Bayangan Hitam

#Pesugihan_Mertua_2
Dipaksa menyusui Tuyul
Bab 2

Bayangan hitam

Jam lima sore, toko tutup. Bumer pulang dibonceng Mas Yudi. Aku boncengan sama Mas Harun. Biasanya, Suamiku akan mampir dulu ke gudang beras, buat ngecek rekapan keluar masuk barang. Tapi, kali ini tidak.

"Dek, ke gudangnya nanti malam saja, ya? Perutku mules,"

Aku mengangguk, nurut saja. Berdua, aku dan Mas Harun langsung pulang. Sampai rumah, Mas Harun langsung ngibrit ke kamar mandi. Hmm, salah makan apa dia?

Habis maghrib, kami sekeluarga makan malam bersama. Aku yang masak. Di sini ada pembantu, tapi cuma bersih-bersih dan nyuci saja. Kalau sore pulang. Terpaksa aku yang jadi Inem kalau malam. Habis makan ya, cuci piring seabrek. Gapapa lah, berbakti pada Suami dan Mertua. Dan kakak ipar juga, jangan lupa disebut.

Mbak Wuri, Istrinya Mas Yudi, ikut makan malam. Perempuan itu duduk di depanku. Aku melihatnya. Heran juga sih, Mbak Wuri ini pucet, kurus, kek penyakitan gitu, tapi kok nggak dibawa ke rumah sakit gitu? Diobatin apa gimana.

"Bu, habis ini, aku mau ke gudang sama Rina. Tadi belum rekapan," kata Suamiku pada Ibunya.

"Ya, jangan lama-lama. Ingat nanti malam!" Sahut Bumer.

"Nggak kok, cuma sebentar."

Berboncengan motor, aku dan Mas Harun menuju gudang. Letak gudang di pinggir jalan desa, arah ke pasar. Kalau siang ramai orang lewat mau ke pasar. Kalau malam, sepi banget, mana pohon di tepi jalan besar-besar dan angin malam ini, lumayan kencang. Bikin serem.

Ini kan malam Jum'at? Pantes tadi Ibu pesan Mas Harun nggak boleh lama. Ada yang harus dikerjakan tiap malam Jum'at.

Pintu utama gudang yang berupa rolling door sudah ditutup. Aku dan Mas Harun langsung ke bangunan samping. Sebenarnya, ini masih bagian dari gudang, cuma disekat buat kantor gitu.

Mas Harun memutar anak kunci lalu membuka pintu. Menyalakan lampu dan masuk ke dalam. Aku mengikuti. Di ruangan ini, ada satu meja buat nulis, satu PC, lemari laci dan beberapa kursi. Mas Harun segera duduk dan menyalakan komputer.

Karena gabut, aku berjalan ke belakang, ke gudang beras. Aku berdiri di depan pintu menghadap ke dalam gudang. Gelap gulita.

Di gudang, nggak dikasih lampu. Jadi kalau malam-malam ada perlu, dipakainya lampu emergency. Pantes aja, tikusnya besar-besar, kan gelap.

Mataku menatap tumpukan karung putih berisi beras. Letak karungnya tak beraturan. Numpuk di sana sini, sesuai jenis beras. Gudang beras terbesar di desa kecamatanku. Gudang ini nggak pernah kosong, selalu ada stok dan lancar jaya keluar masuknya. Mertuaku beneran pinter berniaga.

Serrrttt!

Aku menoleh, memicingkan mata. Seperti ada bayangan hitam yang melintas tadi di dalam gudang. Apa iya? Kugerakkan kepalaku, mencoba mencari.

Serrrttt!

Bayangan hitam itu kembali melintas. Jangan-jangan ada yang bersembunyi di sini? Tapi ngapain? Huh, kulihat Suamiku masih sibuk. Lebih baik aku cek sendiri aja. Aku pun berjalan masuk ke gudang.

Pelan, langkahku hampir tak terdengar. Aku semakin masuk ke tengah gudang. Menengok di antara tumpukan karung. Bersembunyi di mana bayangan tadi?

Buk!

Astaghfirullah! Aku menelan ludah. Seperti suara barang jatuh di sebelah sana, di dekat lemari tua tempat menyimpan sampel dan plastik. Kuseret kakiku mendekat dengan dag dig dug.

Krusek krusek

A_apa itu? Item-item, seperti seseorang yang sedang berjongkok di belakang tumpukan beras? Bener nih, ada orang bersembunyi di sini. Aku semakin mendekat. Ku sorongkan tubuhku untuk melihat lebih jelas, soalnya gelap banget.

"Aww!"

Aku menjerit tertahan. Kepalaku menoleh ke belakang. Seperti ada yang menarik rambutku tadi! Sakit ya! Kuedarkan pandangan ke sekeliling. Nafasku menjadi cepat. S_siapa tadi?

Plakk!

"Aduhh!!"  Teriakku lagi. Kali ini dengan disertai lompatan. Aku bener-bener kaget! Ada yang nampol pantatku! Kurang ajar!

Hhhh, nafasku semakin cepat dan tersengal. Ini pasti orang. Nggak mungkin hantu bisa memukul. Mukul pantat lagi!  Apa ada hantu mesum?

Hihihihi

Heh?!
Mataku mendelik. Barusan ada suara ketawa anak kecil! Hihh, bulu kudukku meremang seketika. Masak iya, ada anak kecil bermain di gudang gelap malam-malam?

"Masss!" Kupanggil Mas Harun.

"Sibuk, Aku!" Jawabnya dari luar.

Terpaksa aku yang keluar. Berjalan cepat aku meninggalkan gudang. Suara ketawa anak kecil, masih mengiringiku. Merinding.

"Mas, ada orang di gudang!" Laporku. Suamiku mengernyit.

"Mana ada!" Bantahnya.

"Ada! Tadi, dia nampol pantatku!" Kataku sambil menunjuk tubuh belakangku. Suamiku melihatku dengan melongo.

"Nggak percaya, ya?" Tanyaku kesal. Mas Harun menggeleng.

"Kamu nggak marah, ada yang nampol pantatku? Nggak cemburu gitu?" Netraku melebar melihat Suamiku yang wajahnya ngeselin ini.

"Mana ada hantu nampol pantat dek? Hantu******apa?" Tanyanya bodoh.

Aaaaaaa, emang tadi aku ditampol hantu! hihh sebel!

Bersambung


Komentar

Login untuk melihat komentar!