Bakat Membuat Orang Mati
Anak Yatim Sombong? 

Part 4

.
Raihan anakku akhirnya mau juga, tamu kami ini pandai membujuk Raihan akan tetapi aku tak mungkin membiarkan anakku pergi sendirian bersama orang tak dikenal. Aku minta ikut. 

Bersama tamu ini kami akhirnya berangkat menuju Ibukota kabupaten. 

"Sudah banyak pengobatan kami lakukan, tapi tak ada perubahan, aku tak sanggup lagi melihat ibuku menderita," kata Pak Hakim- tamu kami tersebut.

"Sudah berapa lama sakit, Pak?" tanyaku. 

"Sudah lima tahun beliau menderita," katanya lagi. 

Perjalanan menuju Ibukota kabupaten memakan waktu sekitar tiga jam. Ketika kami sampai, kami langsung menuju ruangan ibu tersebut dirawat. 

"Tolong, Pak, anakku ini lain, tolong jangan pernah singgung tentang keyatimanya, dia akan marah," bisikku pada Pak Hakim sebelum membawa anakku masuk ruangan. 

"Iya, Bu, aku mengerti, dulu aku juga seperti dia, aku mantan anak yatim yang tak mau disebut yatim," kata Pria tersebut. 

Aku menunggu di luar, entah apa yang dilakukan Raihan di dalam bersama bapak itu, akan tetapi tiba-tiba bapak itu keluar, akan tetapi dia memanggil perawat. Dan perawat pun memanggil dokter. Apa yang terjadi? 

Penasaran, aku ikut masuk ruangan. Kulihat Raihan berdiri di samping Ibu yang sakit tersebut. Ibu menggerakkan tangannya seperti menyuruh membuka alat bantu pernapasan. Pak Hakim membuka lalu mendekatkan telinganya ke mulut ibu itu. Pak Hakim terlihat menangis lalu berucap. 

"Innalillahi waini ilaihi rojiun," ibu tersebut sudah meninggal dunia sebelum dokter datang. 

Aku jadi tak enak hati, kami diundang untuk mendoakan ibunya supaya sembuh, yang terjadi justru ibu tersebut meninggal dunia. 

"Maaf, Pak," kataku kemudian. 

"Terima kasih, ibuku sudah tak merasakan sakit lagi, aku bahagia, akhirnya sempat bicara dengan ibu," kata Pak Hakim. 

Kutarik tangan Raihan supaya menjauh, karena orang sudah mulai ramai. 

"Apa yang kau lakukan pada ibu itu," tanyaku pada Raihan. 

"Gak ada, Ma, hanya disuruh berdoa, kata bapak itu, kalau tak bisa sembuh, tolong ambil saja ibuku, ya, aku doakan begitu," kata Raihan. 

Orang semakin ramai, aku jadi merasa asing, tak ada yang mengenalku di sini, sementara Pak Hakim tampak sibuk sekali. Kami akhirnya pulang tanpa permisi. 

Sampai di desa, aku terkejut dengan kedatangan Ayah mertua beserta Abang ipar. Aku heran kenapa tiba-tiba, tak kasih kabar duluan. 

"Ayah tiba-tiba minta pulang, ditahan sehari saja pun beliau tak mau," kata Abang ipar sebelum sempat aku bertanya. 

Ayah mertua sudah lama sakit, karena pengobatan di kota lebih lengkap, beliau memilih tinggal di situ, sudah semenjak Raihan masuk sekolah SD. Ayah mertua ingin tinggal bersama kami, tentu saja aku tak bisa menolak bagaimana pun, rumah ini adalah rumah beliau. Abang ipar kembali ke kota. 

"Raihan, pijak-pijak dulu Kakek, Raihan, pegal ini," terdengar suara Ayah mertua memanggil anakku di suatu sore. 

Raihan lalu masuk kamar dan melaksanakan perintah kakeknya, mereka tampak bicara serius, aku menguping pembicaraan mereka. 

"Raihan, kau itu tak boleh terlalu sombong,"

"Sombong bagaimana, Kek?"

"Itu Pak kepala sekolah cerita, kau menolak bantuan untuk anak yatim," 

"Iya, Kek, tapi kan Ayah bilang lebih baik tangan di atas dari pada tangan di bawah,"

"Iya betul Raihan, tapi lihat kondisi dulu,"

"Iya, Kek,".

"Kakek sudah lelah, kaulah sebagai ganti kakek di desa ini, jaga ibumu, jaga kebun kita," kata Ayah mertua lagi. 

"Iya, Kek,"

"Udah, Kakek mau istirahat dulu ya," kata Ayah mertua, lalu kudengar Raihan keluar dari kamar. 

Magrib tiba, Ayah mertua belum juga bangun, segera kusuruh Raihan untuk membangunkan kakeknya. Tiba-tiba aku mendengar teriakan Raihan. 

"Kakekkkk!"

Aku berlari masuk kamar, tubuh Ayah mertua sudah kaku, kakinya sudah dingin. Kupanggil tetangga. 

Innalillahi waini ilahi rojiun  ... Ayah mertua sudah meninggal dunia. 

Segera kutelepon Abang ipar, memberi tahu tentang kabar duka ini, akan tetapi jawaban dari Abang ipar sangat menyakitkanku. 

"Enam tahun kurawat Ayah, baru dua hari kau rawat sudah begitu, emang berbakat kau buat orang mati," kata Abang ipar melalui telepon.

Komentar

Login untuk melihat komentar!