#DAGING_QURBAN_DI_KULKAS_IBU_MERTUA_
Menantu kepo Mertua pelit 4
Part 4
Masakan Makmer enak?
Lihat ah, aku keluar kamar, memakai sendal jepit dan berjalan menuju rumah Ibu Mertuaku. Lihat tok ki gapapa, itu bukan kepo. Kalau Kepo itu mau tahu banget. Kalau aku kan cuma mau tahu aja. Beda ya!
Berjalan masuk ke rumah Bu Tin, aku langsung menuju dapur.
Kosreng
Kosreng
Kosreng
Terdengar suara sothil beradu dengan wajan. Helleh, gayane dah koyok chef warung nasgor saja Mertuaku ini. Masak apa to jane?
"Masak apa, Bu?" Tanyaku saat sudah di dapur. Bu Tin menoleh.
"Masak daging," jawab Ibu Mertuaku singkat.
Lhah ya sudah tahu kalau masak daging. Tapi ki dimasak opo, itu yang aku tanyain. Akutu nggak iri Bu Tin masak opo, cuma nanya tok.
"Dibumbu apa, Bu?" Mataku melihat masakan daging berkuah kuning di dalam satu wajan ukuran sedang.
"Gule." Kembali Ibu Mertuaku menjawab singkat. Koyok gak niat. Orang kalau pelit itu gitu, paling dia suudzon, dikirain aku mau minta. Ihh, sorry!
"Kok cuma masak segitu, Bu?" Tanyaku. Sedikit banget masaknya. Padahal dia punya daging sak umbruk di kulkas.
"Segini cukup, buat Ibu, Ari sama Nela," jawab Bu Tin. Tangannya memasukkan garam kedalam masakan.
Lhoh kan bener, namaku sama Suamiku nggak disebut. Pasti nanti nggak dikasih. Dasar Mertua pelit. Awas nanti aku balas.
**
Sorenya sehabis maghrib, aku dan Suamiku duduk-duduk di ruang tamu. Mas Alif habis makan, terus merokok seperti biasa.
Aku duduk di dekatnya, bermain pacebuk. Anakku Vita, paling di rumah Mbahnya.
"Lip, udah makan belum? Ini tak kasih gule," suara Ibu Mertuaku yang tiba-tiba memasuki rumahku. Di tangannya membawa semangkuk kecil gule daging.
Ibu Mertuaku menaruh mangkuk itu di atas meja. Aku melihatnya. Lhoh kan yang dikasih cuma Suamiku saja, anake lanang. Huh!
"Alif sudah makan, barusan, Bu," jawab Suamiku. Bu Tin tampak sedikit kecewa.
"Yo wes, ini buat nanti."
Aku melirik. Ibu Mertuaku keluar dari rumahku. Sama sekali tidak menyapaku. Aku juga nggak nyapa lah, kan aku menantu kamvret.
Pas Bu Tin udah nggak kelihatan, aku memajukan badanku, melihat lebih dekat gule di dalam mangkuk itu. Kelihatannya lezat. Baunya juga enak.
"Makano!" Mas Alif bicara sambil melihatku. Aku menggeleng.
"Ibu ki, nggak nawarin aku blas!" Kutarik bibirku sebelah. Suamiku diam saja.
"Wong sudah diantar ke sini, itu artinya boleh dimakan siapa aja. Kamu, aku atau Vita," kata Suamiku.
"Sedikit gitu?" Aku menunjuk mangkuk dengan kepalaku.
"Aturan, kalau mau ngasih kita, ya mangkuknya yang besar, segitu mana cukup?" Aku tak terima. Ngasih kok dikit, ini sih namanya pamer doang.
"Yo wes makano, aku udah kenyang," kata Suamiku.
"Emoh!" Jawabku sambil mencebik.
Tap
Tap
Tap
Suara langkah kaki mendekat. Aku dan Mas Alif melihat ke pintu. Anakku Vita berjalan masuk, mulutnya bernyanyi lagunya Black Pink.
Anakku ini, gila Wong Korea. Kamarnya isinya poster Wong Korea kabeh. Pusing aku, seneng kok karo Wong Korea, kadohan. Nggak isoh di utangi.
"Vit, mau gule?" Suamiku memawari Vita.
Vita berhenti sebentar. Melihat semangkuk gule di meja. Dia berjalan mendekat.
Sambil berjongkok, Vita mencomot irisan daging dari dalam mangkuk dan memasukkannya ke dalam mulutnya.
"Pakai sendok gitu lho, Vit! Kemproh," hardikku pada anakku.
Vita ketawa nyengirr, kemudian masuk ke dalam rumah.
"Dek, aku mau keluar sebentar." Mas Alif berdiri dan berjalan keluar.
"Mau kemana?" Tanyaku ingin tahu.
"Mau muter bentar, sapa tahu ada orang nongkrong di gerdu." Mas Alif menaiki motornya dan pergi.
Aku menutup pintu. Kubawa semangkuk kecil gule itu masuk ke dalam rumah.
Sampai di dapur, aku mengambil sendok, ngicipin gulenya Makmer ah! Kumasukkan sepotong daging ke mulutku.
Hmm enak e masakan Ibu Mertua. Gurih, nikmat, bumbune mantab! Aku menyendok lagi daging dari mangkuk itu.
Mataku sampai merem melek, merasakan sensasi enaknya masakan Mertua.
"Enak, dek?"
Uhukk, aku keselek!
Suamiku sudah berdiri di belakangku. Dia memegang bahuku sambil tersenyum.
"Biasa aja," jawabku.
"Kok habis?" Mas Alif menunjuk mangkuk di tanganku.
"Lha wong cuma sedikit ya habis to, Mas. Piye seh?" Gerutuku. Gak terima aku dibilang ngabisin gule. Padahal iya.
Suamiku ketawa.
Isin akuu ....
Bersambung
Kosa kata bahaha Jawa*
Kadohan: Kejauhan
Kemproh : Jorok
Piye: Bagaimana
Sak umbruk: Banyak banget
Isin: Malu