Aku, Kania Binti Surya. Wanita biasa super sabar yang sering di dzolimi Mas Haza-Suamiku sendiri.

2 tahun kami membina rumah tangga, selama 2 tahun juga Mas Haza tak pernah memberiku nafkah.

Padahal apa pekerjaannya? Suamiku itu seorang Manager HRD yang kutahu berapa gajinya. Tapi, kenapa dia sampai lupa pada hak istrinya? Kemana gajinya pergi selama ini jika aku tak bisa menikmatinya?

Hingga pada akhirnya kuputuskan untuk berjualan kue dan gorengan keliling komplek. Untuk apa aku melakukan itu semua? Untuk memenuhi nafsu perut Mas Haza. Dia tidak pernah memberiku uang, tapi ketika dia pulang, ia ingin makan layaknya sedang makan di restoran.

Alhasil, aku sudah tak memperdulikan tubuhku sendiri. Kulitku jadi hitam karena seringnya jualan kue di bawah terik matahari. Kania yang dulunya cantik dan si Staf HRD yang paling menarik telah menjadi Nenek Lampir, katanya.

Dan ketika wajah dan tubuhku sudah rusak, baru lah Mas Haza komplain kenapa Kania yang dulu cantik bisa menjadi dekil? Dia tidak berpikir dan tidak pernah tahu apa yang terjadi padaku selama ini.

Dia tak pernah tahu kalau setiap hari aku menahan nyeri karena sikapnya yang kasar dan sering mengeluarkan umpatan keji. Yang dia tahu aku harus tampil cantik, tapi dia tak mau keluar modal walaupun sedikit.

Dan kini, dia telah menumpahkan segala isi hatinya. Dia memakiku sampai puas. Di kata aku jelek! Kumel! Dekil! Hitam! Bau! Sungguh tak punya hati.

Selama ini aku masih sabar akan perlakuannya. Tapi, setelah kutahu ternyata dia memiliki wanita lain yang tak lain sahabat karibku sendiri, Di situlah aku mulai marah. Aku mulai sadar bahwa lelaki seperti itu tak patut untuk di pertahankan. 

Apa lagi dia malah memakiku di depan banyak orang ketika kupergoki sedang berselingkuh. Dan yang lebih menyakitkan, dia menalakku di depan para pelayat yang berkunjung di istana Bosnya sendiri. 

Dan pada detik itu, aku terima ucapan talak darinya.

Sakit, memang sakit. Pedih, memang perih. Tapi mungkin itu lebuh baik ketimbang hidupku terdzolimi.

Dan tanpa kusangka-sangka, datang lah seorang wanita yang tak lain adalah istri dari Bos besar yang baru saja meninggal. Dan yang membuatku tercengang, istri pemilik pabrik dan berbagai bisnis itu adalah ibuku. 

Ya, ternyata ibu kandungku adalah pewaris satunya-satunya segala aset dan harta peninggalan Bosnya Mas Haza.

Dan di sinilah permainannya, Mamaku yang kaya raya memberikan seluruh harta dan asetnya untukku seorang. Dan di situ pula, Mama menyuruhku untuk berdiri di tengah Mas Haza yang sedang duduk menertawakan penderitaanku.