AIRA TIDAK HAMIL
Video Istriku di Klinik Aborsi

Part 6

Aku menatap Aira penuh tanda tanya. Penuturan Dokter Joana sedikit memberi rasa lega di hati. Setidaknya aku tidak mengada-ada pada Abah dan Ummi tentang kondisi Aira. 

Aira terus menyangkal dan mengatakan semua yang diungkap sang dokter adalah fitnah. Abah meminta Aira untuk tenang. Namun, Aira tetap melawan.

Aira menawarkan diri untuk di periksa kembali. Abah sependapat dengan Aira. Ini akan membuktikan dia bersalah atau tidak. 

Sesuai penuturan Dokter Joana, bahwa bayi yang belum ketahui ayahnya masih bersemanyam dalam rahim wanita yang aku nikahi satu bulan itu.

Aira berbaring di ranjang periksa. Jantungku berdetak tak menentu. Wajah-wajah dipenuhi rasa ingin tahu memenuhi seluruh ruangan. Dokter Joana juga terlihat gemetar. 

Sepertinya, praktik yang Dokter Joana jalankan ilegal. Lokasinya berada di antara perumah penduduk. Jika dilihat dari luar, tidak ada tanda-tanda kliniknya melayani masalah kandungan.

"Perhatikan baik-baik," ucap Abah seraya menepuk bahuku. 

Abah dan Ummi memilih duduk di kursi. Aku berdiri mematung menunggu kepastian atas apa yang aku tuduhkan pada istriku.

Cairan berbentuk gel di tuang atas perut  Aira. Ya Allah, naluri kelelakianku berdesir. Kulitnya putih bersih. Sungguh menggoda, bahkan aku belum pernah melihat sebelumnya. Tidak ada tonjolan seperti orang hamil pada umumnya. 

Ah! Palingan kandungannya masih kecil. Sisi buruk menimpali. 

"Tidak mungkin, seminggu yang lalu dia masih mengandung," ucap Dokter Joana. Tangannya terus mengerak-gerakkan alat di tangan. Matanya fokus menatap monitor di hadapannya.

"Apa yang tidak mungkin, Dok?" tanyaku cepat. Aku sama sekali tidak mengerti maksud wanita cantik itu. Gambar di monitor tak jelas bagi orang awam sepertiku. 

"Apakah dia punya kembaran?" tanya dokter cantik itu.

Kami saling pandang satu sama lain. Abah dan Ummi menyibak tirai  yang menghalangi pandangan mereka. Aku menatap Abah penuh tanda tanya. Sama perihalnya dengan Dokter Joana yang terlihat bingung. 

"Kembaran? Maksudnya?" 

"Tidak ada bayi dalam perut Bu Aira. Rahimnya masih sempurna. Tidak ada tanda-tanda dia mengandung. Coba kalian perhatikan di monitor!" 

Dokter Joana terus memainkan alat ditangannya. Memberikan pengertian tentang hal yang terlihat di monitor.

"Alhamdulillah!" 

Ummi dan Abah tak berhenti mengucap syukur. Aira bangkit dari ranjang, perlahan turun tanpa bicara padaku. Sorot matanya berbicara. Ada kecewa bersarang dalam mata indahnya. 

"Jadi siapa wanita dalam video itu?" tanyaku bingung.

Dokter Joana mengatakan bahwa ada seorang wanita yang mirip dengan Aira. Dia juga mengaku namanya sebagai Aira dan ingin mengugurkan kandungan. Bedanya, wanita yang datang waktu itu terlihat modis dengan make up tebal. 

"Bisa kami lihat CCTV di klinik ini?" tanya Abah. 

Dokter Joana terdiam, kemudian menjawab, "maaf, Pak. Kami tidak memiliki CCTV."

Abah menghembus napas kasar. Kami semua bingung dengan kondisi yang sedang terjadi. Aira semenjak bayi diasuh oleh Abah. Dia ditemukan 

"Maaf, Pak, Bu, saya tidak bisa membantu mengungkap siapa wanita dalam video ini. Karena memang, dia hanya datang meminta saya mengugurkan kandungannya. Namun, tiba-tiba dia berubah pikiran dan pergi bersama temannya. Yang jelas Ibu Aira yang di hadapan kita tidak hamil dan belum pernah hamil. Itu bisa terlihat dari bentuk rahimnya," terang Dokter Joana. Abah dan Ummi mengangguk pelan.

"Abah, mari kita pulang! Semuanya sudah jelas. Aira tidak seperti yang Mas Danar tuduhkan," lirih Aira. Seketika, batinku berkecamuk. 

