Catatan Cinta Lansia
(Pipiet Senja)
8 Oktober 2006
8 Oktober 2020
#MiladAhmadZeinRasyidSiregar
"Zein sudah gagah gagah tapi orang2 gak tahu...."
Celoteh Zein waktu Balita, 2,5 tahun, sering terngiang ngiang di kuping Manini.
Biasanya Manini akan mengusap kepalanya, sekadar menyahuti.
"Iya, Zein memang sudah gagah gagah dan Manini tahu. Memang kalau sudah gagah gagah, Zein mau apa?"
"Mau bolu!"
Lain kesempatan kepingin naik sepeda. Bayangkan, Balita telat bicara yang baru bisa ngomong umur 2,3, tahun. Bawa sepeda dari rumahnya yang lumayan jauh, menuju rumah Manini.
Begitu diberi tahu Zein sudah pergi sejak 15 menit yang lalu, Manini loncat keluar rumah. Seperti gila rasanya lari lari mencari bocah yang suka bete di rumah.
Tiap pagi Zein biasanya Manini jemput, seharian main di rumah Manini. Malam baru dijemput Ayah.
"Zeiiin! Zeiiin! Zeiiin!" Manini teriak teriak sepanjang jalan kampung Cikumpa.
Haji Dani, Erte bilang."Tadi sih lihat bawa bawa sepeda. Kayaknya bukan jalan biasanya ke rumah Ibu. Tapi ke arah sana tuh...."
"Maksudnya ke mana?" tanyaku tak sabaran dengan gaya cakapnya yang ngayayay, aga eugeu kata Sunda alias gak lancar.
"Ke jalan raya, katanya tuh bocah mau mainan! kayaknya ngikutin tukang mainan...."
Degh!
Rasanya jantungku seketika lepas. Sambil teriak teriak aku berlari menuju arah jalan raya.
Benar saja di samping SMAN 3 tampak Zein dengan sepeda kecilnya, celingukan saja.
Ya ampuuuun!
Manini peluk dan minta Zein janji, "Jangan pernah jalan sendirian. Janji ya Zein gagah gagah, janjiiii....Takut diculik!"
Bukan sekali saja Zein mendadak bikin sport jantung Manini.
Satu kali di ITC Depok. Lantai 1 kawasan konter baju dan tempat main anak anak. Zein duduk manis di keranjang. Manini pilih pilih baju buat Zein dan Zia.
Baru 5 menitan Manini meleng, mau bayar baju, pas nengok ke keranjang: Zein lenyap!
Ditengok ke sekitarnya tak tampak bocah umur 3 tahun itu. Aku berlari ke sana ke mari, tak kupedulikan belanjaan di keranjang. Yang ada di benakku, segala kengerian seperti di sinetron kita: diculik, dibedah perutnya diambil semua organ tubuhnya kemudian dibuang ke sungai.
Sekitar 10 menitan kelakuanku bak orang sinting. Semua orang aku tanya. Sampai mau.pingsan rasanya. Tiba tiba ada teriakan dari arena bermain.
"Maniniiiiii!"
Ya ampuuun tuh bocah lagi duduk dengan gagahnya di korsel.
"Habis 3 putwran ya Bu Haji," lapor di abang arena main. Beuh!
Waktu SD kalau Manini tanya:"Apa cita citamu, Zein?"
Zein dengan gaya lucunya menyahut:"Mau jadi Profesor robot."
"Haaa? Biar bisa ngapain tuh Professor robot?"
"Kalau Manini gameover Zein jadikan robot. Biar gak mati mati lagi. Kereeen kaaan!"
Karuan Manini cengo habis.
Sejak orangtuanya pisah, Manini jarang jumpa Zein dan Zia.
Zein dan Zia bersama ibunya. Sedangkan Zidan bersama ayahnya. Kedua orangtua mereka sudah menikah lagi dengan pilihannya masing masing.
Alhamdulillah, belakangan kami sudah boleh berkomunikasi kembali melalui WA.
Siang ini sebelum berangkat demo, Manini ketemu Zein dan Zia di rumah nenek mereka.
Zein selamat ulang tahun ke 14. Semoga sehat selalu, tetap menjadi anak yang saleh dan menjadi orang yang berilmu mumpuni. Dijaga senantiasa oleh Allah Swt.
Al Fatihah:
Khususon Ahmad Zein Rasyid Siregar