Kenyataan yang mengejutkan
Sejak kedatangan Samantha dan dibatalkannya kerja sama mereka, baik Sarah maupun Bunda Ana sudah sepakat untuk tidak lagi membahasnya. Sarah lebih memilih menyibukkan diri dengan rapat bersama klien dan fokus pada acara Anniversary butik mereka nanti.

Sedangkan Bunda Ana lebih senang menghabiskan waktunya di kamar Kiki. Ruangan berukuran 3x4 meter itu telah berbulan-bulan ditinggalkan pemiliknya. Dan tiga hari lagi Kiki akan pulang. Dirinya sudah tak sabar untuk memeluk putra kesayangannya itu.

Bunda Ana dengan telaten mengganti seprai, selimut, dan tirai di kamar itu dengan warna biru. Warna kesukaan Kiki. Ditatanya perabotan di dalam kamar menjadi serapi dan senyaman mungkin. Ia yakin, Kiki pastilah juga sudah merindukan kamarnya ini.

Sebenarnya sejak awal kedatangan mereka ke Jakarta, Sarah sudah menawarkan Bunda Ana dan Kiki rumah yang lebih besar untuk mereka tinggali. Namun Bunda Ana lebih memilih untuk tinggal di lantai 3 gedung butik mereka, agar lebih mudah untuk bekerja dan mendapatkan inspirasi desainnya. Apalagi sejak Kiki kuliah arsitektur di UI, dirinya akan semakin merasa kesepian jika tinggal di rumah besar sendirian.

Bunda Ana mengelus foto Kiki berbingkai merah yang di pajang di atas nakas. Foto itu menjadi saksi betapa waktu telah berjalan begitu cepat. Putranya yang dulu kecil, kini telah tumbuh menjadi pria yang tampan dan juga pintar. Tak mengherankan jika anak semata wayangnya itu kini menjadi rebutan kaum wanita.

Bunda Ana menghela napas panjang sembari mengelap kaca di bingkai foto yang sedikit berdebu. Delapan tahun sudah ia dan Kiki hidup merantau di ibu kota. Jauh dari kampung halaman. Jauh dari tanah kelahiran.

Delapan tahun yang tentu tidak mudah. Pahit, manis, suka, dan duka mereka lalui bersama. Tak ada yang diabaikan. Apalagi ditinggalkan. 

Delapan tahun ....

Waktu yang cukup bagi mereka untuk kembali menata kehidupan yang sempat porak poranda. Bunda Ana dengan segudang bakat alami yang dimilikinya, telah berhasil menjadi desainer kenamaan di ibu kota. Sedangkan Kiki sendiri telah meniti jalannya untuk menjadi seorang arsitek handal dan profesional. Bersama-sama mereka berjuang mewujudkan impian masing-masing yang tak lagi sekedar harapan.

Bunda Ana terkesiap dari lamunan saat mendengar suara ketukan pelan di pintu kamar. Tak lama kemudian, Sari muncul dari balik pintu.

"Maaf, Bu Ana. Di bawah ada Ibu Samantha ingin bertemu."

"Samantha?" ulang Bunda Ana tak percaya. Mendengar nama itu membuat jantungnya kembali berdetak kencang. 

Sulit dipercaya Samantha datang kembali ke butiknya jika mengingat hal yang terjadi saat beberapa hari lalu mereka bertemu. Samantha memang orang yang misterius dan tak bisa dibaca jalan pikirannya.

"Begini saja. Tolong kamu kabari Sarah. Biar dia yang nanti akan bertemu dengan Samantha," pinta Bunda Ana. Ia takut Samantha akan kembali pergi jika melihat wajahnya.

"Tapi Ibu Sarah sedang rapat dengan klien dari Singapura di Four Season Hotel."

"Tidak apa-apa. Kabari saja. Bilang bahwa Samantha datang ingin bertemu. Sarah pasti akan segera datang."

"Maaf, Bu Ana. Tapi Bu Samantha bilang dia ingin bertemu dengan Ibu Ana."

