Apa Aku Sudah Mati?
"Kau tahu apa akibat perbuatanmu itu?! Zagar?" tanya pangeran itu geram.

Zagar diam saja. Dia menundukkan kepalanya dalam sekali. Kulihat beberapa bulir air mata jatuh ke tanah. 

"Dia terpisah dari raganya!! Jika keimanannya lemah maka raganya akan diisi oleh ruh lain! Kau tahu apa akibatnya? Dia tidak akan bisa hidup lagi untuk selamanya!!" bentaknya kasar.

Kudengar Zagar terisak. Aku tidak tahu apa yang sedang dia pikirkan. Tapi aku kasihan melihatnya. Orang-orang di gua ini masih muda. Umur mereka tidak berselisih jauh, termasuk pangeran itu dengan Zagar. Aku masih tidak bisa menyimpulkan masalah apa yang sedang mereka hadapi. 

"Maaf, Pangeran. Maafkan saya," ucap Zagar tertahan.

Pangeran itu menghela napas panjang. "Bagaimana kau akan mengembalikannya? Jika kau dapat memanggilnya, pasti kau dapat mengembalikannya pula?" 

"Maaf, Pangeran. Yang bisa mengembalikan dia hanya ayah Pangeran," jawab Zagar.

"Ayah?? Kau tahu ayahku sudah tiada?!! Mengapa kau panggil dia kalau hanya ayahku yang bisa mengembalikannya ke Mayapada?! Apa yang sedang kau pikirkan?!! Kau bahkan tidak menyelesaikan masalah. Tetapi sebaliknya!! Kau malah membuat masalah baru. Kau tahu akibatnya jika kita mencampuri Dunia Mayapada?? Kita akan hancur tanpa pelawanan. Dunia Mayapada lebih sempurna daripada kita!!" 

Isak Zagar semakin jelas. Aku jadi kasihan padanya. Apa yang harus aku lakukan. Setidaknya aku bisa membantu mereka di sini. 

Aku tidak tahu mengapa tiba-tiba kepalaku menjadi pening lagi. Badanku terasa panas dingin berganti-ganti. Rasanya tidak jelas. Benar-benar tidak nyaman. Seorang gadis memegangiku sambil menanyakan apa yang aku rasakan.

"Kau tidak apa-apa?" tanyanya cemas.

Mataku menjadi panas seperti dicabai. Air mataku juga terasa seperti air mendidih. Tubuhku sudah bermandikan keringat. Tapi rasanya masih sangat panas. Perlahan-lahan rasa pening itu menghilang. Meski begitu rasa panas tanpa tanding menyelimuti tubuhku. Apa ini neraka? Apa aku sudah mati?? Apa ini hukuman saat aku jahil di dunia?? Saat aku tidak sengaja menginjak semut dan mematahkan ekor capung sampai capung itu mati?? Atau ini hukuman bagiku karena memetik bunga tetangga tanpa ijin. Panas sekalii. Meski tidak ada api, panasnya seperti dipanggang di atas bara api.

"Dara??" tanya Zagar panik.

Kulihat dia menghampiriku tanpa meminta ijin pada sang Pangeran. Dia melepas pakaiannya untuk mengelap keringatku. Aku tidak tahu mengapa dia melakukan itu. Padahal aku baru mengenalnya. Kurasa dia juga baru mengenalku.



Komentar

Login untuk melihat komentar!