5M Vs 5M (Lanjutan)
Kemarin sudah di bahas tentang 5M yang pertama. 5 M yang dilakukan saat proses pembelajaran di kelas, tatap muka langsung di sekolah antar guru dan siswa yang dilaksanakan di sekolah.
Permasalahan yang dialami guru dan siswa di seluruh dunia adalah masalah pandemik, karena pandemik segala aktifitas dilakukan di rumah termasuk belajar dan mengajar. Bagi siswa, belajar dirumah itu bisa jadi merdeka dari semua kegiatan belajar.
Seperti sebagian siswa selama ini, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang sangat membosankan, yang jika perlu tidak perlu ada yang namanya kegiatan sekolah. Jadi, adanya pandemik ini merupakan hari-hari merdeka buat sebagian siswa.
Namun, belakangan mereka juga ternyata merindukan belajar disekolah. Merindukan bertemu teman-teman seusianya, merindukan proses belajar dengan guru. Pandemik yang sampai hari ini belum ada titik terang dan indikasi mereda, membuat para siswa pun mulai tidak betah di rumah. Selain kegiatan yang dilakukan itu-itu saja, terbatasnya pergaulan menjadikan siswa menjadi bosan.
Sebagai pengajar kegiatan 5 M yang seyogyanya dilaksanakan, sekarang pun berubah teknis dan arah pendampingan untuk siswa. Hal ini dikarenakan, jangkauan untuk mencapai siswa semakin luas, tidak lagi sebatas sekolah. Waktu yang dibutuhkan pun tidak terbatas, tidka terbatas 45 menit per satu jam pelajaran, tidak juga bisa langsung menilai setiap proses pembelajaran.
Uniknya lagi, bukan hanya siswa yang bosan dirumah, para orangtua juga mulai kehilangan keasabarn mendampingi anaknya, bukan karena tidak suka atau tidak sayang sama anak sendiri, tetapi karena pelaksanaan belajar selama ini dilakukan hanya memindahkan 5 M yang disekolah menjadi 5 M di rumah.
Dari semua permasalahan yang muncul dalam proses pembelajaran dirumah ini, dilakukanlah perubahan proses pembelajaran. Perubahan ini dilakukan tetap berprinsip merdeka belajar yang dicanangkan pemerintah melalui kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Proses pembelajaran dari menuntaskan materi pelajaran sesuai kurikulum dirubah targetnya bukan lagi orientasi kurikulum, tetapi orientasinya pada panuntasan pandemik. Seluruh elemen masyarakat termasuk pelajar atau siswa melakukan tugas belajarnya untuk menyelesaikan pandemik.
Dari kedua hal ini lahirlah proses pembelajaran 5 M, yaitu
1. Memanusiakan hubungan
2. Memahami konsep
3. Membangun keberlanjutan
4. Memilih tantangan
5. Memberdayakan konteks
Dari kelima hal inilah, pengembangan pendidikan dan proses belajar mengajar menjadi berubah orientasi. Proses belajar dilakukan dengan tahapan yang baru ini. Tema besar proses belajar menjadi Belajar dari CoVID 19.
Memanusiakan hubungan artinya sebelum kegiatan pembelajaran atau pemberian materi belajar diperlukan hubungan antara manusia satu dengan yang lainnya, dalam hal ini adalah antara guru dan siswa, antara guru dengan orangtua siswa, antara orangtua siswa dengan siswa. Ketiga elemen ini harus memahami proses belajar sebelum melakukan pembelajaran.
Selain harus memahami pembelajaran, ketiga elemen ini harus sepakat terlebih dahulu dalam kegiatan pembelajaran. Peran guru menjadi penghubung antara ketiga elemen ini agar menjadi satu paham. Tanpa ikatan ketiga elemen ini, proses belajar menjadi terhambat.
5M yang kedua adalah memahami konsep, setelah. Terjalin hubungan antara orangtua, guru, dan siswa kegiatan selanjutnya memahamkan konsep belajar dan merdeka belajar untuk ketiganya. Kapan salah satu tidak memahami konsep tersebut, kegiatan belajar tidak akan berjalan maksimal.
Selanjutnya membangun keberlanjutan, 5 M ini perlu dilakukan tidka lanjut atau Quality Control agar hubungan ketiga elemen tetap dapat berlangsung dengan baik. Komunikasi adalah kunci utamanya. Komunikasi yang baik perlu dilakukan agar proses belajar tidak berhenti di tengah jalan.
5 M yang keempat diperlukan memilih tantangan dalam pembelajaran. Memilih tantangan dimaksudkan untuk meningkatkan minat belajar. Tujuan utama belajar menemukan. Hal-hal baru dan melakukannya dengan penuh semangat agar tantangan tersebut dapat diselesaikan. Ketiga elemen yang dimaksud lebih dulu tetap terlibat langsung dalam pemilihan tantangan ini. Orangtua dan guru menjadi pendamping secara langsung dalam menghadapi tantangan.
Setelah memilih dan menentukan tantangan, selanjutnya adalah memberdayakan konteks. Konteks yang dijadikan tantangan pada akhirnya harus di taklukkan dan harus diselesaikan sesuai kebutuhan sehari-hari. Tantangan dan konteks ini harus dipilih yang menjadi permasalahan mendasar dari kehidupan siswa sendiri. Sehingga, setiap anak memiliki konteks dan Tantangannya masing-masing. Diharapkan semua tantangan yang dihadapi setiap siswa, dapat diselesaikan.
Lebih rinci, contoh - contoh pelaksanaan 5 M ini kita akan bahas pada kesempatan berikutnya.
Login untuk melihat komentar!