"Bertemu denganku? Kamu yakin tidak salah dengar?"

"Iya, Bu. Bahkan Bu Samantha datang sendirian tanpa asistennya, karena ingin bicara empat mata dengan Ibu Ana."

"Bicara empat mata?" Bunda Ana mengerutkan dahinya. Ia semakin dibuat tidak mengerti. "Apa Ibu Samantha ada di ruang VVIP?"

"Iya, Bu. Beliau menunggu di bawah sejak tadi."

Bunda Ana meletakkan foto Kiki kembali di atas nakas dan keluar dari kamar. Sepanjang perjalanan ke ruang VVIP, Bunda Ana tak henti berpikir. Kira-kira apa tujuan Samantha datang kembali menemuinya. Mungkinkah konglomerat itu datang untuk meminta maaf atas sikapnya kemarin?

Saat Bunda Ana membuka pintu ruang VVIP, terlihat Samantha sudah duduk manis disana. Menunggunya di sofa beludru. 

"Maaf mengganggu waktu anda. Saya kemari ingin minta maaf atas sikap saya yang sedikit keterlaluan kemarin. Tolong jangan diambil hati," ucap Samantha pelan disertai senyuman ramah. Sangat kontras dengan sikap yang ia tunjukkan kemarin.

"Tidak masalah. Saya mengerti. Anda pasti kaget saat melihat kondisi fisik saya yang berbeda dari wanita pada umumnya."

"Bukan. Bukan karena itu," sanggah Samantha sambil menggeleng cepat. "Sikap saya kemarin bukan karena terkejut melihat wajah dan tubuh Bu Ana yang mirip laki-laki. Tapi karena saya tidak pernah menyangka bahwa kita akan bertemu di sini. Apa Bu Ana masih ingat kalau kita pernah bertemu sebelumnya?"

Bunda Ana terdiam. Ia memandangi Samantha dari atas kepala sampai kaki. "Maaf. Tapi kemarin adalah pertama kalinya saya bertemu dengan Bu Samantha secara langsung. Karena sebelumnya, saya hanya pernah melihat Bu Samantha di televisi atau di majalah saja."

"Sudah saya duga, Bu Ana tidak ingat. Tapi kita benar-benar pernah bertemu di masa lalu. Tepat di tengah malam tanggal 15 Juli."

"Li-lima belas ... ju-juli?" kata Bunda Ana dengan terbata-bata.

Samantha diam-diam tersenyum senang saat melihat reaksi Bunda Ana saat dirinya menyebut tanggal 15 Juli. Hal itu membuat Samantha semakin yakin bahwa ia tak salah orang.

"Ya. Saya juga masih ingat jelas saat di malam itu, Ibu Ana berjalan sendirian sambil menangis dan membawa sebuah koper besar."

"Bagaimana kamu bisa tahu? Kejadian itu juga sudah lama sekali."

"Tentu saja saya mengetahuinya, sebab waktu itu kita tidak sengaja bertabrakan di trotoar. Saya tidak akan pernah lupa dengan wajah Bu Ana. Karena sejujurnya, Bu Ana adalah orang yang sudah bertahun-tahun saya cari."

"Bu Samantha mencari saya? Tapi kenapa?" tanya Bunda Ana mulai cemas. Ia curiga kalau Bambang pernah menggunakan namanya untuk meminjam uang dalam jumlah besar pada perusahaan Samantha.

Melihat wajah Bunda Ana yang kian kebingungan, Samantha menggeser duduknya agar lebih dekat dengan Bunda Ana. Ia lalu meraih tangan Bunda Ana dan menggenggamnya erat. Menatap kedua matanya tanpa kedip.

"Karena ... saya adalah ibu kandung dari bayi yang Bu Ana temukan 21 tahun lalu."

๐Ÿ’—๐Ÿ’—๐Ÿ’—Afrilia_Atharaa๐Ÿ’—๐Ÿ’—๐Ÿ’—

Komentar

Login untuk melihat komentar!