Part 7
Aku duduk diranjang kamarku dengan hati yang berdebar. Jujur meski sekarang laki laki itu adalah Suamiku, tetap saja berdua dengannya didalam kamar masih membuatku gugup.
Tapi apa yang ingin ia lakukan hingga memintaku menunggunya.
Ditengah berbagai pertanyaan yang mampir dikepalaku, tiba tiba pintu kamarku diketuk kembali, lalu kenop pintu itu berputar, aku tahu itu adalah Mas Taka.
Ia pun melangkah masuk kembali kedalam kamarku, berjalan mendekat lalu duduk di sampingku di ranjang ini.
Aku bisa merasakan desiran aneh ini lagi dihatiku saat ia mulai menatapku. Tak lama ia meraih tanganku.
"Ini Mas Kawin untukmu Anna, tadi belum kau ambil" ia menyerahkan sebuah kotak kecil berwarna merah itu ke dalam tanganku.
"Maaf Anna, saat ini hanya itu yang mampu kuberi untukmu," Ia masih membuatku gugup dengan tatapan matanya.
Ia lalu membuka kotak itu dan mengambil sebuah Cincin yang ada di dalamnya dan memakaikannya di jariku, sebuah cincin yang indah dengan batu berlian ditengahnya. Tak ayal cincin itu membuatku tersenyum senang.
"Cincin ini sangat indah Mas, pasti harganya mahal" Ucapku polos.
"Itu milikmu sekarang Anna, suatu saat nanti aku akan menggantinya dengan yang lebih mahal"
"Terima kasih, Mas!" Aku menggenggam tangan ku yang sekarang telah berhiaskan berlian itu.
"Tidak Anna, kau salah. Aku yang harus berterima kasih padamu," Ia pun berjalan ke kursi plastik di dekat lemari pakaianku.
"Tidur lah Anna, aku tahu kau lelah hari ini."
"Tapi kau sendiri mas, apa kau akan tidur di kursi itu?"
Ia tertawa kecil mendengar perkataan ku tadi, lalu ia menarik selimut dan merebahkan tubuhku ke ranjang, lalu menutupi tubuhku dengan selimut,
"Aku akan tidur disini bersamamu, tapi sebelum itu aku akan memastikan kau tidur lebih dulu, aku tahu Anna, kau tidak akan bisa tidur jika kau tahu aku tidur disampingmu sekarang."
Dalam hati aku senang mendengarnya, setidaknya ia mengerti jika aku belum siap memberikan hak malam pertamanya denganku. Aku pun menutup mataku.
****
Pagi ini aku sengaja mencuci rambutku, tak ingin jika bapak curiga nantinya. Sejak bangun subuh tadi aku belum melihat Mas Taka, setelah merapikan pakaian ku, aku keluar dari kamarku untuk menyiapkan sarapan.
Sambil berjalan kedapur aku melihat Bapak yang sudah berpakaian rapi lengkap dengan tas yang selalu ia bawa jika ia ingin pergi ke kecamatan. Tapi mau kemana bapak sepagi ini, apa ada hal yang penting. Karena biasanya bapak selalu bilang dulu padaku jika ingin pergi.
"Bapak mau pergi" aku bertanya, wajar saja soalnya bapak belum sembuh benar,
"Iya Anna, bapak mau mengurus surat surat pernikahanmu nak, semakin cepat diurus semakin baik, kau dirumah saja. Temani suamimu ya"
"Tapi apa bapak kuat, bapak kan baru mulai enakan, apa lebih baik ditunda dulu sampai besok atau lusa."
"Tenanglah nak, bapak sudah baik baik saja, lagi pula bapak akan pergi dengan Pak Makmun, sebentar lagi Pak Makmun akan kesini menjemput bapak"
"Jangan Khawatir kan Bapak, lebih baik kau buat sarapan untuk Taka, tadi ia ada keperluan sebentar kerumah Pak Imam. Bapak Rasa tak lama lagi ia akan pulang."
"Apa bapak sudah sarapan?" Aku bertanya karena aku belum menghidangkan apapun untuk bapak pagi ini.
"Sudah Nak, lihatlah didapur sudah ada pisang goreng dan teh disana" Aku mengangguk mendengarnya, tak lama suara mobil pick up milik Pak Makmun pun terdengar berhenti didepan rumah, aku mengekor bapak yang berjalan keluar. Lalu mencium tangannya sambil tetap memintanya untuk berhati hati.
Aku berjalan kembali kedalam rumah, lalu pergi ke dapur sederhana kami dibelakang, aku melihat dua ekor ikan yang belum dibersihkan ada didalam baskom kecil disudut dapur ini, segera saja kubersihkan. Lalu ku goreng.
Hari sudah siang, sudah hampir Zhuhur tapi Mas Taka belum juga kembali, bapak bilang tadi pagi ia ada keperluan sebentar ke rumah Pak Imam, tapi ini sudah siang, apa yang dikerjakan Mas Taka dari tadi pagi sampai siang begini.
Aku mengambil ponselku. Ponsel yang dibelikan bapak untukku tiga tahun lalu, tapi ahh sial, niatku untuk mencari tahu suamiku dengan menelponnya terhenti karena aku tak menyimpan nomer teleponnya.
Sudahlah, lebih baik kutunggu saja dirumah.
Aku kembali kekamar untuk menaruh kembali ponsel ku. Baru saja aku melangkah masuk ke kamar, terdengar ketukan pintu dari luar
Aku bergegas keluar untuk membukakan pintu, sosok yang kutunggu dari tadi melangkah masuk kedalam sambil mengucap salam.
"Apa kau sudah makan Mas,?" Aku bertanya gugup.
Ia membalikkan tubuhnya menghadap ku, aku tahu saat inj dia sedang memandang wajahku dan itu membuatku bertambah gugup.
"Aku hanya makan pisang yang digoreng bapak tadi pagi, Anna" Sahutnya
"A-aku sudah menggoreng ikan. Hari juga sudah siang, cucilah tangan mu dulu, aku akan siapkan makan siang untukmu" Aku berucap pelan dan terbata.
"Baiklah. Kita akan makan bersama" Sahutnya tenang. Lalu pergi ke belakang untuk mencuci tangannya.
Aku menghidangkan ikan yang sudah kugoreng tadi bersama tumis kangkung di meja makan sederhana kami. Aku tak tahu apakah ini akan membuatnya berselera makan atau tidak. Tapi semoga ia menyukainya.
Baru saja kami berdua menyelesaikan makan siang. Bapak tiba tiba pulang dengan wajah cemas dan Khawatir. Begitu pulang ia langsung mengunci pintunya.
Belum hilang rasa terkejutku. Bapak lalu memanggil Mas Taka untuk duduk bersamanya di kursi tamu sederhana kami.
"Nak Taka, tadi sewaktu di kecamatan bapak melihat seorang pria mencarimu sambil membawa fotomu nak,?"
"Bapak melihatnya sewaktu orang itu bertanya kepada orang yang duduk disebelah bapak, saat hendak menunggu Mobil Pak Makmun menjemput Bapak"
"Begitu ya pak" Jawab Mas Taka kalem.
"Karena itu bapak cepat cepat pulang."
"Jika begitu, Aku sudah tidak bisa tinggal disini lebih lama lagi pak," Setelah mengucapkan itu baik Mas Taka maupun bapak menoleh ke arahku.
Karena bingung melihat sikap bapak yang tidak biasa, aku memberanikan diri untuk bertanya.
"Apa ada masalah pak??"
Tbc.