Pintu terbuka. Sosok wanita bertubuh gempal berdiri di ambang pintu dengan bercekak pinggang.
“Mau cari siapa?” tanyanya garang.
Lupi ngeper melihat wanita yang lebih sangar dari dugaannya.
“Figa, dia istrinya Mas Raswan? Serem gini penampakannya,” bisik Lupi.
Dengan mata melotot, wanita bertubuh gempal itu menukik jari telunjuk ke hidung Lupi. “Eh, perempuan gatel, napa kalian bisik-bisik?! Kamu pikir aku nggak denger, perempuan cacing, badan kayak papan penggilasan—kerempeng—eh, sok-sokan mau berhadapan ama aku!”
Lupi tambah ngeper.
Lebih galak istrinya Mas Raswan daripada Figa!
Wanita berambut pirang belang-belang itu menyikut sahabatnya. “Figa, ngomong kamu!”
Figa meneguk ludah. “Kamu istrinya Mas Raswan ya?!”
Tak dijawab, wanita bertubuh gempal itu bertanya balik. “Kamu siapa? Berani-beraninya datang kemari! Minta diremek-remek kamu ya, dasar pelakor!”
Refiga sebenarnya belum lihat jelas seperti apa wajah Nena, saat dulu melihat, hanya sekilas, di handphone Raswan juga galerinya di-private.
“Pokoknya, setelah Mas Raswan pulang satgas, kamu harus cerai!” lantang Figa.
Wanita yang ternyata adalah Bu Rompis itu tambah mencak-mencak. “Cerai, cerai, enak aja kamu nyuruh orang cerai seenaknya! Perempuan sundal! Pulang kamu, setan!”
Figa menunjuk wajah lebar Bu Rompis.
“Pantesan Mas Raswan ninggalin kamu, udah jelek, badan melar, galak, mana ada suami betah, heh!” hina Figa.
Bu Rompis geregatan dan langsung mendorong Figa hingga wanita itu terjengkang ke tanah.
Lupita yang ngeri lihat adegan dorong-dorongan itu langsung menarik Figa pergi.
“Kabur, Ga! Kingkong bisa ngamuk!” ucap Lupita ketakutan.
“Eh, cacing giling ngatain aku kingkong, awas ya kalian!” Bu Rompis dengan berapi-api langsung menarik selang di taman, mengguyur kedua wanita menor itu dengan air dari selang.
Figa dan Lupi berteriak-teriak seraya berlari pontang-panting.
“Mandi dah sana!”
“Wanita bar-bar!” teriak Figa.
Bu Rompis memperlihatkan tinjunya. “Awas aja kalian balik lagi ke sini, bukan aku guyur air lagi, langsung aku bakar kalian sama sampah di belakang rumah!”
Refiga dan Lupita masih lari pontang-panting kebasahan. Make up-nya luntur semua. Orang-orang yang berpapasan jadi melempar tatapan aneh ke mereka.
“Mbaknya habis kecebur got ya?” celetuk ibu-ibu yang lagi nongkrong sambil nunggu tukang kredit panci lewat.
Figa tambah sewot.
”Sialan wanita itu! Aku aduin ke Mas Raswan ntar!”
**
Di rumah, Bu Rompis langsung lari ke belakang rumah dengan tawa membahana. Puas mengerjai dua tamu tak diundang itu.
“Mereka sudah pergi, Bu?” tanya Nena yang menunggu di belakang.
“Sudah, Tante. Aku siram dia pakai air keran di depan!” jawab Bu Rompis masih berapi-api.
“Waduh!” kaget Nena. Bingung juga mau menanggapi bagaimana.
“Biarin aja, Tante. Kalau dia nekat datang lagi, awas aja!”
Nena berdiri kaku bin kikuk. Tadi, dia memang meminta tolong ke Bu Rompis untuk menemui wanita kekasih Raswan tersebut. Sebenarnya Nena tadi sudah sampai depan pintu, sebelum pintu dibuka, ia mengintip dulu dari jendela, dan terkejut ternyata tamunya itu kekasih suaminya. Nena hafal wajah karena pernah melihat fotonya. Tak ingin ada ribut-ribut, apalagi ada Dafis di rumah, Nena pun meminta tolong ke Bu Rompis untuk menemui wanita itu di depan.
