnya setelah mendapatkan barang yang kupinta, aku segera ke balai desa.

Berpura-pura mengajak makan bersama sepulangnya dari kerja, dan saat dia lengah, aku memasukkan cctv berbentuk pulpen di antara tumpukan-tumpukan pulpen lain di atas meja. 

Saat akan masuk ke dalam mobil, Emilia menyapaku. Sebenarnya aku ingin menjambaknya sekeras mungkin. Tapi kutahan. Ini belum saatnya. Mereka harus dibuat malu dan sakit hati lebih dari yang kurasakan.

Beberapa hari mengamati dari ponselku yang terhubung dengan cctv, akhirnya aku menemukan bukti perselingkuhan mereka. Akan kubongkar borokmu di hadapan warga desa. 

Dasar, seharusnya kades itu menjadi panutan ini malah jadi parutan.

Aku mengesampingkan sedih yang kurasakan, menangis sesaat karena mengingat mas Adi dulu yang mengejar-ejarku, sekarang justru menghamili sekertarisnya.

Aku memang mengalami kelainan hormonal, tapi bukan berarti aku mandul. 

Akhirnya kesempatan untuk memberi pelajaran mas Adi dan ulat keket itu datang. 

Aku diminta memberi penyuluhan di balai desa. Sebenarnya aku tidak enak dengan dokter Radit yang telah membantuku selama di puskesmas. Tapi hatiku sudah telanjur sakit karena mas Adi.

Booom! Seluruh warga desa tercengang melihat cctv yang telah kusalin di flashdsik. Tamat riwayat kalian berdua! batinku.

Untung saja kunci mobil mas Adi ada di tasku dan aku segera pulang dengan mengajak adikku langsung menuju bank, untuk memblokir ATM mas Adi.

Biar dia tahu rasa jika sudah mempermainkan seorang Renata!

***

FLASH BACK OFF

Aku bersiap akan tidur saat kudengar ada yang mengetuk, lebih tepatnya ada yang menggedor pintu rumah.

Aku keluar kamar hendak membuka pintu yang ternyata sudah ada keduluan Dimas.

"Mana Renata?!" tanya mas Adi pada Dimas.

"Aku disini! " sahutku mendekat. Dia pasti bingung dengan ATM yang telah aku blokir.

"Kamu keterlaluan, kenapa kamu blokir ATMku?" tanya mas Adi berang.

"Karena sejak kamu selingkuh dengan perempuan itu, nafkah ke aku berkurang drastis Mas, kalau aku nggak dapat nafkah dari kamu, perempuan itu juga harusnya nggak dapat!" sahutku.

"Harusnya mbak ngaca kenapa mas Adi berpaling padaku!" terdengar suara Emilia.

"Oh, sudah berani juga dia rupanya setelah tadi pagi masih ketakutan,"

"Kenapa memangnya?" tantangku.

"Mbak itu mandul, jadi mas Adi milih perempuan yang subur dong," sahut Emilia sombong.

Hatiku panas mendengarnya. Aku juga nggak mau terkena PCoS, tapi aku tidak dapat menghindar dari ketentuan takdir.

"Lebih baik mana antara, nikah tapi belum hamil, atau belum nikah tapi sudah hamil?!" tanyaku.

"Hei, kami sudah nikah kok," sahut Emilia penuh percaya diri.

"Mana buktinya? pasti kamu nikahnya barusan, dasar penipu!" sentakku.

"Ini buktinya!" mas Adi lalu mengeluarkan beberapa lembar foto akad nikah di hadapanku.

Aku mengambil dan mengamatinya dengan hati-hati setiap lembarnya. "Pasti foto ini dibuat dan dicetak baru saja." Batinku.

"Okay, kalau memang ada fotonya, sekarang aku minta bukti surat nikah yang dari kelurahan, biar bisa dipastikan tanggalnya?!" tantangku.

Mas Adi tampak terkejut.

"Oh itu.., aku....


Next?

Boleh banget baca karyaku yang lain :

 1. Aku Lelah, Mas (tamat)
 2. Saat Pasienku adalah Istri Mantan (tamat)
 3. Ternyata Pasienku adalah Istri Kedua suamiku (tamat)
 4. Kupermalukan Suamiku di Penyuluhan Desa (on going)
5. Mua Pengantin Istri Mantan (On going) 

 





Komentar

Login untuk melihat komentar!