Apa yang terjadi sebenarnya? Siapa wanita dalam video itu. Kenapa wajahnya sangat mirip dengan Aira. 

"Bah! Abah lihat sendiri video itu. Wajahnya mirip Aira dan suaranya juga," tukasku pada Abah. Aku tidak ingin terlihat bodoh di hadapan mereka. 

"Ntah lah, Nar. Yang jelasnya kamu sudah lihat dan buktikan sendiri. Aira tidak hamil. Masalah video itu ... Abah tidak mau pikirkan lagi. Pastinya itu adalah fitnah untuk hubungan kalian," ungkap Abah. 

"Bah, bagaimana bisa ada wanita yang sangat mirip dengan Aira. Terus ... video itu dikirim untu Danar. Apa maksudnya ini, Bah?" tanyaku pada Abah.

Abah mengeleng. Dokter Joana memintaku agar tidak membuka kasus ini pada pihak kepolisian. Kecurigaanku benar adanya. Dia membuka praktik aborsi ilegal. 

Kami keluar dari ruangan Dokter Joana. Langkahku terasa sangat berat. Beban bertubi menumpuk di pundakku. Belum lagi masalah bocah kecil semalam. 

Arrrgh! 

"Abah, tolong Danar! Jika ini tidak benar adanya. Jangan pisahkan Danar dengan Aira," ujarku tanpa rasa malu. Tak mampu kubohongi, rasa cinta bertahta di hati untuknya. 

"Kita selesaikan di rumah, bukan ini tempatnya," jawab Abah. 

Aku meminta Aira pulang bersamaku. Namun, Aira menolaknya keras. 

"Bah, Aira masih istri Danar. Bukankah seorang istri harus mendengar perkataan suami?" tanyaku sok agamis. 

Abah dan Ummi saling pandang. Akhirnya, Ummi mengeleng pelan. Abah pun, meminta tenggang waktu untuk Aira menenangkan diri. Terpaksa menyanggupi. Daripada memaksa dan akhirnya dia meminta cerai. 

Aku enggan berpisah dengan Aira. Namun, tak ada hal yang bisa aku lakukan selain menunggu Abah menghubungi Papa dan Mama untuk menjemput Aira pulang ke rumah. 

Selepas mobil Abah hilang dari pandangan mata. Bogem mentah langsung kuarahkan pada perut Adam. 

"Pembohong! Kenapa kau membohongiku tentang video itu!" teriakku tepat di wajah Adam.

Adam tidak melawan, dia terlihat bingung dengan perlakuanku.

"Hey! Ada apa ini? Apa salah gue?" tanyanya seraya mundur menjauh.

"Loe masih tanya apa salah loe? Jangan pura-pura amnesia!" 

"Nar! Tenang, gue nggak tahu apa-apa? Memangnya ada masalah apa?" Adam terlihat kebingungan.

"Kenapa loe bilang video itu asli bukan editan. Kenapa?" tanyaku tak sabar.

"Video Aira maksud loe?"

"Jelas! Kenapa Loe bohongin gue? Maksud loe apa, Dam? Loe senang lihat gue menderita, hah?" berondongku dengan  tiga pertanyaan sekaligus.

Adam menjelaskan, jika memang itu video asli. Jika aku tidak mempercayainya, Adam akan membawaku pada rekannya. 

Aku mengerang, kuusap wajah kasar. Ini teka-teki yang membingungkan. Bagaimana bisa badai sedahsyat ini mengoyang rumah tanggaku?

"Mungkihkah Aira memiliki kembaran?" tanyaku pada Adam.

Adam tersenyum kecut."kalau loe nggak tahu, apa lagi gue." Jawaban Adam tidak memuaskan hati Danar yang diliputi gelisah. 

Aku menyambar kunci mobil dari tangan Adam. Aku ingin segera pulang. Mengabari perihal kebenaran hari ini pada Mama dan Papa. 

"Biar gue yang nyetir." Adam merampas kembali kunci mobil dari tanganku.

Kuhempas bokongku ke kursi penumpang. Pikiranku berkelana mencari ide agar kasus semalam tidak diketahui oleh orang lain. Aku yakin, tidak ada yang terjadi antara aku dan Sophia. Aku tidak mengagahi adik kandungku. Semalam itu bukan darah, Mama pasti salah sangka. 

Hal yang paling penting untuk sekarang. Menarik simpati Aira. Aku tidak mungkin melepasnya begitu saja. Ingatanku tertuju pada pemandangan indah di klinik tadi. Kulitnya mulus membuat bayangan nakal menari-nari dalam ingatan. Tentunya, ingin menghabiskan malam-malam panjang dalam pelukannya. 

Bersambung









Komentar

Login untuk melihat komentar!