“Puas saya ngomel, Tan! Udah dari subuh anak-anak bikin emosi, yang barangnya berantakan, susah dibangunin, belum lagi minta diisikan kuota aja! Bikin emosi! Eh, untung ada dua wanita kampret itu datang, jadi emosi saya tersalurkan dengan tepat,” curcol Bu Rompis.
Nena tertawa kaku, mirip cengiran kuda. “Begitu, ya, Bu. He he he.”
**
Di KRI Teluk Gilimanuk ....
Raswan melangkah masuk ke dalam, ke tempat tidurnya. Bukan tempat tidur seperti di mess, tetapi ramai-ramai dengan alas seadanya, yang penting bisa tidur.
Di sampingnya, Kopda Gito sedang merapikan kembali barang bawaannya sebelum turun dari kapal lusa.
“Banyak amat barang bawaanya Pak Gito?” basa-basi Raswan seraya merebahkan kepala di atas tas ranselnya.
“Siap, Mas. Ini bawa oleh-oleh buat anak sama istri,” balas Gito dengan iringan senyum mengembang. “Nggak sabar mau bertemu keluarga di rumah.”
DEG. Raswan seperti tersindir.
Pak Rompis yang berada di sisi kiri Raswan ikut nyeletuk. “Aku juga bawa oleh-oleh, tapi untuk istriku saja, anak-anak sudah besar, sudah tidak minat diberi oleh-oleh, ujung-ujungnya pada minta kuota!”
Kopda Gito terkekeh. “Anak zaman sekarang ya, Pak.”
Pak Rompis pangkatnya pun sersan, tetapi dari prajurit Tamtama yang kemudian sekolah Bintara. Maka dari itu, kalau masalah umur, Pak Rompis lebih tua jauh dari Raswan.
Pak Rompis dan Gito menunjukkan oleh-oleh untuk istri mereka berupa pajangan hiasan rumah.
“Bagus ini dipajang di ruang tamu,” ucap Rompis memuji seleranya sendiri.
Gito ikut menimpali, “Bagus, Pak. Kalau selera istri saya, yang kayak kaligrafi, Pak. Ini ....” Benda pajangan dengan dasar hitam yang di atasnya terdapat ukiran kaligrafi dari bahan cangkang dipamerkan bapak dua anak itu.
“Bagus, To!” sahut Rompis. Ia lalu menoleh ke Raswan. “Ras, kamu bawa oleh-oleh apa untuk anak istrimu? Kelihatannya barang bawaannya paling sedikit.”
Raswan menggeleng malas. “Nggak bawa apa-apa, Bang. Malas saya bawa barang berat-berat.”
“Payah, gimana sih. Padahal kan tadi ada loh mainan dari kerajinan khas di sana yang bisa kamu bawa untuk anakmu, Ras, pasti senang banget itu si Dafis!” imbuh Rompis lagi. “Kan anakmu masih kecil, belum lah dia ngerti kuota.”
Raswan tersenyum saja. Agak menyesal sebenarnya tidak sempat membawa oleh-oleh untuk Dafis. Seperti yang Rompis katakan, di sana memang banyak kerajaninan khas yang bisa dibawakan untuk anak-anak juga.
Walau aku dan Nena akan berpisah, tapi Dafis tetap anakku! Argh, nyesal juga nggak bawa apa-apa untuknya, gumam Raswan. Walau sebenarnya dia membawa hadiah kecil untuk Figa berupa gantungan kunci etnik.
“Pak Rompis, komandan pleton (danton) yang baru katanya sudah laporan masuk batalyon ya?” bahas Gito sambil merapikan lagi bungkusan pajangan kaligrafinya.
“Iya, To. Danton baru ini, aku sempat ketemu waktu acara di Kodim Kendal. Ganteng. Pak Fatur namanya. Duda, tapi belum punya anak,” tutur Rompis. “Dari Bintara terus Secapa.”
Raswan melirik.
Ada danton baru ....
BERSAMBUNG
Belum apa-apa Danton Baru udah nongol 😍
Nah lo Raswan! Duda ganteng loh Pak Danton!
ILUSTRASI NENA BISA DILIHAT DI AKUN TIKTOK @buku_tentara_polisi
FOLLOW Ya ...! 😘