Serpihan Hati
Karya: Yuliaresi Anjelina
Dapat kulihat duka itu tampak tereja di matamu nan sendu. Laksana sisa hujan semalam masih membias di sudut pagi. Gigil dingin erat terasa merengkuh kalbu. Tetesan air mata melebur bersama kenangan merangkai elegi.
Torehan luka jiwa lambat laun sirna mengering. Bagai rinai deras menghapus kemarau panjang. Embuskan napas kehidupan pada ilalang-ilalang bergoyang yang hampir tumbang. Curah rintik-rintik kasih basahi tanah kering kerontang.
Tak ada tawa abadi dan tak ada luka yang abadi. Bukankah serpihan hatimu masih berdetak? Seperti kala kita menyemai biji-bijian di ladang. Perlahan benih itu harus retak terlebih dahulu. Namun, seiring waktu bergulir, pada retaknya tumbuh tunas-tunas harapan baru.
Mahligai hati, 14 Januari 2020