tanggapan untuk dek afi
Tanggapan untuk Dek Afi (jilid 1)
Oleh: Agung Pribadi.(Mantan Islam Liberal yang sudah Bertobat)
Dek Afi yang kritis. Kamu mengingatkan akan diri saya waktu usia 19 tahun (awal kuliah).
Saya sendiri pas kuliah juga begitu. Saya pernah 3 bulan gak kuliah. Memikirkan tuhan "t" kecil dengan Tuhan dengan "T" besar. Dari kata-katanya Nurcholis Madjid. ALhamdulillah di Fakultas Sastra UI banyak temen diskusi dan berdebat. 
Yang lurus2 aja Ust ALwi ALatas dan Ust Mustafa Kamal 
yang bengkok Nusron Wahid 
Yang baru bengkoknya sekarang2 Ade Armando (dulu Ade ARmando masih bener) 
Yang bengkoknya tahun 2000-an Lutfi Asy Syaukani, (dulu tahun 1997 masih idealis, masihkeren pemikirannya, Tesis MA nya mengkritik Hassan Hanafi dan Mohammed arkoun)
Ya memang asyik sih berdiskusi, berdebat, berfikir dan menulis secara kritis. Mungkin walaupun kita tidak mengaku sebagai Islam Liberal, sedikit banyak tanpa kita sadari pemikiran kita sudah tersusupi atau teracuni virus Islam Liberal yang semuanya terlihat logis padahal itu tipuan belaka.
Cuma tetap kita harus open mind terhadap pemikiran yang berbeda dengan kita dan kalau memang kita salah ya mengaku salah dan memperbaiki pemikiran kita. Kalau yang salah itu menyangkut aqidah ya bertobat kepada Allah.
Kalau kita jadi tenar, dimuat di Koran, masuk TV secara duniawi itu anugerah. Tapi untuung saya dulu tidak begitu. Saya hidup mulai susah secara ekonomi. Jodoh juga susah. Tapi ini berkah, karena saya jadi bertobat dari pemikiran-pemikiran Liberal saya.
Ya anak muda yang banyak baca dan kritis sebenarnya adalah asset umat dan asset bangsa. Dek AFi ini sebenarnya butuh lawan berdebat. Lawan berdebat adalah teman berfikir. Saya dulu beruntung menemukan banyak lawan berdebat yang mungkin tidak dipunyai oleh Dek AFi ini. Jangan hujat Dek AFi, berdebat dan mengkritik boleh, bahkan harus.
Wallahu A’lam Bish Shawab

Komentar

Login untuk melihat komentar!