Bangsa Assyiria

Bangsa  Assyria

Bangsa Assyria termasuk rumpun Bangsa Semit. Mereka menguasai wilayah Mesopotamia sekitar tahun 1300 SM. Dibawah kepemimpinan Raja  Shalmanasher I (1273-1244 SM), orang Assyria berhasil mengalahkan Kerajaan Babilonia dan merebut negara-negara lain yang berdaulat yang ada di sekitarnya, kemudian menyatukannnya menjadi satu kerajaan.

Pada awalnya, wilayah kerajaan Assyiria tidak terlalu luas, hanya mencakup sebagian kecil wilayah Mesopotamia. Namun dibawah kepemimpinan raja-raja yang gemar berperang, terutama Ashurbanipal II dan Sennacherib, Kerajaan Assyria mengalami kemajuan pesat. Dengan kekuatan militernya yang tangguh, orang-orang Assyiria berhasil memperluas dan mempertahankan kekuasaan selama lebih dari tiga abad.

Selain memperluas wilayah kerajaan, bangsa Assyiria juga membangun kota dan infrastrukturnya. Mereka membangun kembali kota Nimrud dan Niniveh yang terletak di tepi sungai Tigris. Mereka menjadikan Niniveh sebagai ibu kota kerajaan dan membangun kota baru di wilayah Khorsabad. Pada abad ke-7 SM, Kerajaan Assyiria mencapai puncak kejayaannya. Pada masa itu rakyat Assyria hidup dengan sejahtera dan tertata dengan baik.

Sebagian besar penduduk Assyria tinggal di perkotaan. Kota-kota penting ketika itu adalah Assyur, Kaihu, dan Nniveh. Orang-orang Assyria melengkapi kota-kota tersebut dengan berbagai fasilitas pendukung agar nyaman ditempati. Diantaranya adalah dengan membangun tembok-tembok pembatas yang tinggi untuk melindungi kota dari serangan musuh.

Penduduk Assyiria pada umumnya bermata pencaharian sebagai pengrajin dan pedagang. Pada masa itu sebagai pengrajin asal Assyria sangat terkenal di kawasan Mesopotamia. Di bidang arsitektur, masyarakat Assyiria menghiasai gedung-gedung mereka dengan lukisan tembok dan memilih warna batu bata yang cerah. Sekitar tahun 900-600 SM mereka mulai menghias tembok istana dengan ukiran yang bertema religi dan kemenangan bangsa Assyiria dalam berbagai peperangan. Salah satu ukuran tembok yang paling terkenal terdapat di istana Ashurbanipal di Niniveh yang menggambarkan suasana perburuan.

Pemerintahan bangsa Assyiria bercorak militer. Kekuatan kerajaan sangat bergantung pada kelompok prajurit. Orang-orang Assyiria memang terkenal sebagai prajurit yang tangguh. Mereka disegani karena kehebatannya dalam berperang. Mereka juga memiliki kebiasaan yang sangat kejam, menyiksa para korbannya.

Kerajaan Assyiria memiliki pasukan yang sangat besar yang dilengkapi dengan kuda berbaju zirah dan kereta perang roda dua. Mereka juga membuat kendaraan perang, pedang, perisai, umban, dan panah sebagai alat tempur. Peralatan perang yang lengkap serta prajurit yang terampil. Tangguh, dan kejam menjadi kekuatan utama kerajaan Assyiria dalam menaklukkan kerajaan-kerajaan sekitarnya.

Kegemaran orang-orang Assyiria berperang dan menaklukkan kerajaan-kerajaan sekitarnya menyebabkan mereka dijuluki sebgai bangsa Roma dari Asia. Dengan kegemarannya ini bangsa Assyiria berhasil membentuk kerajaan yang besar setelah menguasai wilayah-wilayah sekitarnya. Mereka berhasil menguassai wilayah yang sangat luas, membentang dari teluk Persia sampai ke Laut Tengah. Mereka sangat ditakuti oleh bangsa lain karena pasukan infanteri dan kavaleri mereka yang sangat kuat.

Bangsa Assyiria membagi wilayah kekuasaannya menjadi beberapa provinsi guna memudahkan jalannya pemerintahan. Setiap propinsi diperintah oleh seorang gubernur yang langsung bertanggung jawab kepad raja. Mereka membangun jalan raya yang memadai untuk melancarkan hubungan antara pemerintah pusat dan provinsi, sehingga pemerintah pusat dapat mengontrol penguasa provinsi dengan baik.

Selain membangun militer yang kuat, bangsa ini juga mengambangkan sektor pendidikan. Salah seorang raja Assyiria yang memiliki perhatian besar terhadap dunia pendidikan adalah Ashurbanipal. Pada masa pemerintahannya ia meninggalkan 22.000 buah lempeng tanah liat yang tersimpan di perpustakaan Niniveh. Lempengan tersebut memuat tulisan tentang masalah keagamaan, sastra, pengobatan, matematika, ilmu pengetahuan alam, kamus, dan sejarah.

Bangsa Assyiria mempercayai banyak dewa yang dianggap berhubungan dengan kelangsungan hidup mereka dan memiliki konrol terhadap langit, laut, badai, bumi, air, dan api. Pemimpin para dewa disebut Dewa Ashur, dan raja dianggap sebagai wakil Dewa Ashur di muka bumi. Oleh sebab itu, selain sebagai pemimpin tertinggi di bidang keagamaan

Selama masa pemerintahan Assyiria, bangsa-bangsa yang pernah mereka taklukkan terus menyusun kekuatan untk megalahkan mereka. Bangsa-bangsa yang kalah itu membangun kekuatan militer dalam jumlah yang cukup besar guna menghancurkan kerajaan Assyiria. Kekejaman bangsa Assyiria menjadi penyebab perlawanan tersebut. Kerajaan Assyiria akhirnya runtuh ketika bangsa Khaldea menyerang kerajaan Assyiria pada tahun 612 SM. Mereka menghancurkan Niniveh dan mendirikan kerajaan Babilonia baru


Komentar

Login untuk melihat komentar!