3
Bab 3

"Boleh kami masuk dulu, Mah?" tanyaku. 

"Oh ya, masuk dulu, Lian, kamu nggak diapa-apain kan sama Irsad?" ucapnya sambil menggiring kami masuk. Sepertinya mama mertua sudah mencurigai aku. 

Orang tuanya memiliki dua anak, yang satu bungsu sedang mengejar jenjang pendidikan ke luar kota. Mama Vita adalah mama mertua yang luar biasa, tak pernah menyalahkan aku ketika memiliki masalah. Namun, sepertinya tidak untuk kali ini, wajahnya terlihat garang ketika mendapati anak pertamanya pulang dalam keadaan menangis. 

"Silahkan duduk," ucap mama mempersilahkan. 

Aku duduk di sudut sofa paling ujung, berhadapan dengan Liandry dan mama mertuaku. Dengan dada yang amat bergetar, aku pun siap mendengarkan cerita dari Liandry. 

"Coba ceritakan, Lian," suruh Mama Vita. Aku menatap matanya, kami berdua saling beradu pandangan. 

Aku menelan sedikit salivaku, entah apa yang akan terjadi setelah Liandry mengungkapkan ini semua. 

"Mah, aku nggak tahan hidup bersama Mas Irsad," lirihnya. Mataku membulat ketika ia menyebutkan hal tersebut. Tidak mungkin gara-gara uang 50 juta ia melakukan ini semua. Pasti ada penyebab lain. 

"Iya, Mama paham, tiap kali ngambek kamu pasti bicara seperti itu, tapi kan harus ada alasan yang tepat, sebab perceraian itu sangat dibenci Allah," tutur Mama Vita agak sedikit meredam amarahnya. Aku pun bernapas lega karena mama mertuaku tidak langsung menggunakan emosinya dalam menyikapi ini. 


"Mah, Mas Irsad bohongi aku terus," cetus Liandry. 

"Dek, aku nggak bohong, memang Mas pernah izin masalah uang 50 juta itu," terangku membuat dahi Mama Vita mengkerut. 

"50 juta, untuk apa?" tanyanya. 

"Untuk biaya pernikahan Astri, Mah," sahutku dengan nada pelan, rasanya malu pada mertuaku karena pertengkaran ini disebabkan masalah uang. 

"Hanya itu, Lian? Nggak mungkin anak saya marah hanya karena masalah uang saja." 

Betul dengan apa yang dikatakan mama, istriku bukan tipe orang yang mudah mengambil keputusan. Sebelum memutuskan untuk pergi, pasti ada alasan selain itu. 

Liandry tiba-tiba tertawa kecil, kemudian ia memeluk Mama Vita kembali. 

"Mah, aku ingin cerita semua, tapi mama janji ya, akan memisahkan kami berdua," sambung Liandry. Mata mama menyorotku seraya meminta pendapat, terlihat dari dagunya yang mendongak. 

Tiba-tiba suara ketukan pintu terdengar. 

"Assalamualaikum." 

"Waalaikumsalam," sahut kami berbarengan. 

Mata Liandry tiba-tiba membulat. Kemudian, mencegah Mama Vita untuk membuka pintu. 

"Jangan dibukain, Mah!" cegahnya. 

"Kenapa?" tanya mama. 

"Itu Mama dan Astri. Pasti itu mereka," pungkas Liandry. 

Genggaman Liandry begitu erat, ia seperti ketakutan ketika mamaku datang. 

"Kamu tenang ya, Lian. Nanti Mama yang akan bicara pada mertuamu," jawab Mama Vita. 

Mama Vita beranjak dari duduknya, kemudian membuka pintu itu dengan lebar-lebar. Ya, itu mamaku dan Astri, entah apa yang ingin mereka lakukan di sini. 

"Masuk, Bu!" Mertuaku mempersilahkan mama masuk. 

Kemudian mereka berdua duduk tepat di sebelahku. Tangan mama diletakkan di atas pahaku, seraya menyuruhku tenang. Padahal kedatangan mama justru membuatku cemas. 

"Sebelumnya saya ke sini karena mau minta maaf," ucap mama. Aku terus menerus menatap wajah Liandry yang tak kunjung lepas dari sorotan matanya kepada mama. Sepertinya ada dendam tersembunyi di lubuk hatinya. 

"Iya, minta maaf pada saya atau Liandry?" sindir Mama mertuaku. 

"Saya mau minta maaf pada keduanya, perihal uang 50 juta, saya hanya meminjam bukan minta, tapi Liandry tampak marah," tutur mama. 

Liandry berdiri, ia seperti tidak terima kata-kata yang mama lontarkan. 

"Liandry, sabar dan tenang, ya!" suruh Mama Vita. 

"Kalau masalah uang saja, sepertinya itu  tidak mungkin. Saya kenal betul Liandry seperti apa," sahut Mama mertuaku sambil menenangkan anaknya. Ia mengelus-elus punggung Liandry agar tenang dan duduk kembali. 

Aku menoleh ke arah mama, ia tampak sedang memberikan kode pada Astri. Kemudian, setelah itu, Astri pun bicara. 

"Sebenarnya memang bukan hanya itu, Mbak Liandry marah karena bajunya aku pakai tanpa sepengetahuannya. Iya, kan Mbak?" cetus Astri membuatku menautkan kedua alis. Masa iya hanya karena baju Liandry sampai ingin pulang ke rumah orang tuanya? 


"Apa betul begitu, Liandry?" tanya Mama Vita. 

Liandry terkekeh ketika mendengar penuturan Astri barusan. Ia sampai menutup mulutnya karena tak tahan menahan geli saat Astri bicara. 

Bersambung

Kira-kira Liandry cerita atau nggak ya? 

Beri love dan komentar dong 🥰😘

Komentar

Login untuk melihat komentar!