Negeri Cermin 4
"Hey, bangun!" ucap seseorang sambil menepuk-nepuk pipiku. 

"Kurasa dia perlu napas buatan," sela yang lain.

"Kau mau memberinya?" ledek yang lainnya lagi.

"Tentu saja kalau boleh," jawab yang tadi.

"Heits!! Apa yang akan kau lakukan??" cegah suara anak gadis.

"Kasihan dia, sejak kemarin belum bangun juga," bantah suara tadi.

"Hhh!! Tunggu Pangeran datang," jawab gadis yang lain ketus.

"Benar! Dasar jaka genit!" maki gadis tadi.

Aku mengerutkan dahiku. Dimana aku sebenarnya. Mereka itu siapa? Sejak kapan kamarku dimasuki anak laki-laki sebanyak ini. Dan siapa pemilik suara perempuan itu. Lalu Pangeran?? Siapa lagi dia??

Aku meraba-raba depanku. Aku ingin meraih sesuatu di sana, apapun itu. Tapi yang aku tangkap jari-jemari tangan. Tangan siapa ini. Aku buru-buru menarik kembali tanganku. Lalu beberapa tangan menarikku bangun. 

Pandanganku mulai bening. Samar-samar tetapi meyakinkan. Aku berada di sebuah gua. Ada api unggun di dekatku. Dan banyak orang mengelilingiku. Siapa mereka? Aku belum pernah melihat mereka. Dan bagaimana aku bisa ada di sini? Siapa yang membawaku kemari?

"Ini? Minumlah!" kata seorang gadis. Dia juga menyodorkan semangkuk air gula merah. Aku menerimanya dan meneguknya sedikit. Rasanya sangat manis, lehih manis dari gula merah yang pernah aku rasakan selama ini. 

Belasan mata menatapku kagum. Entah apa yang mereka kagumi. Aku menjadi canggung duduk di situ. Aku menundukkan wajahku agar tidak melihat mereka yang menatapku itu.

"Siapa namamu? Mengapa kamu bisa sampai di sini?" tanya gadis yang duduk di sampingku.

"Aku Dara. Aku tidak tahu bagaimana bisa ada di sini," jawabku jujur.

"Hm, tapi wajahmu mirip sekali dengan Zagar. Kukira kau itu Zagar. Tapi mengapa berpakaian seperti anak perempuan. Eh, ternyata bukan, hahaha," kata yang laki-laki.

Zagar? Aku seperti tidak asing dengan nama itu. Ah..., mimpi itu. Mimpi dimana-mana ada cermin. Lalu seorang anak laki-laki berpakaian perempuan datang. Dia mirip sekali dengan wajahku. Dia juga mengaku bernama Zagar Anata. Tapi, apakah Zagar yang dimaksud anak laki-laki ini sama dengan Zagar dalam mimpinya? 

"Em..., Zagar Anata??" tanyaku pada mereka.

Untuk sejurus lamanya mereka terdiam. Tetapi tatapan mereka tidak beralih dariku. Tentu saja aku menjadi gelisah. 

"Kau mengenalnya?" tanya gadis yang memberiku minum heran. Aku mengangguk.

"Dimana dia sekarang? Sudah seminggu dia tidak kembali kesini," kata yang lain.

"Apa kau bertemu dengannya?" 

"Apa yang dia katakan padamu?" 

"Hey, dimana dia sekarang??" 

Mereka bertanya tentang Zagar. Tentu saja aku kebingungan. Siapa yang akan aku jawab lebih dulu. Tapi jawabanku pasti sama saja. Aku tidak tahu diaman, kapan, dan siapa Zagar sebenarnya. Aku hanya tahu dia mendatangiku dalam mimpi lalu memintaku membantunya. Sementara aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Sebelum dia mengatakan seluruh maksudnya, aku sudah bangun dari mimpiku. Jadi aku tidak tahu apa-apa selain namanya.

"Hey!... Jawab!" desak gadis di sampingku cepat. Mereka terlihat cemas. Apa yang sebenarnya terjadi. Aah, aku terlalu bingung menghadapinya.

"Aku tidak tahu," jawabku lirih. 

Komentar

Login untuk melihat komentar!