Negeri Cermin 2
"Iya, aku paham...," jawabku lebih menekankan. 

"Apa yang harus aku bantu?? Apa masalahmu??!" lanjutku sedikit kesal. Sepertinya anak ini salah menangkap maksud pertanyaanku tadi. Dan mungkin bukan sepertinya lagi, melainkan dia benar-benar salah paham.

"DARA!!" 

Suara bernada tinggi membangunkan tidurku. Kapalaku terasa berat. Mataku juga buram. Meski warnanya merah menyala, tapi tidak menerangi pandanganku, justru malah menghalanginya. Aku terburu-buru bangkit karena terkejut. Kulihat seisi kelas menatapku heran. Aku sedikit menyesal, mengapa aku bisa ketiduran di kelas. Apalagi guru yang mengajar sangat kiler. Beliau tidak senang dengan siswa yang kurang disiplin, apalagi tidak disiplin sepertiku.

Dalam hati aku berucap, 'Aku berjanji tidak akan mengulagi lagi. Aku akan memperhatikan setiap materi yang diterangkan oleh semua guru. Dan aku hanya akan tidur selain jam pelajaran.' 

"Jawab pertanyaan di papan tulis!!" perintah Bu Rani tegas. Namanya memang anggun, tapi orangnya menyeramkan.

Aku maju ke depan kelas. Dan aku membaca soalnya dengan teliti. Sejenak aku diam. Soalnya seperti tidak asing, tapi mengapa jawabannya begitu sulit? Walau hanya mengargikan kalimat dari huruf asing.

"かようしつ わ なん ですか?kyoushitsu wa nan desuka?" 

Ya, aku menemukan artinya. "Ruang kelas dimana?" kataku mantap.

Bu Rani tersenyum datar. Sepertinya sudah terlalu biasa baginya jika aku menjawab benar. Aku langsung kembali duduk ke tempat semula. Bu Rani masih belum puas menghukumku. Dilemparkannya sebuah pertanyaan. 

"Dara-San ogenki desuka?" tanya Bu Rani  cepat.

Ya ampun. Tidak bisakah pelan-pelan sedikit. Belum sempat aku meresapi kata-katanya. 

'Dara-San ogenki desuka?' batinku mengeja.
'Dara, bagaimana kabarmu?' kataku dalam hati. 

"Watashi wa genki desu," jawabku sambil membungkukkan badan.

"Hm," desis Bu Rani ketus.

Aku paham, Bu Rani sudah puas menghukumku. Jawabanku yang polos itu sudah menandakan kalau aku serius belajar. 

"Arigatou gozaimasu, Sensei," jawabku semangat.

"Yoi, lain kali jangan tidur di kelas lagi," nasihat Bu Rani tajam.

Maklum, ini baru pertama kalinya bagi kami belajar Bahasa Jepang. Jadi wajar kalau salah. 

Komentar

Login untuk melihat komentar!