Sindiran pedas
#BERCAK_DARAH_DI_SPREI_KAMARKU

#5

"Mas ..." sapaku saat baru sampai di kantor tempat Mas Reyhan bekerja.

Ia nampak begitu gugup saat melihatku datang, apalagi dengan penampilan yang tidak biasa.

"Anggun? ngapain kamu disini?" tanya Mas Reyhan.

Aku tersenyum simpul, "Kamu kan belum sarapan Mas, jadi aku bawakan makanan untuk kamu. Kasihan kan kalau kamu sampai kelaparan," ucapku manja.

Sengaja memang aku melakukan hal itu, karena aku ingin melihat reaksi Amanda.

"Gak usah kayak gini juga, malu sama temen-temen kantor!" lirihnya.

Pada teman kantor atau hanya pada Amanda? aah, lucu sekali kau Mas. Susah payah kamu menjaga hati wanita yang sebentar lagi akan menikahi pria lain.

Bodoh kamu memang! kamu membuang sesuatu yang sudah pasti demi sebuah kepalsuan.

"Ga apa-apa Mas, gak tiap hari juga kan?" ucapku.

Mas Reyhan bangkit dari tempat duduknya lalu membimbingku ke kantin. 

"Eh, Amanda ... makan siang bareng yuk ajak Doni sekalian," ajakku yang di sambut ragu oleh Amanda.

Namun, saat ia hendak menolak Doni datang dan menyetujui ajakanku. Kami pun bersama pergi ke kantin.

Aku berjalan di depan dengan Doni, sementara Mas Reyhan dan Amanda berada di belakang. Mereka nampak seperti sepasang kekasih yang terlibat pertengkaran.

Seperti? ah bukan hanya seperti, mereka memang sepasang kekasih haram alias pezina!

"Aku bawa banyak makanan, kalian boleh ikut makan kok!" perintahku.

Sengaja aku menyuapi Mas Reyhan berulang kali, meski terlihat jelas suamiku ini tidak suka dan sangat risih dengan apa yang aku lakukan.

"Enak sekali Mbak masakannya, wah pantas Mas Reyhannya betah makan di rumah," cetus Doni.

Aku tersenyum bangga, "Jadi istri itu memang harus pinter masak, soalnya kalau cuma pinter ngelayankn di ranjang kan pe**cur aja bisa!" sindirku seraya melirik Amanda.

"Benar kan Nda?" ketusku.

Amanda terlihat salah tingkah, "Ehm, gak jaminan juga sih Mbak. Gak mesti juga, istri udah pinter ngapa-ngapain tetep aja di duain," bantahnya.

Wah pintar sekali ia membela diri, sepertinya bibit pelakor memang sudah mendarah daging di tubuhnya.

"Itu sih namanya laki-laki gak tahu diri, udah gitu yang jadi pelakor juga goblok tahu lelaki begitu masih aja doyan," ucapku diiringi gelak tawa bersama dengan Doni.

Ekspresi marah jelas di tunjukan Mas Reyhan dan Amanda. 

"Wah, Mbak Anggun ini benar-benar cerdas ya," ucap Doni.

Aku tersenyum penuh kemenangan. Apalagi, saat melihat wajah Mas Reyhan dan Amanda yang terlihat sangat kesal.

"Aah, Doni nih bisa aja. Nanti, kamu kalau udah nikah juga jangan jadi laki-laki bodoh seperti yang Mbak bilang ya," ketusku.

Doni terus menyantap makanan yang aku bawa. Sementara Mas Reyhan justru hanya terdiam, saling pandang dengan Amanda.

"Cukup!" 

sentak Mas Reyhan seraya menggebrak meja makan. Semua orang memandang heran ke meja yang kami tempati.

"Kenapa Mas?" tanyaku polos.

Apa kamu sudah mulai terbakar Mas? ini baru permulaan, kamu tidak akan menyangka jika aku mampu melakukan hal yang jauh lebih buruk dari ini semua!

"Permisi, aku duluan," pamit Amanda.

Ia berjalan pergi meninggalkan meja makan, sepertinya ia tak kuat lagi mendengar sindiran demi sindiran yang aku ungkapkan.

"Sayang!" panggil Doni seraya mengejar langkah Amanda.

"Semua gara-gara kamu!" sentak Mas Reyhan.

Mas Reyhan pun meninggalkan aku seorang diri, kamu pikir kamu akan menang Mas? tidak akan pernah!