‘Sudah setahun Bapak tak bertemu dengan kalian. Bisakah Bapak mengunjungi kalian?’ Hyun Shik mengirim pesan pada si kembar.
Rafa Rafi saling pandang, Ia tak tahu apa Ibunya akan mengijinkan.
“Bu, Pak Hyun Shik bagaimana ya kabarnya?” Rafa yang membantu Ibunya memasukkan nasi ayam penyet ke steroform memancing tanya.
“Ibu tidak tahu.” Hanum berhutang budi pada bos Panji. Namun bukan berarti Ia harus mencari tahu kabarnya.
“Ibu tidak mau tahu bagaimana kabarnya?” ganti Rafi yang melempar tanya.
Ibunya yang juga sibuk memasukkan nasi ke steroform menoleh heran “Kalian tidak punya pertanyaan lain?”
Rafa Rafi nyengir “Cuma iseng nanya aja.”
“Jangan bertanya yang aneh aneh. Kita sedang sibuk. Sebentar lagi sudah mau Jumatan. Kalian juga belum siap siap. Lebih baik bantu Ibu supaya ini cepat rampung.” Hanum mengingatkan. Ia tak ingin mengecewakan pelanggan yang sudah mempercayakan kotak nasi ayam penyet untuk Jumat barokah.
“Ini lagi bantu Ibu.” Rafa bicara sembari menekan tombol send rekaman perbincangan dengan Hanum.
Hyun shik mendengarkan dari ear phone-nya. Ia tengah berada di mobil dan bingung akhir pekan ini mau kemana.
Appa mengajak Mama dan adik adiknya ke Puncak. Sementara Ia memutuskan tinggal di rumah.
‘Ketikkan alamat kalian.’
‘Bapak mau kesini?’ Rafa mengetik balasan.
‘Sabtu bapak mau kesana.’
‘Ibu bagaimana? Kami belum ijin ibu mau memberi alamat ke Bapak.’ Rafi ragu
‘Hanya mengunjungi kalian, Ibu pasti tak marah.’
‘Baiklah.’ Rafa mengetikkan alamat rumahnya.
Hyun Shik yang sudah lama tak bertemu dengan Hanum dan anak anaknya mengulas senyum. Ia tak sabar untuk menjumpai mereka.
Rafa Rafi ingin menceritakan pada Hanum kalau Pak Hyun Shik akan mengunjungi mereka besok. Tapi sepertinya Ibunya sibuk. Ada pesanan lagi, untuk acara ulang tahun tetangga. Ibu diminta membuat tumpeng.
Ibu belanja sore dan baru pulang selepas Maghrib. Maghrib shalat dan mengaji sebentar, dilanjut dengan menyiapkan bahan bahan untuk membuat tumpeng.
Hanum ingin istirahat sebenarnya setelah letih dari pasar tadi. tapi ia harus mencuci dan menyetrika pakaian lagi.ia tak ingin merepotkan si kembar karena mereka juga sudah membantu bersih bersih rumah.
“Bu.” Sambil mengerjakan tugas daring Rafa memanggil ibunya.
“Iya.” Hanum menjawab sembari tetap tekun menyetrika pakaian di sebelah anak anak.
“Pak Hyun Shik...”
“Aduh kamu ya. Yang diomongin itu mulu. Kita memang hutang budi sama Pak Hyun Shik tapi nanti nunggu kalian gede sukses baru kalian ingat buat balas budi ke bos Bapak kamu.” sebelum Rafa menyelesaikan kalimatnya Hanum sudah memotong.
Hanum heran dengan anak anak, kenapa mendadak membicarakan orang yang bukan anggota keluarga mereka.
“Aduh kamu ya. Yang diomongin itu mulu. Kita memang hutang budi sama Pak Hyun Shik tapi nanti nunggu kalian gede sukses baru kalian ingat buat balas budi ke bos Bapak kamu.” Hyun Shik tersenyum waktu mendengar rekaman suara Hanum.
Hanum benar benar tak mau mendengar kabar tentangnya. Mungkin memang Ia sudah terlalu letih mencari nafkah jadi tak ingin lagi mengurusi orang lain.
Bagaimana jika besok Ia mengunjunginya? Apa yang akan dikatakan Hanum? Apa perempuan itu akan menyuruhnya pulang karena tak enak dengan Mama?
Hyun Shik memejamkan mata. Ia tak sabar untuk menyetir ke Cibinong dan melepas rindu pada si kembar.
Login untuk melihat komentar!