Seseorang mengetuk pintu setelah aku berusaha keras memejamkan kedua mataku. Aku yakin, Mas Reyhan pulang setelah memaafkan kesalahan yang sebenarnya tidak pernah aku lakukan.
Aku intip dari jendela sebelum membuka pintu, dan benar saja. Mas Reyhan berada di depan pintu tengah menungguku membukakan pintu.
"Masuk Mas ..." ucapku seraya memapah tubuhnya yang terlihat lemah.
Bau alkohol jelas tercium dari mulutnya. Kenapa harus sampai seperti ini sih? kesal ku dalam hati. Kali ini, Mas Reyhan dalam keadaan mabuk percuma jika aku memarahinya sekarang.
Aku memapahnya sampai kamar, melepas sepatu serta dasi yang ia kenakan.
Praak!
Ponsel terjatuh dari saku celana Mas Reyhan. Aku mengambilnya dan niat hatiku sekedar mengecek apakah ponselnya rusak atau tidak.
Namun, mataku membulat sempurna ketika melihat puluhan notifikasi di layar ponsel miliknya.
Aku berusaha membuka, tapi ponsel terkunci dengan sidik jari. Tak kehabisan akal, aku segera memakai tangan Mas Reyhan yang telah terlelap di atas ranjang.
Klik!
Ponsel berhasil terbuka. Aku menyiapkan hati untuk membaca semua pesan yang datang dari nomor bernama 'beauty wife'. Wife? aah, seharusnya ini nomorku.
Namun, aku tak mengenal sama sekali foto dalam profil tersebut. Satu persatu aku baca pesan yang ada di apliaksi chatt milik Mas Reyhan.
Ratusan chatt yang aku baca adalah chatt dua orang yang tengah berdebat. Saling memaki dan mencela, penyebabnya adalah rasa cemburu.
Ya Allah, suamiku ... tanpa aku mencari Allah membuka semua kebusukan suamiku. Bahkan, kini aku tahu semua tentang hubungan gelap suamiku.
Ternyata ini yang menyebabkan Mas Reyhan begitu marah saat aku membahas Amanda dan Doni? jadi, karena Amanda sudah menentukan hari pernikahan dengan Doni?
Cinta? mereka membahas tentang cinta di antara mereka berdua. Ya Allah kuatkan aku ...
Semua dugaanku benar adanya. Mas Reyhan benar-benar telah mendua dan menghianati aku. Apa salahku ya Allah ....
Aku meratap sendiri di tengah malam yang begitu sunyi. Aku tatap wajah Mas Reyhan yang terlelap. Ia bahkan mabuk karena masalah ini, dan bukan karena kesalahanku.
Aku yang sibuk memikirkan dia, ternyata ia sibuk memikirkan wanita lain. Aku yang lelah melayaninya, ternyata ia justru sibuk bersenang-senang dengan wanita lain.
Aku scroll terus Chatt mereka berdua, sampai pada sesuatu yang lebih membuatku tercengang.
Pembahasan tentang paksaan Mas Reyhan pada Amanda untuk memadu kasih disaat Amanda tengah dapat jatah bulanan.
Di rumahku? di kamarku? astaghfirullah! aku benar-benar tak menyangka jika Mas Reyhan tega melakukan hal sejauh itu.
Air mata menetes, membasahi wajahku tanpa henti. Tidak! aku tidak boleh lemah, aku harus bisa membuat Mas Reyhan dan Amanda merasakan sakit yang juga aku rasakan saat ini.
Selama ini, aku menduga Mas Reyhan adalah sosok suami yang baik. Ia tak banyak menuntut dan selalu menghargai aku. Sikapnya selalu manis hampir setiap hari.
Jujur, hatiku sakit sekali saat ini. Sesak di dalam dada bahkan menyeruak hingga membuatku kesulitan bernafas, sakit ... sangat sakit.
Seandainya membunuh tidak berdosa, mungkin aku sudah ambil pisau di dapur untuk memotong-motong tubuhnya menjadi beberapa bagian dan membuangnya di tengah jalan.
Namun, aku masih takut akan dosa karena bagaimanapun orangtuaku mengajarkan dan menanamkan banyak hal tentang agama dalam diriku.
Aku ambil semua percakapan mereka melalui tangkapan layar dan segera mengirimkannya padaku. Semua akan aku jadikan bukti, agar mereka tidak akan bisa mengelak lagi.
Kalian yang memulai semua permainan ini, aku akan ikuti sampai mana kalian mampu membodohi aku!